Bagikan:

JAKARTA - Sering kali orang dewasa keliru mempersepsikan istilah seks dan seksualitas. Sehingga perkara ini dianggap tabu untuk dibicarakan. Seks adalah segala sesuatu yang menyangkut alat kelamin dan hubungan antar kelamin. Sedangkan seksualitas adalah segala sesuatu yang menyangkut cara berpikir, merasa, berpakaian, mengutarakan pendapat, dan bersikap sesuai dengan jenis kelaminnya.

Ketika Anda mengajarkan seksualitas pada anak, sebenarnya Anda sedang mendidik anak mengenai proses kehidupan yang dimulai dari lahir, di masa balita, prasekolah, usia sekolah, praremaja, remaja, dan dewasa. Anak juga diajarkan mengenai ciri kepribadiannya, memberikan identitas yang kuat mengenai perannya sebagai laki-laki dan perempuan, menginformasikan pengalaman menyeluruh mengenai menjadi laki-laki dan perempuan, serta dimensi peran gender.

Pendidikan seksualitas juga memberikan pemahaman mengenai sikap, nilai, moral. Lalu, persepsi mengenai relasi yang sehat ketika anak menginjak dewasa serta bagaimana mereka harus menjaga kesehatan organ reproduksinya. Pendidikan seksualitas tidak akan mendorong anak untuk melakukan aktivitas seksual. Sebaliknya mendorong anak untuk memiliki relasi dan pemahaman yang positif tentang seksualitas di masa datang.

Kegugupan dan kegagapan orang tua dalam menjelaskan persoalan seksualitas pada anak dipengaruhi oleh budaya mayoritas masyarakat. Padahal, ketika anak bertanya, berarti ada kebutuhan dalam dirinya untuk mendapatkan jawaban. Artinya, anak mulai menyadari keberadaan dirinya dan orang lain dalam lingkungan.

Secara alami, muncul rasa penasaran, ingin menjelajah, dan melakukan kegiatan eksperimental. Semata-mata memuaskan rasa ingin tahunya. Anak yang minim informasi seputar seksualitas mudah terlena oleh ‘bujuk rayu’ para predator yang ada di sekitar anak.

Nah, apa saja dan bagaimana tahapan pendidikan seksualitas anak? Melansir laman Parenting, Senin 13 Juni berikut penjelasannya.

Usia 0-3 tahun

  • Mulailah dengan mengenalkan dan memberikan nama alat kelamin sesuai dengan jenis kelamin anak, yaitu penis dan vagina. Nama-nama lain yang diberikan akan membuat anak menjadi bingung.
  • Sekitar usia 2-3 tahun, ajari anak kegiatan toilet training dan cara membersihkan alat kelaminnya secara bertahap.

Usia 3-5 tahun

  • Anak mulai bertanya mengenai kehamilan dan mulai memahami bahwa kehamilan hanya dialami oleh perempuan.
  • Anda mulai memberikan informasi dan pemahaman mengenai peran gender laki-laki dan perempuan.
  • Anak diberikan pemahaman bahwa tubuhnya adalah milik dirinya sendiri, sehingga orang tua perlu mengajarinya privasi. Ajari padanya mengenai sentuhan baik dan tidak baik, serta bagian tubuh mana yang boleh atau tidak boleh disentuh.
  • Mulai tumbuhkan rasa malu pada anak, misal ketika ia menolak memakai handuk keluar dari kamar mandi.

Usia 6-12 tahun

  • Perkuat pemahaman anak mengenai aturan atau norma sosial mengenai hal-hal pribadi. Mulai usia 8 tahun, anak sudah diperkenalkan dengan informasi mengenai pubertas, yaitu tentang menstruasi dan mimpi basah. Sejumlah anak mengalami pubertas lebih dini sebelum usia 10 tahun.
  • Anak praremaja mendapatkan informasi yang lebih mendalam mengenai reproduksi secara biologis.
  • Anak praremaja perlu memahami tentang hubungan pertemanan yang sehat dan hubungan yang tidak sehat.
  • Nilai-nilai sosial lebih mendalam dipahami anak, misalnya mengekspos diri sendiri adalah hal yang merugikan dan harus dihindari.
  • Pemahaman mengenai STD (penyakit seksual menular) dan risiko kehamilan usia dini.