Bagikan:

JAKARTA - Drama Korea Twenty Five Twenty One mulai tayang minggu lalu. Drama ini dilatar belakangi kisah krisis ekonomi Asia pada 1998 di Korea Selatan.

Dibintangi Nam Joo-hyuk dan Kim Tae-ri, serial ini menceritakan lima anak muda dengan mimpi yang terhalang akibat peristiwa krisis ekonomi Asia. Membawa kisah coming-of-age yang penuh emosi. Setidaknya, ada 5 alasan untuk menantikan drama Twenty Five Twenty One. Berikut ulasannya:

Penggambaran tahun 1998 yang berbeda

Lewat serial ini, penonton bisa mengintip seperti apa tahun 1998 di Korea Selatan. Ini adalah pekerjaan berat untuk Sutradara Jung Jeehyun.

“Yang membedakan serial ini dari yang lainnya adalah penggambaran suatu masa yang spesifik, yaitu 1998, dan dibuat sejelas mungkin,” paparnya dikutip dari ANTARA, Senin, 14 Februari.

Sang sutradara melanjutkan bahwa dia dan timnya mencoba menciptakan ulang suasana akhir tahun 90-an dengan berfokus pada elemen-elemen seperti lokasi, gaya baju, model rambut, dan make-up.

Ia pun menambahkan, “Menyiapkan properti dan elemen-elemen lain membutuhkan banyak usaha, tapi kami akhirnya berhasil melakukannya.”

Inspirasi menghadapi krisis

Jung Jeehyun memuji Nam Joo-hyuk dan Kim Tae-ri punya chemistry dalam menginterpretasikan karakter dalam era yang dulu dialaminya sendiri saat masih jadi seorang siswa. Tahun 1998 membawa perubahan bagi hidup banyak orang yang harus menghadapi hal-hal sulit.

Itu menjadi benang merah dari apa yang dihadapi masyarakat saat ini menghadapi pandemi COVID-19. "Melihat bagaimana anak-anak muda tahun 1998, saya harap bisa memberikan pesan yang bisa terasa dekat dengan penonton," jelas dia.

Kekuatan cerita Coming of Age

"Twenty Five Twenty One" juga memiliki kekuatan lain, yaitu mengangkat tema coming-of-age. Kedua karakter utamanya digambarkan tumbuh di tengah dampak krisis finansial yang melanda Korea.

Na Hee-do (Kim Tae Ri) menghadapi kekecewaan saat tim olahraga anggarnya terkena dampak krisis finansial. Sementara Back Yi-jin (Nam Joo Hyuk) tumbuh di keluarga yang penuh masalah karena terdampak krisis yang sama.

“Serial ini mengambil latar tahun 1998 saat terjadi krisis finansial di Korea, sehingga kelima tokoh anak muda ini kehilangan mimpi tapi terus mencari cara untuk melangkah maju. Sering kali mereka juga menghadapi gejolak emosi yang dapat Anda rasakan ketika menonton serial ini,” ujar sutradara Jung Jeehyun.

Chemistry kuat antara Kim Tae-ri dan Nam Joo-hyuk

Anda juga dapat menyaksikan chemistry yang kuat antara dua tokoh utama dalam serial ini. Saat konferensi pers, Nam Joo-hyuk menjelaskan bagaimana ia tak pernah merasakan chemistry seperti ini sebelumnya.

Ia berkata, “Awalnya saya mengira ini adalah pertemuan pertama kami, tapi ternyata kami pernah bekerja sama dalam syuting iklan terdahulu. Ini yang akhirnya menjadikan kami sebagai teman baik.”

Sutradara Jung Jeehyun juga menyebutkan bahwa karakter Back Yi-jin dan Na Hee-do adalah kekuatan dari serial ini, chemistry mereka pun terlihat sangat bagus di depan kamera. ”Jee-hyun menambahkan, “Keduanya adalah aktor yang hebat, serta mampu mempersiapkan dan menggambarkan karakternya dengan sangat baik.”

Persiapan matang para aktor

Kim Tae-ri mendapat tantangan yang menarik dalam "Twenty Five Twenty One" karena harus berperan sebagai atlet anggar. Agar bisa merepresentasikan seorang pemain anggar yang andal, ia rutin berlatih bersama atlet anggar penerima medali emas sekitar enam bulan sebelum syuting dimulai.

"Ternyata olahraga ini seru sekali. Saya berusaha lakukan yang terbaik. Saya belajar bersama Bona, tapi saya sering kalah kalau tanding sama dia," celoteh Kim Tae-ri.

Selama syuting berlangsung, setiap hari ia memang berlatih anggar bersama Bona, yang juga berperan sebagai pemain anggar saingannya, Go Yoo-rim.

Tak seperti Kim Tae-ri, Bona hanya berlatih selama tiga bulan. Dia mengaku terkejut dan kian termotivasi melihat seberapa rajin Kim Tae-ri dalam berlatih.

"Melihat Kim Tae-ri setiap hari betul-betul latihan, saya juga jadi terdorong melihat dia sangat rajin," kata Bona yang mengaku sama-sama kompetitif.

Nam Joo-hyuk juga tak kalah serius dalam mempersiapkan perannya sebagai jurnalis olahraga.

“Saya berkenalan dengan jurnalis olahraga untuk belajar lebih lanjut tentang situasi terkini, agar dapat menggambarkan karakter saya secara lebih baik lagi,” ujarnya.

Dia banyak mengobrol dengan jurnalis olahraga dan belajar tetek bengek seputar liputan.