JAKARTA – Sering buang air kecil atau kencing pada malam hari, ternyata menandai gejala kesehatan. Menurut studi terbaru yang dilakukan di Jepang, frekuensi kencing pada malam hari mungkin terkait dengan hipertensi dan asupan garam yang tinggi.
Kebutuhan buang air kecil pada malam hari disebut nokturia. Pada malam hari, terlalu sering kencing merupakan tanda tekanan darah tinggi. Mengutip Medical News Today, Selasa, 8 Februari, nokturia adalah kondisi di mana orang terbangun pada malam hari karena ingin buang air kecil. Penyebab umum sering kencing pada malam hari termasuk asupan cairan yang tinggi, gangguan tidur, dan obstruksi kandung kemih.
Pada umumnya, orang tanpa nokturia dapat tidur hingga 8 jam tanpa harus buang air kecil. Tetapi beberapa mungkin perlu bangun di malam hari dan masih dianggap dalam batas normal. Seseorang dengan nokturia, bisa bangun 2-6 kali pada malam hari.
Nokturia sebenarnya tidak melulu berkaitan dengan hipertensi. Kondisi lain yang ditandai dengan nokturia antara lain prolapse kandung kemih, tumor prostat, dan gangguan lain yang memengaruhi kontrol sfingter. Wanita hamil, orang dengan gagal jantung, penyakit hati, dan diabetes juga dapat mengalami nokturia.
Pengaruh usia juga berkaitan dengan nokturia. Menurut laporan dari National Sleep Foundation pada 2003, sekitar dua pertiga responden berusia 55-84 mengalami nokturia setidaknya beberapa malam per minggu.
Menurut studi, mengurangi asupan garam dapat membantu mengatasi nokturia. Tim peneliti mempresentasikan hasil studinya, menemukan bahwa buang air kecil pada malam hari terkait dengan asupan garam berlebihan dan tekanan darah tinggi.
“Studi kami menunjukkan bahwa jika Anda perlu buang air kecil di malam hari –disebut nokturia- Anda mungkin mengalami peningkatan tekanan darah dan/atau kelebihan cairan dalam tubuh Anda,” terang penulis studi Dr. Satoshi Konno, dari Divisi Hipertensi di Tohoku Rosai, Rumah Sakit di Sendai, Jepang.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa asupan garam harian yang berlebihan dan hipertensi berdampak negatif pada nokturia. Kebiasaan makan, artinya perlu diperhatikan dengan cermat. Sebab kontrol asupan garam penting untuk pengobatan nokturia.
Data hasil studi menguatkan temuan ini. Sebanyak 3.749 penduduk kota Watari mengisi kuesioner dan menunjukkan bahwa bangun di malam hari untuk buang air kecil berkaitan dengan 40 persen mengalami darah tinggi dan risiko hipertensi. Dokter Konno mengatakan bahwa hasil tersebut tidak membuktikan hubungan sebab akibat antara nokturia dan hipertensi.
Artinya, gaya hidup, asupan garam, etnis, dan latar belakang genetik juga terhitung sebagai faktor yang memengaruhi. Dokter Mutsuo Harada, koordinator konferensi pers, mengatakan bahwa deteksi dini dan pengelolaan hipertensi sangat penting. Pasalnya, rata-rata asupan garam masyarakat Jepang sekitar 10 gram per hari. Asupan ini terhitung berlebihan dan menyatakan bahwa hipertensi merupakan penyakit nasional di Jepang.
BACA JUGA:
Secara spesifik bagi masyarakat umum diluar Jepang, pentung untuk mengevaluasi dan memahami penyebab nokturia. Karena tidak hanya dilatarbelakangi hipertensi dan asupan garam, maka periksa kesehatan rutin dan menyeluruh perlu dilakukan.
Barbara Casadei, profesor dan presiden European Society of Cardiology (ESC) mencatat bahwa lebih dari 1 miliar orang memiliki tekanan darah tinggi di seluruh dunia. Tekanan darah tinggi adalah penyebab global kematian dini yang dialami 10 juta kematian pada tahun 2015.
Casadei merekomendasikan untuk menjalani gaya hidup sehat, termasuk pembatasan asupan garam, makan sehat, mengurangi konsumsi minuman beralkohol, olahraga teratur, mengendalikan berat badan, dan berhenti merokok.