Bagikan:

JAKARTA - Upaya mencegah stunting atau kekerdilan merupakan program utama yang kerap digalangkan pemerintah sebagai usaha mempersiapkan sumber daya maju dan berkualitas demi masa depan.

Apalagi saat ini bangsa Indonesia tengah mempersiapkan revolusi industri 5,0 dimana sumber daya manusia unggul yang mampu menyelesaikan tantangan dan masalah sosial dengan memanfaatkan ragam inovasi sangat dibutuhkan.

Untuk itu, upaya mencegah kekerdilan perlu jadi perhatian semua pihak serta kerja sama lintas sektor karena masa depan bangsa tergantung dari kemampuan bangsa tersebut menciptakan generasi emas berkualitas.

Berdasarkan data hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI), Kementerian Kesehatan, angka prevalensi anak lahir dengan keadaan kekerdilan telah mengalami penurunan dari 27,67 persen pada 2019 menjadi 24,2 persen di akhir 2021, melansir Antara, Rabu, 2 Februari.

Turunnya angka bayi lahir stunting tentu saja tidak lepas dari keberhasilan seluruh pihak dalam mencegah dan mengatasi stunting baik secara preventif, kuratif, maupun promotif. Meski mengalami penurunan angka, namun usaha mengatasi dan mencegah stunting perlu di kayuh terus guna mencapai target yang ditetapkan pemerintah yaitu 14 persen pada 2024.

Diperlukan usaha serta kerja keras dari pusat hingga daerah agar penyebarluasan stunting dapat dikendalikan, pun edukasi masyarakat terhadap bahaya stunting pada anak wajib digalangkan.

Ahli Epidemiologi lapangan dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, dr. Yudhi Wibowo mengatakan masyarakat masih perlu meningkatkan kesadaran dan pemahaman terkait pentingya asupan gizi seimbang bagi buah hati mereka. Selain itu, penting juga menyiapkan kehidupan berkeluarga sebelum pernikahan, menetapkan pola asuh anak dalam keluarga, serta peningkatan akses layanan kesehatan. 

Posyandu, merupakan wahana pertama dan utama yang dapat mengingatkan masyarakat secara berkala terkait upaya-upaya pencegahan stunting. Postadu dapat memberikan edukasi dan sosialisasi terkait pentingnya makanan bergizi sebagai salah satu elemen penting dalam pertumbuhan anak. Untuk itu, pemerintah perlu melakukan peningkatan fasilitas pelayanan posyandu di daerah-daerah.

Posyandu mudah dijangkau orang tua yang ingin memantau perkembangan anak mulai dari lingkar kepala, berat dan tinggi badan, hingga perkembangan psikologis anak. Menurut dr. Yudhi, awal yang baik untuk memantau tumbuh kembang anak dimulai secara rutin khususnya pada 1.000 hari pertama kehidupan anak.

Orang tua juga dapat mengoptimalisasikan penggunaan buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) demi memantau tumbuh kembang anak pasalnya terdapat grafik-grafik lengkap yang dapat dijadikan pedoman bagi para orang tua dalam memantau perkembangan anak-anak. 

Dalam 1.000 hari pertama kehidupan, anak perlu diberikan nutrisi baik sesuai kebutuhan dalam masa pertumbuhan. Tugas orang tua memastikan pemenuhan gizi seimbang mulai dari karbohidrat, protein, hingga mineral yang dibutuhkan anak.

dr. Yudhi juga menghimbau pemerintah daerah untuk memusatkan perhatian pada ibu hamil dengan memberikan tablet penambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan guna mencegah bayi lahir stunting. Pun sosialisasi dan edukasi mengenai pentingnya pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif pada bayi baru lahir hingga usia bayi enam bulan dan dilanjutkan dengan Makanan Pendamping ASI (MPASI).