Bagikan:

JAKARTA- My French Film Festival resmi kembali digelar. Festival yang menghadirkan film-film Perancis ini digelar mulai tanggal 14 Januari sampai 14 Februari 2022 secara virtual. Seperti tahun lalu, tahun ini, KlikFilm kembali menjadi rekanan resmi My French Film Festival ke 12 ini.

Ajang ini diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada pengguna internet di seluruh dunia untuk berbagi antusiasme mereka terhadap sinema Prancis. Direktur KlikFilm, Frederica menyatakan, tahun kedua menjadi mitra resmi untuk My French Film Festival merupakan sebuah pembuktian, kalau KlikFilm selalu berusaha untuk menghadirkan film-film berkualitas.

"Bisa mendapatkan kepercayan menjadi mitra untuk My French Film Festival sebuah kebanggaan buat kami. Ini sebagai bentuk dedikasi kami untuk terus menghadirkan film-film terbaik di KlikFilm," ungkapnya saat dihubungi Rabu, 26 Januari.

Film-film diajang My French Film Festival yang bisa disaksikan di KlikFilm diantaranya adalah, A L' Abordage!, Astralium, Cigarro De Miel, Erratum, Clamity, Dustin, Horacio, Haut Les, Hold Me Tight, Le Milieu De L' Horizon , Les Vilains, Love Hurts, Indes Galantes, Lune, Malabar, Mido, Old School, Ourse, Omnibus, Oeir Pour Oeil, Teddy, Tesoro, Sous Le Ciel D'Alice, Une Vie Demente, The Demons Of Dorothy, dan Un Pays Qui Se Tient Sage.

Berikut ini rekomendasi film-film yang hadir di My French Film Festival, yang bisa ditonton secara resmi di KlikFilm.

Omnibus

Film bergenre komedi arahan sutradara Sam Karmann ini berhasil mendapatkan Piala Oscar tahun 1993 untuk kategori film pendek terbaik. Selain itu, film itu, film ini juga merai Palme d'Or pada Festival Film Cannes 1992 untuk kategori film pendek.

Malabar

Film yang mengisahkan tentang Mourad dan Harrison yang pada malam hari, saat mereka pulang ke pinggiran kota, secara tidak sengaja menabrak Marcel, seorang lelaki tua keturunan Vietnam. Akibat kejadian ini, semua jadi kacau. Selain memberi hiburan segar, film ini juga memberikan banyak pesan moral.

Film inipun malang melintang di festival film. Diantaranya adalah, Clermont-Ferrand International Film Festival,

Adami Prize for Best Actor: Harrison Mpaya, dan Rhode Island International Film Festival.

Teddy

Teddy adalah film bergenre horor karya kolaborasi dari sutradara sekaligus penulis Ludovic Boukherma dan Zoran Boukherma.

Film ini menceritakan tentang seorang pemuda di pedesaan mulai mengalami perubahan yang menakutkan setelah dia dicakar oleh binatang buas yang tidak dikenal. Seiring berjalannya waktu, dorongan hewani yang ada dalam tubuh Teddy segera mulai menguasai tubuh dan jiwanya.

Sous Le Ciel D' Alice

Sous le ciel d'Alice berlatar di Beirut era 1950-an hingga 1970-an. Film ini didasarkan pada pengalaman kakek-nenek sang sutradara, Chloé Mazlo.

Diceritakan melalui hindsight dengan melalui ingatan Alice (Alba Rohrwacher), seorang wanita muda yang meninggalkan rumahnya di Swiss pada 1950-an untuk mengambil pekerjaan di Beirut sebagai perawat.

Le Milieu De L' Horizon

Film karya sutradara Delphine Lehericey ini merupakan film yang diadaptasi dari novel karya Roland Buti . Film ini juga mengeksplorasi momen penting dalam sejarah ketika pondasi patriari diguncang.

Film ini mengisahkan Gus, seorang anak petani berusia 13 tahun yang tumbuh dewasa selama kekeringan di musim panas 1976. Masa kanak-kanaknya hancur tanpa henti di saat desanya seperti mengalami akhir dunia, ladang ayahnya perlahan mengering, dan ibunya jatuh cinta pada seorang wanita di klub membaca.

Une Vie Demente

Film kolaborasi sutradara Ann Sirot dan Raphaël Balboni ini mengangkat tema komedi-romansa. Film ini mengisahkan tentang pasangan yaitu Alex dan Noémie yang berada di usia tiga puluhan ingin punya anak.

Namun rencana mereka terbalik saat ibu Alex, Suzanne, mulai melakukan hal gila karena mengidap demensia semantik, penyakit neurodegeneratif fatal yang memengaruhi perilakunya. Ibunya menghabiskan banyak uang, mengunjungi tetangganya setiap malam untuk makan sandwich, membuat SIM palsu dengan lem dan gunting.

Un Pays Qui Se Tient Sage

Ini merupakan film dokumenter asal Prancis di bawah arahan sutradara David Dufresne. Film ini mengangkat kisah kebrutalan yang dilakukan oleh pihak polisi Prancis.

Mempertanyakan legitimasi penggunaan kekerasan oleh negara saat kericuhan di Prancis dan menggambarkan bentrokan antara polisi dan demonstran selama gerakan rompi kuniing, film ini menggunakan cuplikan gambar dan video milik demonstran dan jurnalis independen pada November 2018 hingga Februari 2020.