Bagikan:

JAKARTA - Perasaan panik dan stres sering dialami seseorang ketika mereka meninggalkan gawainya atau tidak bisa menggunakan gawai dalam waktu lama.

Melansir Hindustantimes pada Minggu, 30 Agustus, sebuah penelitian menemukan fakta, seseorang yang memiliki perasaan tersebut diduga lebih mudah khawatir dan obsesif dalam menjalani hidup.

Salah satu peneliti, Ana Paula Correia, lantas menghubungkan penelitian ini dengan penelitian yang ia buat sebelumnya. Yakni, soal ketahanan manusia saat jauh dari gawainya. Hasil keduanya digunakan untuk mengembangkan istilah Nomophobia, ketakutan seseorang jauh dari telepon genggam.

Para peneliti melakukan kuisoner terhadap 495 orang dewasa berumur 18-24 tahun di Portugal. Kuesioner ini mengevaluasi gejala psikopatologikal seperti kecemasan, obsesi kompulsif, serta perasaan.

Hasilnya, kebanyakan orang menggunakan gawai selama 4-7 jam per hari untuk bermain aplikasi jejaring sosial. Karena itulah mengapa mereka semakin mudah stres ketika jauh dari gawainya.

Mereka yang mendapat skor tinggi pada obsesi kompulsif akan merasakan takut ketika hidup tanpa gawai.

Obsesi kompulsif dapat berpotensi membangun Obsessive Compulsive Disorder (OCD) di mana seseorang mengalami gangguan kecemasan berlebih sehingga membentuk pribadinya melakukan aksi tertentu secara berulang.

Biasanya, orang ini melakukannya secara berulang agar bisa mengurangi rasa cemas yang muncul dari pikirannya sendiri.

“Konsep ini lebih dari sekadar menggunakan telepon genggam. Orang menggunakan telepon untuk tugas seperti media sosial, koneksi, mengetahui apa yang terjadi dengan influencer media sosial,” kata Correia.

“Sehingga jauh dari telepon genggam bisa memutus koneksi dan menimbulkan perasaan gelisah,” lanjutnya.

Walaupun tidak termasuk penyakit berbahaya, tetapi ada baiknya seseorang dapat mengontrol penggunaan gawai mereka sehari-hari.