JAKARTA - Suara mesin kendaraan terdengar di telinga. Laju kendaran seolah tak ada hentinya. Sepeda motor, mobil, hingga bus, lalu-lalang di atas jalan raya.
Tak mau kalah, suara klakson sesekali terdengar. Tiupan pluit dari petugas keamanan sempat mencuri perhatian. Mereka menegur para pengendara yang berhenti di pinggir jalan.
Hawa panas hari ini tak separah beberapa pekan lalu ketika suhu sedang panas-panasnya. Matahari seolah lebih bersahabat. Meski rasa panas masih terasa jika berada di tempat terbuka cukup lama.
Kondisi itu dirasakan ketika berada di Jembatan Penyeberangan Orang (JPO), Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan. Fasilitas itu tengah ramai diperbincangkan lantaran tak beratap seperti JPO lainnya.
Untuk berada di atas fasilitas penyeberangan tersebut, puluhan anak tangga beton telah menyambut. Dengan lebar sekitar satu meter, tangga berwana metalik dan merah maroon itu harus dilalui.
Usai melewatinya, barulah fasilitas publik yang ramai diperbincangkan itu dapat dipijak. Jembatan beton sepanjang sekitar 30 meter itu membentang, membelah ruas jalan Jenderal Sudirman.
Besi berwarna metalik berdiri tegak di sisi kiri dan kanan sebagai pembatas. Area gedung Indofood Tower dan kantor penjualan mobil dihubungkan jembatan tersebut.
Dari atas jembatan, embusan angin sepoi-sepoi mengurangi sengatan matahari. Memang, hawa panas sangat terasa ketika berada di sana, apalagi siang hari saat terik. Meski topi dan jaket telah dikenakan, tak cukup menghalau paparan sinar matahari.
Saat kami melintas, di atas jembatan itu, terlihat enam orang petugas bina marga DKI Jakarta. Mereka mengecat besi pembatas dengan warna merah maroon. Sebelumnya, besi-besi itu berwarna metalik. Selain itu, beberapa pejalan kali juga terlihat menggunakan fasilitas umum itu.
Meirul, salah seorang pengguna JPO menyebut dengan tak beratapnya jembatan penyeberangan itu memiliki dampak bagi pejalan kaki. Sebab, baginya fungsi JPO tak hanya untuk menyeberang melainkan juga digunakan untuk berteduh dari panas sinar matahari dan derasnya hujan.
"Kalau untuk atapnya dibuka jadi panas dong kita yang menggunakan JPO terutama kita juga merasa kesulitan karena ini masuk musim penghujan," ucapnya sembari menghalangi pandangannya dari sinar matahari.
Bahkan, mengenai pernyataan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, soal jembatan penyebrangan itu akan menjadi tempat berswafoto oleh masyarakat diresponnya dengan jawaban yang cukup nyeleneh yaitu, banyak cara untuk menjadikan suatu tempat yang bagus untuk berfoto.
"Ya kan bisa banyak cara (mempercantik JPO), sepeti atapnya ditinggiin atau yang lain," katanya.
Sementara, pelintas JPO lainnya, Vita, tak mempermasalahkan jembatan tanpa atap ini. Dia merupakan pengguna setia JPO. Sebab, perempuan berjilbab itu seorang pegawai perusahan yang berlokasi di sekitar JPO tersebut. Menurutnya, meski jembatan penyebrangan tak beratap, fungsi dari fasilitas umum itu tak berubah.
"JPO ini kan untuk menyeberang jadi ada atau tidak ada atap sih tidak jadi masalah buat aku pribadi." katanya.
Bahkan, ada atau tidaknya atap di jembatan penyeberangan itu hawa panas akan tetap terasa. Kata dia yang sering melintas jembatan ini. Apalagi, kota Jakarta identik dengan panas matahari yang menyengat.
Hanya saja, memang diakuinya, ketika turun hujan, atap di jembatan dinilai sangat berfungsi sebagai tempat berteduh. Sebab, di sekitar lokasi JPO ini tak banyak tempat untuk terhindar dari rintik hujan .
"Mungkin saat hujan aja sih yang susah. Cuma kalau tidak hujan so far tidak masalah," katanya.