Eksklusif Teuku Rassya Pakai Honor Syuting untuk Melestarikan Budaya Indonesia
JAKARTA - Diakui atau tidak, Teuku Rassya mendapat kemudahan ketika memulai karier di dunia entertaiment karena putra Tamara Bleszynki. Namun, pria kelahiran 4 Februari 1999 itu langsung menunjukkan bakatnya. Debut sebagai penyanyi pada usia 15 tahun, Rassya terus mengembangkan diri di akting, pendidikan, dan kini menginjak budaya.
Tahun ini, akting Rassya mendapat pengakuan dari Festival Film Bandung dengan dinobatkannya sebaggai Pemeran Pembantu Pria Terpuji Film Bioskop berkat film Ranah 3 Warna. Menutup tahun, Rassya kembali membuktikan keseriusan aktingnya lewat film Argantara produksi Hitmaker Studio.
Di film ini, Rassya berperan sebagai Aldi. Menurutnya, karakter Aldy sangat menantang karena menyimpan misteri.
"Kebetulan dari apa yang penonton bakal lihat nanti, dia tuh anak yang kurang lebih teladan di sekolah. Bakal jadi panutan buat orang-orang karena dia mantan ketua OSIS juga terus pinter, olahraganya jago, gitu sih. Tapi di balik itu, kayak setiap orang lainnya, dia pasti punya masalah yang dirahasiakan," ujar Rassya saat bertandang ke VOI, Senin, 5 November.
Beradu akting dengan Aliando Syarief, Rassya langsung merasa nyaman. Maklum, mereka ada sahabat lama. Pada tahun 2015 ia tergabung dalam grup The Freaks bersama Nikita Willy, Aliando Syarief dan Calvin Jeremy. Sejak saat itu sosoknya semakin dikenal oleh masyarakat Indonesia.
"Sebetulnya terutama Ali ya kita udah lama kenal banget kebetulan kita sempat ada proyek nyanyi bareng juga terus beberapa kali syuting video klip dan sebagainya. Jadi chemistry sama Ali sih udah terbangun dari kapan," ujarnya.
Beda cerita ketika Rassya beradu akting dengan Natasha Wilona. "Kalau sama Wilo ini proyek kedua jadi tinggal nyesuain aja sama karakter di film ini," ujarnya.
Film Argantara mengsahkan khidupan syera (Natasha Wilona), seorang siswi SMA berusia 16 tahun mendadak berubah ketika ia menikah muda dengan ARGANTARA (Aliando Syarief), seorang cowok bandel yang dibencinya di sekolah dan juga ketua geng Agberos. Sifat dan sikap keduanya yang bertolak belakang membuat rumah tangga mereka penuh pertengkaran.
Arga pun sering tidak ada di rumah kerena teman gengnya terbunuh ketika tawuran besar-besaran dengan geng lain bernama Baron. Pernikahan Argantara dan Syera dirahasiakan dari sekolah. Tidak ada satu pun teman mereka yang tahu. Mereka harus berhati-hati karena kalau sampai rahasia ini terbongkar, mereka bisa dikeluarkan dari sekolah.
"Kalau harapan Rassya sih gini, film ini punya situasi yang anak-anak jaman sekarang itu penasaran. Kayak misalnya oh gimana kita ikut geng motor, atau gimana kalau kita ikut jalur menyimpang, gimana kira-kira," harapnya.
Rassya menambahkan, film ini memperlihatkan konsekuensi-konsekuensi terburuk dari pilihan remaja. "Penonton ibaratnya bisa melihat dan terpuaskan kepenasarannya. Jadi kita udah kasih lihat, tinggal penonton melihat, dan mereka gak perlu penasaran dan tinggal ambil pelajarannya," tegasnya.
Argantawa juga akan memperlihatkan dampak-dampak psikis ke karakternya. :Cara berpikir mereka jadi bagaimana, terutama situasi yang membentuk mereka. Terutama terpengaruh dari pilihan hidup mereka yang mungkin disayangkan gitu. Konsep ceritanya sendiri menurut Rassya itu menarik banget karena setting-nya walaupun di sekolah juga tapi ada komponen yang bikin cerita ini unik," kata Rassya.
Rassya mengaku tertarik membintangi Argantara karena kompleksnya cerita yang ditawarkan. "Dari pernikahan mudanya, kemudian geng motornya, tambah lagi actionnya terus pesan moril yang ingin disampaikan itu yang bikin Rassya jadi tertarik anget dan karakternya itu betul-betul hidup," jelasnya.
Setiap karakter, lanjutnya, bukan cuma sekadar hiasan tapi punya background story yang unik. "Jadi make sense ketika ngeliat apa yang mereka lakuin. Langkah-langkah yang mereka ambil terutama atas apa yang mereka lalui di sebelumnya," tegasnya.
また読む:
Salah satu untuk yang membuatnya nyaman adalah sutradara Guntur Soeharjanto. Setelah Ranah 3 Warna, mereka runi di film Argantara.
"Seru banget sih. Rassya udah lumayan nyaman juga, lumayan ngerti apa yang dipengenin sama om Guntur tuh apa dan Rassya dari awal proyek sama dia tuh. Setiap kali syuting tuh punya treatment terbuka, diskusi dan cari tahu kira-kira apa yang kurang, apa yang bisa diperbaiki, mana yang udah oke juga," terangnya.
Selain film, mereka juga pernah kolaborasi dari serial Little Mom sehingga lumayan ngerti satu sama lain. "Pak Guntur juga mengerti batasan dan kemampuan Rassya itu dimana aja. Kalau ngobrolin secara detail itu gak ada cuma kita banyak diskusi terutama pas waktu reading dan diskusinya biasanya rame-rame. Kalau kita lagi sama acting coach-nya Om Badar (Susilo Badar) itu dia bantu kita ngulik karakternya dengan mendalami pola pikir yang karakter itu punya. Otomatis kita diskusiin topik-topik itu sih," tegasnya.
Semangat Melestarikan Budaya Indonesia
Selain film, Teuku Rassya juga sedang mengembangkan start-up bernama Budaya. Lewat produk ini, Rassya mencoba untuk berkontribusi terhadap pelestarian budaya Indonesia.
"Di situ Rassya bikin konten seputar kebudayaan Indonesia dan memberi insentif buat orang yang ikut serta untuk belajar budaya Indonesia. Jadi setiap konten itu ada pertanyaan di ujungnya dan kita kasih hadiah buat yang menjawab dengan benar," katanya.
Rassya mengaku terpengaruh Neneknya, ketika mengembangkan Budaya. "Kalau dibilang asalnya sih dari nenek ya. Karena dia sejarawan dan dari Rassya kecil itu Rassya sering dampingin dia kalau lagi nulis buku, riset dan sebagainya," tegasnya.
Pengalaman kuliah di London dan jauh dari rumah membuatnya makin cinta budaya Indonesia. "Pas Rassya di London itu ada momen-momen tertentu di mana Rassya kangen masakan Indonesia, suasana kebudayaan yang ada di Indonesia, kehangatannya dan juga melihat opportunity di mana Indonesia punya kebudayaan yang luas sekali tapi kita belum terlalu berhasil untuk ngangkat budaya kita dibanding negara lain," katanya.
"Contoh kayak di Thailand. Kalau bicara Thailand dari keragaman makanannya, kulinernya itu, gak seluas Indonesia. Banyak banget kuliner Indonesia yang beda-beda kan. Tapi kita mungkin bingung apa yang mau diprioritaskan atau diangkat sehingga akhirnya yang diangkat yang itu-itu saja atau gak maksimal," lanjutnya.
Rassya melihat Indonesia kaya dengan budaya, sayangnya, belum banyak yang menyadari dan ikut berperan aktif melestarikannya. "Kenapa enggak coba kita bawa awareness yang lebih lagi sehingga orang bisa lihat kekayaan Indonesia itu," katanya.
Rassya ingin memanfaatkan platform media sosial untuk melestarikan budaya di kalangan anak muda. Dia menjelaskan detail pengembangan aplikasinya.
"Sebetulnya kita kalau ditanya platformnya, ya kita memang sekarang fokusnya di media sosial. Tapi kita punya aplikasi yang sekarang 50% developmentnya tapi kita mau coba lihat dulu nih animonya di masyarakat tuh kayak gimana, mereka suka gak format yang kita bawain, ada yang perlu dirombak terus dari sektor privatenya mereka tertarik gak untuk kontribus," terangnya.
Rassya berharap ke depan, lebih banyak anak-anak muda lagi yang melihat serunya ketika kita mempelajari tentang budaya. Karena cerita asal usulnya sebuah budaya itu berbeda dan unik.
"Banyak yang di luar nalar kita sendiri kan mitos-mitosnya
keren-keren dan Rassya yakin kalau kita bisa nemuin formula yang tepat untuk disajikan ke anak muda," tegasnya.
Lantas apa tujuan Rassya? "Yang pertama, Rassya pengin bangun wadah di mana siapa pun orang pengin berkontribusi terhadap pelestarian budaya difasilitasi dan diapresiasi. Itu dulu yang paling penting. Karena banyak banget orang yang mau ngangkat budaya Indonesia tapi gak diapresiasi atau dikasih coverage sehingga effort yang mereka berikan ya sayang gitu gak maksimal terutama buat anak-anak muda. Sekarang kebanyakan mindset anak muda sekarang ngeliat sesuatu terus apa yang menguntungkan buat mereka," terangnya.
Rassya mengaku tak berharap mendapat penghasilan langsung dari aplikasi yang dikembangkannya. Untuk mendapatkan penghasilan, Rassya melihat peluang yang lain.
"Kalau gue ngelakuin ini untungnya bagi gue tuh apa? Lebih kayak gitu terutama dengan banyaknya opsi untuk mendapatkan penghasilan, endorse ini itu segala macam. Rassya pengin ngasih lihat nih ke anak-anak kalau dengan budaya itu kalian juga diuntungkan. Satu, kita mengapresiasi dengan memberi hadiah ketika kalian belajar. Dua kalian juga menjadi pahlawan kita ke depannya kan karena yang bisa bawa budaya ke generasi berikutnya ya kalian," katanya.
Bukan cuma modal finansial, Rassya juga mengalokasikan waktu untuk mengembangkan impiannya. "Yang Rassya korbanin itu pertama terus terang banyak banget. Waktu Rassya syuting ini juga disubsidiin terutama ngasih hadiah buat orang-orang yang belajar budaya dari kantong Rassya pribadi," paparnya.
Dia mengaku sudah mendapat sponsor tapi baru sekali dalam beberapa konten. "Tapi di atas 70 konten dan masing-masing konten kita kasih hadiah lumayan itu ya dari kantong Rassya pribadi dari hasil syuting," katanya.
Rassya berharap bisa membangun semangat dan kesadaran bahwa budaya Indonesia itu kaya dan banyak yang bisa dilakukann untuk diuntungkan baik individu maupun sesama dan opportunity-nya.
Meskipun baru berusia 23 tahun, namun Rassya sudah membangun sesuatu yang membanggakan dan bisa bermanfaat buat generasi berikutnya. Tentu hal ini layak diapresiasi.
"Kenapa Rassya ngambil budaya karena budaya pun turun temurun kan bukan cuma lintas satu generasi terus punah. Harapan Rassya ini bisa menjadi estafet dan apa yang Rassya bangun di sini Rassya bisa memfasilitasi dan mempermudah proses estafet ke generasi berikutnya," ujarnya.
Meskipun mengenakan dana pribadi, Rassya tak ragu untuk terus berjuang. :Kalau ditanya ya jujur-jujuran lumayan ngeri-ngeri sedap juga karena banyak banget yang Rassya keluarin. Belum operasionalnya tapi Rassya selalu punya harapan mau sesulit apa pun keuangan, Rassya harap ini bisa bermanfaat. Hari nanti orang bisa lihat bahwa potensinya bagus dan ujungnya berkembang," pungkasnya.