Dari enam orang yang akan maju di kancah pemilihan presiden 2024, nyaris semua adalah orang-nya Presiden Jokowi. Menurut Ketua Majelis Pertimbangan Partai Persatuan Pembangunan (MP PPP), Ir. H. Muhammad Romahurmuziy, MT, hanya Anies Baswedan yang diidentifikasi bukan orangnya Presiden Jokowi. Pada putaran kedua kalau yang lolos adalah pasangan Ganjar Pranowo – Mahfud MD dan Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming, itu sudah terwujud apa yang disebut All The President’s Men.
***
Hiruk-pikuk soal siapa yang bakal maju di kancah pilpres 2024 sudah terasa sejak pertengahan tahun 2022. Sejumlah nama muncul sebagai kandidat calon presiden dan calon wakil presiden dari partai politik. Dari sekian partai politik yang ada di DPR RI hanya PDIP yang punya golden tiket alias bisa mengusung sendiri capres dan cawapresnya tanpa perlu tambahan dukungan dari partai lain. Karena perolehan suaranya lebih dari 20 persen dari seluruh anggota DPR RI, seperti diatur dalam UU Pemilu. Sementara partai lain yang jumlah kursinya di bawah 20 persen harus berkoalisi dengan partai lain agar bisa mencapai angka 20 persen atau lebih untuk mengusung capres dan cawapres.
Pasangan Ganjar Pranowo dan Mahfud MD mendaftar di KPU pada hari yang sama (20 Oktober) dengan pasangan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (AMIN). Ganjar – Mahfud diusulkan oleh PDIP, PPP, Perindo dan Hanura. Sedangkan pasangan AMIN diusung Partai Nasdem, PKB, PKS dan Partai Ummat. Dan yang terakhir mendaftarkan diri sebagai capres adalah pasangan Prabowo - Gibran (25 Oktober) yang harus menunggu putusan MK atas gugatan usia capres/cawapres. Sampai akhirnya MK mengabulkan sebagian gugatan yang memuluskan langkah Gibran untuk menjadi cawapres Prabowo. Pasangan Prabowo – Gibran diusung oleh Gerindra, Golkar, Demokrat, PAN, PSI, Garuda, Prima dan Gelora.
Dari enam orang yang akan berkompetisi sebagai capres dan cawapres pada pilpres 2024 ini, menurut Rommy begitu dia biasa disapa nyaris semuanya adalah orang-orangnya Presiden Jokowi. “Hanya Mas Anies Baswedan yang bukan orangnya Presiden Jokowi. Prabowo, Ganjar, Mahfud, dan Muhaimin, apalagi Gibran, semuanya orangnya presiden,” katanya.
Dari ketiga pasangan ini diprediksi yang akan lolos ke putaran kedua adalah pasangan Ganjar-Mahfud dan Prabowo-Gibran. “Kalau pada putaran kedua yang lolos Ganjar-Mahfud dan Prabowo-Gibran, ya sudah terwujud all the president’s men,” ujar mantan Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan ini.
Dalam pengamatan Romahurmuziy, Jokowi memang seorang politisi yang nyaris tak pernah kalah. Pengaruh sang presiden merasuk ke hampir semua partai politik yang ada di Indonesia dalam bahasa Jawa dikenal dengan istilah cawe-cawe alias intervensi. Meski Jokowi menampik kalau ia cawe-cawe namun secara kasat mata terlihat kalau dalam pergerakannya partai-partai politik amat tergantung pada sang presiden. Termasuk dalam urusan mencari capres dan cawapres yang akan diusung. “Saat tak ada lagi lawan, dia akan bereksperimen melawan dirinya sendiri. Pak Jokowi sebagai kader PDIP melawan Pak Jokowi yang ayahnya Gibran, hehehe. Sekarang Pak Jokowi sedang bermain dengan serius melawan dirinya, karena tak ada lawan yang sepadan,” katanya kepada Edy Suherli, Ramidy dan Irfan Medianto dari VOI yang menyambanginya di kediaman pribadi di kawasan Condet Jakarta Timur belum lama berselang. Ia bicara soal mengapa PPP meninggalkan KIB, PPP mencalokan Sandiaga Uno dan persoalan politik lainnya. Inilah petikan selengkapnya.
Tiga pasang capres dan cawapres sudah mendaftar di KPU untuk ikut pilpres 2024, apa pandangan Anda atas ketiga paslon ini?
Saya mengucapkan selamat untuk ketiga pasangan dan selamat untuk bangsa Indonesia yang sudah memiliki calon pasangan capres dan cawapres yang merupakan hasil seleksi dari 272 juta rakyat. Kepada salah satu dari pasangan bertiga inilah kita akan menitipkan bangsa ini ke depan. Sekarang masih dalam proses seleksi, tentu ada kontroversi, ada yang pro maupun kontra menyertai sejumlah pasangan. Demi masa depan demokrasi Indonesia kita harus menyampaikan siapa mereka (capres/cawapres) agar rakyat tak salah memilih nakhodanya. Kalau salah pilih negara demokrasi yang sedang kita bangun ini bisa dibelokkan, tampaknya demokrasi namun kenyataannya tidak atau pseudo democracy.
Apa yang ingin Anda ungkapkan dari realitas ini?
Saya melihat pasangan calon yang maju bendasarkan putusan Mahkamah Konstitusi menyisakan banyak sekali kontroversi. Kalau kita melihat pendapat pakar tata negara dan pengamat politik yang jujur dan imparsial, tidak ada satu pun yang membenarkan putusan Mahkamah Konstitusi. Bahkan salah seorang hakim MK Pak Arif Hidayat yang menyampaikan tidak ketidaksetujuan pada putusan tersebut, ia menyampaikan secara terbuka bahwa memang ada persoalan serius di MK saat mengambil keputusan ini. Bahwa putusan itu mengikat, kita tak bisa membiarkan semuanya berlalu. DPR harus menunjukkan langkah sebagai pengawal konstitusi. Seharusnya ada perubahan PKPU menyusul putusan MK ini, tapi yang dilakukan hanya penerbitan nota dinas oleh KPU. Kita tunggu setelah DPR selesai reses awal November 2023.
Ada dua hal serius dalam putusan MK itu, pertama soal etika pengambilan keputusan. Bahwa ada asas hukum nemo judex in causa sua, tidak boleh seorang hakim memutus yang dia memiliki konflik kepentingan di sana. Ada juga TAP MPR soal melarang melakukan KKN yang diturunkan dalam UU No 28 tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Saat mengambil keputusan itu Ketua MK Anwar Usman memuluskan langkah kemenakannya Gibran Rakabuming untuk maju pilpres 2024. Soalnya dia tidak ikut dalam pengambilan keputusan pada tiga gugatan sebelumnya yang serupa.
Sekarang ada Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi MKMK, Jimly Asshiddiqie sebagai ketuanya, apa harapan Anda?
Saya berharap putusan yang dia lahirkan MKMK seheroik pidatonya Pak Jimly saat dilantik. Walau pun putra beliau jadi caleg Gerindra yang mengusung pasangan Prabowo Gibran. DPR menetapkan usia 40 itu bukan untuk menghalangi anak muda, tapi untuk pematangan, yang dipimpin itu negara. Atas putusan MK itu, hakim Sadli Isra berpendapat bahwa MK sedang menjebakkan dirinya dalam pusaran politik. Mestinya tidak terjadi, karena hakim itu harus punya jiwa kenegarawan. Ini Namanya mengakali demokrasi. Kami ingatkan Pak Jokowi dan Ketua MK.
Dalam berbagai kesempatan Presiden Jokowi sering bilang “ojo kesusu” dalam konteks ini apakah dia “kesusu”?
Pasca putusan MK itu sejumlah meme bermunculan. Isinya; “Ojo kesusu, ojo grasa grusu, karna anakku arep melu” (jangan terburu, tergesa-gesa karena anak saya mau ikut pilpres). Itu tersebar dalam banyak kreasi, itulah reaksi publik atas putusan MK yang kontroversial.
PPP awalnya berkoalisi dengan Golkar dan PAN untuk menyongsong Pilpres 2024, namun ternyata keluar dan mendukung Capres Ganjar dari koalisi PDIP, bisa dijelaskan pertimbangan strategis di balik ini?
Menurut Ketum PPP, KIB ini tidak ada masa depan, karena Golkar sudah punya calon: Pak Airlangga. Sedangkan Pak Zulkifli Hasan sudah menetapkan Pak Erick Thohir sebagai cawapres. Sementara PPP punya cawapres sendiri yaitu Pak Sandi. Calon yang ada di KIB itu elektabilitasnya rendah, tidak ada bayangan kemenangan. Politik itu kan mencari kemenangan di samping menegakkan kebenaran. PPP butuh kepastian politik, itulah sebabnya kami mundur dan merapat ke PDIP setelah mereka menetapkan capresnya. Lalu figur Pak Ganjar sendiri dekat dengan PPP. Dia adalah menantu dari Ketua PPP di Kabupaten Purbalingga Jateng. Saya saat kampanye pileg 2009 dulu satu dapil dengan dia, malah kami tinggal di rumah yang sama meski berbeda partai.
Jadi bukan sekadar pertimbangan pragmatis mengusung Ganjar Pranowo?
Sangat tidak pragmatis, bahkan ini sangat emosional dan historis. Wagubnya Pak Ganjar itu (Gus Yasin) adalah kader PPP. Sebelum Pak Ganjar ditetapkan sebagai Capres oleh PDIP saya pernah bicara kepada dia untuk diusulkan di KIB, namun dia belum bersedia karena belum ditetapkan oleh partainya.
PPP mengusung Sandiaga Uno untuk posisi cawapres, apa pertimbangannya, bukan sosok lain yang sudah lama berkecimpung di PPP?
Untuk maju sebagai capres dan cawapres itu harus punya modal. Pertama modal integritas, di PPP banyak yang begitu. Lalu yang kedua popularitas dan ketiga elektabilitas. Nah kita tidak punya tokoh yang populer dan juga elektabilitas tinggi. Pak Sandi ditetapkan pada Juni 2023. Namun dia sudah berkegiatan dengan PPP sejak setahun sebelumnya. Jadi tidak juga dibilang ujug-ujug (tiba-tiba). Setelah keliling ke daerah, akhirnya 16 DPW mengusulkan Pak Sandi sebagai cawapres ke DPP PPP.
Akhirnya nama Sandiaga tak dipilih sebagai cawapres, Mahfud MD yang ditetapkan sebagai cawapres, selain akademisi, birokrat dia dianggap mewakili unsur Islam, Anda dari PPP apakah terwakili dengan sosok dia?
Pak Mahfud itu mewakili sejumlah elemen kepentingan. Pertama Pak Mahfud itu Nahdliyin, menurut survei salah satu media nasional 46 persen warga Indonesia itu mengaku warga NU. Maka saat ini tak ada pilihan bagi mereka, pasangan Ganjar Mahfud atau Anies Muhaimin. Soalnya pasangan Prabowo Gibran tak ada bau NU-nya. Kedua, Pak Mahfud itu mewakili sosok pendekar antikorupsi. Saya boleh buruk, rakyat boleh jelek, namun kita butuh sosok pemimpin yang bersih. Yang ketiga dia sosok pejabat publik yang memiliki integritas. Selama 23 tahun bertahan sebagai pejabat publik dan tak pernah tersandung masalaah hukum. Tahun 1999 pertama kali dia menjadi pejabat publik atas rekomendasi Pak Hamzah Haz.
Jadi tak ada penolakan untuk Mahfud MD?
Sama sekali tidak, bahkan sehari setelah ditetapkan sebagai cawapres Pak Sandi langsung move on memberikan dukungan. Tidak perlu baper (bawa perasaan). Syarat bagi rekan-rekan muda yang mau terjun ke pentas politik tidak boleh baper. Karena dalam politik itu lawan setiap saat bisa menjadi kawan, dan kawan setiap saat bisa menjadi lawan. Jadi jangan terlalu membenci lawanmu dan jangan terlalu mencintai kawanmu yang abadi adalah kepentingan dan itu bukan khas Indonesia saja, tapi di seluruh dunia begitu.
Saat ini Umat Islam tersebar di berbagai partai seperti PPP, PKS, PKB, PAN, PBB, Partai Ummat, dll. Menurut Anda idealnya umat Islam itu tersebar di banyak partai atau berkumpul di satu partai?
Saat ini parpol yang berbasis Islam itu memang PPP, PKS, PKB, PAN, yang sudah di parlemen sedangkan PBB dan Partai Ummat masih di luar. Kalau sudut pandangnya idealisme ajaran Islam seharusnya bersatu. Tetapi bersatunya itu wadah atau kepentingan. Sekarang ini dengan tersebar di berbagai partai, kursi Islam politik jadi lebih besar. Saat ini kursi partai politik Islam itu ada 170 padahal jumlah pemilihnya tak sebanyak itu.
Realitas yang ada sekarang ada banyak partai yang konstituennya dari kalangan Islam, tak terhindarkan berebut massa antarsesama partai yang berasaskan Islam?
Politik itu permainan, tapi harus sungguh-sungguh. Kita berebut suara di ceruk yang sama memang tak terhindarkan.
Parpol yang membidik basis umat Islam kita amati ada dua kategori, yang moderen dan tradisional, PPP masuk di kelompok yang mana?
PPP itu termasuk yang tradisional. Idealnya partai politik di Indonesia itu cukup empat: Partai Islam Tradisional, Partai Islam Moderen, Partai Nasionalis Kanan dan Partai Nasionalis Kiri.Komposisi itu saat Orde Baru itu hampir mendekati, hanya prosesnya yang dipaksakan. Namun sekarang jumlahnya membludak. Dengan konstelasi yang seperti ini lebih tertantang mencari suara di masyarakat. Kita berharap di era sekarang jumlahnya akan berkurang secara natural, salah satunya dengan mengusung parliamentary threshhold. Tapi problemnya ini tidak bisa tinggi karena akan ada banyak suara yang terbuang. Kalau parliamentary threshhold 10 persen hanya PDIP, Golkar dan Gerindra yang masuk. Yang lain akan hangus suaranya.
BACA JUGA:
Megawati dan Presiden Jokowi dikabarkan hubungannya kurang mesra setelah Gibran menjadi Capres Prabowo pasca putusan MK, apakah Anda melihat hal yang sama, seperti apa kubu GPN-Mahfud menghadapi ini semua?
Saya melihat sebuah perlawanan konstitusional dan organisasi dilakukan Pak Jokowi atas putusan partainya. Apakah ini disikapi dengan kesedihan oleh Ibu Megawati, saya tidak tahu. Soalnya dia tidak mengungkapkan hal itu secara terbuka. Seluruh jajaran PDI Perjuangan relatif diam, atau mereka berkomentar baik-baik saja.
Apa yang dilakukan Presiden Jokowi memberangkatkan anaknya menjadi cawapres Prabowo saya lihat adalah pengkhianatan atas PDIP. Ini juga mengkhianati sejarah beliau yang berangkat dari bawah sebagai kader PDIP. Ini mengkhawatirkan saat institusi hukum diakali dengan pendekatan kekuasaan. Itu dikemukakan sendiri oleh hakim konstitusi menyampaikan apa yang dialaminya kepada publik. Ini alarm, waspada merah untuk demokrasi kita. Tiba-tiba MK jadi institusi yang tidak bermutu. Istilahnya Sadli Isra, MK ikut bermain politik di ajang pilpres sekarang. Kita tunggu peran MKMK apakah bisa menelisik praduga kalau MK digunakan untuk kekuasaan, untuk meloloskan seseorang yang akan maju ke pentas pilpres. Sudah banyak pakar hukum yang mendesak Ketua MK Anwar Usman untuk mundur dari jabatannya. Dan kalau dia mundur saya kira akan terhormat. Ini harus kita suarakan terus, semakin banyak yang bersuara harapan kita Pak Jimmly bisa berlaku imparsial dalam memutus nanti.
MK sebagai lembaga yudikatif ditarik ke gelanggang politik untuk memuluskan langkah Gibran, jika menang Pilpres, mungkinkah Selvi istri Gibran yang akan naik menjadi ibu negara, soalnya Prabowo kita tahu tidak punya istri?
Kalau itu yang dikehendaki rakyat, mau tak mau terima. Kita tak mungkin memaksa Pak Prabowo dalam waktu singkat untuk menikah lagi, itu ranah pribadi. Karena itu kami mengusung pasangan Ganjar Mahfud yang punya keluarga lengkap, jadi tak bingung soal ibu negara.
Menurut Anda pengaruh Presiden Jokowi ini apa masih diperhitungkan?
Pasti kita hitung karena Pak Jokowi masih punya kekuasaan atas angkatan darat, laut dan udara. Dia juga masih sebagai bos-nya kepolisian dan kejaksaan serta lembaga inteligen negara. Jokowi juga bos dari 271 kepala daerah yang merupakan penunjukkan (PJ) jumlahnya lebih dari separuh kabupaten / kota yang ada saat ini. Karena itu saya selalu suarakan kepada publik untuk mengawal agar tak ada penyalahgunaan kekuasaan. Seperti kata Lord Acton, kekuasaan itu cenderung korup, dan kekuasaan yang absolut cenderung korup secara absolut. Karena itu kita jaga presiden yang kita cintai ini untuk tidak menggunakan kekuasaan secara tidak benar.
Presiden Jokowi bilang mendukung semua paslon di pilres 2024, respons Anda?
Ada ucapan di depan panggung dan tindakan di belakang panggung. Di depan panggung Pak Jokowi akan bersikap seperti negarawan, mendukung semua paslon. Tapi di belakang panggung siapa tahu. Saat nama kabinetnya sudah dibolehkan untuk nama koalisi partai pengusung kubu Prabowo Gibran, itu maknanya sudah kuat sekali. Artinya dia berat ke sana. Saat ada putusan MK dia memang tidak bisa campuri, ingat yang menjadi hakim adalah pamannya Gibran. Jangan berapologi ini untuk anak muda. Kita tidak anti anak muda ya. Tapi kalau yang dipersoalkan ini baru memimpin 5 kecamatan di Solo apakah sudah siap memimpin republik ini? Ingat bapaknya melalui jalan yang amat panjang dan melelahkan. Meski pemilihan langsung, seleksinya yang dipertanyakan.
Kubu Prabowo Gibran akan melanjutkan program Presiden Jokowi, bagaimana dengan kubu Ganjar Mahfud?
Kalau soal program dan visi misi sudah dibesut oleh partai koalisi. Apa yang baik dari pemimpin sebelumnya kita lanjutkan, apa yang salah kita koreksi. Misalnya soal kereta cepat Jakarta Bandung, apakah ini layak atau tidak, ini harus dipertanggungjawabkan dalam sudut pandang keilmuan. Dan juga untuk soal lain yang perlu dipertanyakan. Salah satunya pernyataan Presiden Jokowi menyatakan kalau IKN Nusantara itu bagian dari One Belt One Road (OBOR) nya China. Masa kita meletaknya ibu kota negara menjadi policy negara lain. Orang jadi menemukan pembenaran kalau dikatakan Indonesia itu sub-ordinat dari China. Ini harus diluruskan, itulah yang akan dilakukan Ganjar Mahfud.
Kalau kondisi saat ini kita komparasikan 5 tahun lalu lebih tenang, semoga situasi ini bisa berlangsung hingga hari pencoblosan, apa yang membedakan?
Soalnya dua paslon terkuat berasal dari koalisi presiden yang sedang menjabat. Sejak setahun silam kalau kita amati pemberitaan presiden itu ingin sekali yang maju dalam pilpres adalah all the president’s men. Meski tidak terwujud semua, mayoritas sudah terwujud sekarang. Dari enam orang yang maju dalam pilres kali ini hanya Anies yang bukan orangnya presiden. Prabowo, Ganjar, Mahfud, Gibran dan Muhaimin semuanya orangnya presiden. Kalau pada putaran kedua yang lolos Ganjar-Mahfud dan Prabowo-Gibran, ya sudah terwujudlah all the president’s men.
Jadi siapa pun yang menang, Presiden Jokowi-lah pemenangnya?
Ya begitulah, dan saya selalu bilang saat sudah mengerucut ke pasangan Ganjar-Mahfud vs Prabowo-Gibran, itu artinya Jokowi vs Jokowi. Pak Jokowi itu politisi yang belum pernah kalah. Saat tak ada lagi lawan, dia akan bereksperimen melawan dirinya sendiri. Pak Jokowi sebagai kader PDIP melawan Pak Jokowi yang ayahnya Gibran, hehehe. Jadi ingat nasihat ibu saya yang juga politisi, politik itu permainan, meski permainan mainlah dengan serius. Sekarang Pak Jokowi sedang main dengan serius melawan dirinya, karena tak ada lawan yang sepadan.
Muhammad Romahurmuziy, Mengambil Hikmah dari Proses Hukum yang Sudah Terjadi
Bagi Muhammad Romahurmuziy takdir Allah SWT atas dirinya tak pernah salah. Ia yang kini kembali ke kancah politik dengan menjabat sebagai Ketua Majelis Pertimbangan Partai Persatuan Pembangunan (MP PPP), mengambil hikmah atas peristiwa hukum yang menimpa dan hukuman telah dilaluinya beberapa waktu yang lalu. Kalau dulu dia full untuk politik sekarang ia bisa berbagi perhatian untuk urusan yang lain, selain politik.
Rommy memang sudah tak bisa dipisahkan dengan dunia politik. Sempat terhenti karena menjalani masa hukuman dalam perkara korupsi jual beli jabatan di Kemenag, setelah bebas dari hukuman ia kembali lagi ke dunia yang membesarkan namanya.
Ia seperti ikan yang menemukan kolamnya. Apalagi di PPP ia mendapatkan posisi yang amat strategis sebagai Ketua Majelis Pertimbangan PPP. “Saya kembali lagi ke pentas politik. Selama ini saya adalah korban politisasi hukum. Itulah risiko dari seorang politisi,” ujar pria kelahiran Sleman, Yogyakarta 10 September 1974 ini.
Menurut Rommy dia memang tak akan melepaskan dunia politik karena lewat politik-lah ia bisa memperjuangkan nilai. “Saya tetap menjadi politisi karena politik itu kan sebuah perjuangan untuk mewujudkan nilai dan hari ini itu yang saya jalankan,” katanya.
Saat ditanya apakah berat kembali ke pentas politik, dengan lugas dia menjawab tidak. “Kalau berat tentunya tidak akan semudah ini saya kembali berkecimpung di pentas politik seperti hari-hari ini,” ujar Rommy yang masih belum bisa memenuhi semua permintaan wawancara wartawan dan program podcast yang saat ini menjamur.
Selain politik, kini Rommy bisa lebih banyak mencurahkan waktu untuk bidang bisnis yang pernah digelutinya sejak muda dan juga institusi pendidikan yang diwariskan oleh keluarganya. “Saya kembali menekuni bisnis yang sudah saya rintis sebelum terjun ke pentas politik. Dan saya juga concern pada institusi pendidikan karena memiliki warisan lembaga pendidikan dari orang tua,” ungkapnya.
Waktu untuk Keluarga
Apa yang terjadi dalam hidup bagi Romahurmuziy adalah takdir dari Allah SWT. Dan itu tidak pernah salah. Selalu ada hikmah dan pelajaran yang bisa dipetik. “Saya selalu meyakini bahwa takdir Allah itu tak pernah salah,” katanya Rommy yang menuntaskan pendidikan S1 di Jurusan Teknik Fisika, Bidang Kekhususan Fisika Bangunan, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Bandung (1999).
Rommy amat menikmati dan mensyukuri atas takdir yang sudah ditetapkan Allah pada dirinya. “Saya kemudian memiliki waktu lebih banyak bersama keluarga. Saat saya bersama keluarga itu memang pada saat anak saya membutuhkan saya. Saya sangat menikmati dan sangat bersyukur atas segala hal yang sudah Allah takdirkan kepada saya,” akunya.
Dan sebagai hamba ia memetik hikmah atas apa yang telah terjadi padanya. “Semua ada hikmah yang terkandung di balik peristiwa yang telah terjadi,” terang Rommy yang melanjutkan pendidikan S2 di Jurusan Teknik dan Manajemen Industri ITB, Bidang Kekhususan Tekno Ekonomi, Fakultas Pascasarjana ITB (2002).
Dan yang tak kalah penting, bisnis yang selama ini nyaris jalan di tempat saat ia lebih fokus ke pentas politik, kini berputar lebih kencang. “Jadi bisnis yang selama saya lakoni selama menjadi politisi itu relatif jalan di tempat, ternyata setelah saya kembali tekuni berputar lebih kencang. Oh iya rupanya saya selama ini mengabaikan potensi saya yang lain. Yaitu kemampuan berwiraswasta yang sejak muda sudah saya geluti,” katanya.
Selama ini, kata Rommy ia lebih memerhatikan dunia politik. Sementara dunia bisnis cenderung menjadi nomor dua. “Ternyata ketika saya melulu di politik untuk memperjuangkan sebuah nilai, apa yang saya terima dari Allah alat berupa potensi ini tidak tergarap maksimal,” katanya.
Menurut Rommy tidak ada yang sulit dalam hidup selama menerima takdir Allah dengan ikhlas. “Saya belajar ikhlas dengan apa yang menerpa saya. Tidak ada yang sulit dan biasa-biasa saja dan apa saya sudah kembali dengan berbagai cacian. Jangankan kita yang manusia biasa, Nabi yang sudah maksum pun mengalami cacian dan hujatan, ngapain kita pusing dengan semua itu,” tukas Rommy sembari berpesan untuk jadi seorang politisi tidak boleh bawa perasaan alias baper.
Lebih Banyak Berkeliling
Menurut Rommy sekarang dia sudah kembali di pentas politik meski tidak mencalonkan diri sebagai calon anggota legislatif. Pilihan untuk tidak menjadi caleg itu bukan tanpa alasan. Dengan tak menjadi caleg ia bisa lebih banyak menyambangi kader PPP dan kegiatan partai di berbagai tempat di seluruh Indonesia. “Kalau saya jadi caleg saya akan lebih fokus ke daerah pemilihan (Dapil). Sekarang bisa lebih banyak keliling Indonesia. Contoh kemarin dua hari saya ke Jombang, Rembang, Tuban, dan Bojonegoro terus ke Jogja. Lima daerah bisa saya sambangi. Kalau jadi caleg saya akan tinggal di dapil saya saja di Kebumen, Banjarnegara dan Purbalingga,” kata Rommy yang memilih olahraga lari dengan treadmill saat di Jakarta dan gowes saat ia pulang ke Jogja.
Dalam istilah Rommy saat ini ia lebih banyak di udara. “Saya lebih banyak di udara sekarang. Kalau menjadi caleg mana bisa meladeni permintaan wawancara. Jadi saya mencoba memperjuangkan sesuatu dengan cara yang lebih luas dan lebih efektif melalui udara, karena sekarang ini penetrasi politik lebih banyak melalui media sosial,” papar Rommy yang masih menunggu akan ditugaskan di TPN Ganjar Mahfud.
Meski sibuk dengan urusan politik dan bisnis, keluarga bagi Romahurmuziy tetap yang utama. “Saat makan bersama adalah waktu yang paling bagus untuk bertukar pikiran dengan keluarga. Cuma sekarang karena putri tunggalnya sudah melanjutkan studi di Amerika dia hampir setiap hari video call dengan sang putri. Sekarang dengan kemajuan teknologi soal komunikasi sudah bukan halangan lagi. Berbeda dengan zaman dahulu yang masih terbatas. Transportasi juga tak ada kendala karena banyak tiket murah kalau dibeli jauh hari lewat aplikasi,” kata suami dari Henny Widiyanti.
"Ketika yang bertarung di kancah pilpres mengerucut ke pasangan Ganjar-Mahfud vs Prabowo-Gibran, itu artinya Jokowi vs Jokowi. Pak Jokowi itu politisi yang belum pernah kalah. Saat tak ada lagi lawan, dia akan bereksperimen melawan dirinya sendiri. Pak Jokowi sebagai kader PDIP melawan Pak Jokowi yang ayahnya Gibran,"