Bagikan:

Idealnya, partai politik mencalonkan kader terbaiknya untuk posisi calon presiden (capres) atau calon wakil presiden (cawapres). Hal itu disadari dengan baik oleh Sekjen Partai Amanat Nasional (PAN) H. Eddy Soeparno, SH, MH. Karena banyak manfaat yang bisa diraih saat ada sosok dari internal yang bisa maju baik sebagai capres atau pun cawapres. Namun, untuk pemilu 2024 ini, mereka tak berani mencalonkan kader partai. PAN, dalam konteks ini sangat realistis dan memiliki pertimbangan sendiri. Mereka menyadari bahwa elektabilitas calon dari internal belum cukup untuk bertarung. Karena itulah pilihannya jatuh pada sosok dari luar partai.

***

Dalam catatan sejarah perpolitikan negeri ini, PAN sudah dua kali mengajukan kader terbaiknya bertarung dalam kontestasi Capres dan Cawapres. Pertama pada pemilu tahun 2004, saat itu tokoh reformasi Amien Rais yang diusung maju sebagai capres yang berpasangan dengan Siswono Yudhohusodo. Dan pada pemilu 2014 kembali PAN mengusung kader terbaiknya: Hatta Rajasa untuk maju sebagai cawapres yang berpasangan dengan Prabowo Subianto. Namun, dalam dua kesempatan itu belum ada yang berhasil memenangkan pilpres.

Mengusung calon internal menjadi capres dan cawapres memang memiliki nilai strategis bagi sebuah partai politik. Selain membuktikan soal kaderisasi yang berhasil, adanya calon dari internal partai bisa mendapatkan coattail effect (efek ekor jas) pada perolehan suara pemilu. Inilah yang banyak diincar oleh partai-partai politik. Contoh paling menarik terjadi pada sosok Susilo Bambang Yudhoyono yang maju sebagai capres pada pemilu 2004 dan 2019. Pada dua pemilu itu, perolehan suara Partai Demokrat meningkat drastis.

Namun untuk pemilu 2024 ini, kata Eddy PAN masih belum bisa mengusung calon dari dalam. Untuk capres mereka mengusung Prabowo Subianto, sementara untuk cawapres nama Erick Thohir yang digadang-gadang. "Kami harus realistis menghadapi pemilu 2024. Jika elektabilitas calon dari internal kurang bagus, lebih baik mengusung calon dari eksternal namun dia bisa mewakili PAN. Sudah dua tahun ini kami mengusung nama Pak Erick Thohir sebagai cawapres PAN," kata Eddy Soeparno.

Dalam konteks calon legislatif, PAN pada pemilu kali ini menargetkan penambahan kursi yang juga realistis. Dua tahun sebelum pemilu, mereka sudah melakukan rekrutmen calon anggota legislatif dari tingkat Kabupaten/Kota, Provinsi, dan tingkat nasional. "Saat ini kami memiliki 40 kursi di DPR RI. Untuk pemilu yang akan datang, kami menargetkan 60 sampai 65 kursi di DPR RI. Ini saya pikir adalah target yang realistis dan kami optimis bahwa target ini dapat tercapai," tegas Eddy Soeparno kepada Ronald Tanamas, Savic Rabos, dan Irfan Medianto dari VOI yang menemuinya di Hotel Sheraton Gandaria City, Jakarta Selatan, belum lama berselang. Inilah petikan wawancara selengkapnya.

Menurut Sekjen PAN Eddy Soeparno situasi menjelang pemilu 2024 ini lebih kondisif. (Foto: Safic Rabos, DI: Raga VOI)

Menurut Sekjen PAN Eddy Soeparno situasi menjelang pemilu 2024 ini lebih kondisif. (Foto: Safic Rabos, DI: Raga VOI)

Dinamika jelang pemilu dan pilpres 2024 begitu dinamis, bagaimana Anda sebagai Sekjen PAN mengamati hal ini?

Saya melihat bahwa jelang pemilu 2024 ini berbeda dengan situasi serupa lima tahun sebelumnya (jelang pemilu 2019). Saat itu dinamikanya sangat tinggi, intensitas dari gesekan antarkelompok itu relatif tinggi karena itu merupakan kombinasi titik kulminasi dari sejumlah perubahan politik yang dimulai tahun 2017. Ketika Pilkada DKI waktu itu sebagai Pilkada yang membelah masyarakat dan residunya terbawa sampai 2019. Waktu itu kita merasakan iklim dan aroma politik identitas yang sangat kental. Jelang 2024 kita lihat justru suatu hal yang sangat menyejukkan.

Tetap ada dinamika antara partai politik yang saling berkompetisi untuk mengajukan capres dan cawapresnya, tetapi yang diajukan itu capres dan cawapres yang memiliki visi dan pandangan yang sama soal Indonesia ke depan. Semua sepakat bahwa pada tahun 2045, Indonesia harus menjadi negara maju. Oleh karena itu, kita memiliki beberapa program dan kebijakan khususnya di saat kita masih memiliki bonus demografi yang harus dimanfaatkan secara baik. Bagaimana kekuatan politik yang sekarang ini bisa berlomba-lomba untuk mengajukan gagasan cemerlang menghadapi tahun 2045. Kita sudah tahu permasalahan-permasalahan apa yang ada. Saya kira semuanya akan membahas hal yang sama.

Jadi Anda tidak mencium ada aroma perpecahan atau politik identitas saat ini?

Tidak ada sama sekali aroma perpecahan. Tidak ada sesuatu yang sifatnya polarisasi di dalam masyarakat, apalagi politik identitas yang memecah belah kita. Sekarang sudah pada pertarungan gagasan. Diawali dengan silaturahim antara petinggi parpol yang saling mengunjungi, saling menjajaki. Ini adalah sebuah contoh yang baik. Tentu ini adalah bagian dari pematangan demokrasi kita.

Sejak awal PAN sudah berkoalisi dengan Golkar dan PPP jelang pemilu dan pilpres, ternyata Koalisi Indonesia Maju itu begitu rapuh, tanggapan Anda?

Kita melakukan penjajakan untuk kemudian mengajukan capres dan cawapres yang kita kehendaki. Kita sudah punya konsep dan kriteria capres dan cawapres. Namun demikian ada perbedaan yang memang kita hormati satu dengan yang lainnya, apakah pada Pak Anies, Pak Ganjar, dan Pak Prabowo. Sehingga akhirnya ketika kita (PAN dan Golkar) mengerucut kepada sosok Pak Prabowo. Namun PPP memilih Pak Ganjar. Kita sepakat pada kriteria namun saat memilih sosok berbeda. Tak apa-apa berbeda, kita hormati pilihan masing-masing.

Adagium yang kita kenal di dunia politik itu tak ada musuh yang abadi, yang ada adalah kepentingan yang abadi. Bagaimana PAN menyelaraskan antara kepentingan dan berdamai dengan musuh politik?

Kita tidak pernah memandang satu sosok atau pribadi tertentu yang berbeda pandangan itu menjadi musuh politik. Dalam politik selalu ada perbedaan pandangan, jadi bagaimana kita bisa saling menghormati. Ujung-ujungnya di partai politik, kita berjuang terhadap sesama, bagaimana kita bisa berbuat baik untuk masyarakat.

Apa kriteria Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden versi PAN?

Kita membutuhkan stabilitas politik dan keamanan untuk pertumbuhan yang tinggi. Karena itu, kita membutuhkan sosok yang tegas, sosok yang bisa menjadi pemimpin yang diikuti kata-katanya karena dia memimpin dengan contoh. Lalu dia juga harus memiliki konsep, punya program sehingga para pembantunya yaitu para menterinya hanya menjalankan programnya, tidak punya program lain. Kita butuh pemimpin yang memiliki visi tahun 2045. Ini amat penting, karena dalam waktu maksimal 10 tahun, seorang presiden dapat membuat pondasi bagi pemimpin selanjutnya untuk mencapai target tahun 2045 dan seterusnya. Kita butuh sosok yang visioner dan mampu melakukan tugas berat dan berdiri tegak di hadapan negara lain.

Sekarang ini kita ada dua blok besar, blok Amerika dan sekutunya, dan blok China. Pemimpin ke depan harus mampu berdiri di antara kedua blok itu dan tetap mengedepankan kepentingan Indonesia dan tidak tunduk kepada salah satunya. Apalagi Indonesia ke depan akan menjadi ekonomi terbesar keempat atau kelima di dunia.

Dalam urusan capres dan cawapres kata  Sekjen PAN Eddy Soeparno pihaknya realistis karena belum ada kader internal yang layak untuk maju. (Foto: Safic Rabos, DI: Raga VOI)

Dalam urusan capres dan cawapres kata  Sekjen PAN Eddy Soeparno pihaknya realistis karena belum ada kader internal yang layak untuk maju. (Foto: Safic Rabos, DI: Raga VOI)

Untuk Capres PAN tidak mencalonkan sosok dari internal, mengapa? Apa tidak ada sosok yang cocok untuk dicalonkan, misalkan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan atau sosok lain?

Ketika sebuah partai bisa mencalonkan kader terbaiknya sebagai calon pemimpin, baik sebagai capres atau cawapres, itu merupakan sebuah kebanggaan. Mesin partai akan bergerak maksimal untuk memobilisasi kekuatan agar kader yang dicalonkan bisa meraih hasil terbaik. Kami memiliki sejarah pada tahun 2004 kami mencalonkan Pak Amien Rais sebagai Capres dan pada tahun 2014 kita mengajukan Pak Hatta Rajasa sebagai cawapres Prabowo. Namun, untuk tahun 2024, kami harus realistis. Jika elektabilitas calon dari internal kurang bagus, lebih baik mengusung calon dari eksternal namun dia bisa mewakili PAN. Sudah dua tahun ini kami mengusung nama Pak Erick Thohir sebagai Cawapres PAN.

Mengapa harus Erick Thohir, apa benar tidak ada tokoh dari internal dan juga eksternal yang lain?

Kami telah memonitor calon sosok yang akan tampil dalam kontestasi pilpres 2024. Ada beberapa tokoh yang kami pertimbangkan, dan salah satunya adalah Pak Erick Thohir. Kami melihat rekam jejaknya sebagai seorang pengusaha, kemudian menjadi Menteri BUMN. Dia juga berperan besar dalam kesuksesan Asian Games 2018. Saat ini dia juga menjabat sebagai Ketua Umum PSSI, dan sebentar lagi kita akan menyelenggarakan Piala Dunia U-17. Dalam berbagai survei, nama Pak Erick juga muncul sebagai salah satu calon wakil presiden yang paling tinggi. Kami merasa bahwa mengusung dia adalah pilihan yang tepat.

Kesepakatan apa yang sudah dilakukan dengan Erick Thohir sehingga PAN begitu gigih mengusulkan dia?

Tidak ada kesepakatan khusus. Dia adalah seorang pengusaha yang sukses dan kini aktif di dunia politik. Ini dapat memberikan motivasi yang besar kepada kader-kader PAN di seluruh Indonesia. Dia adalah sosok yang bertransformasi dengan cepat.

Tentang Erick Thohir, dia masih memiliki tanggung jawab untuk menyelesaikan masalah di BUMN seperti Wijaya Karya, Istaka Karya, Adhi Karya, dll. Namun, sekarang dia sudah merambah ke politik electoral dan diusung oleh PAN sebagai cawapres, bagaimana Anda melihat persoalan ini?

Masalah di BUMN tersebut sebenarnya sudah salah arah sejak awal. Perusahaan-perusahaan konstruksi ini seharusnya tidak diberikan tanggung jawab sebagai pengelola jalan tol, dan ini sudah menjadi masalah sebelum Pak Erick Thohir memimpin Kementerian BUMN. Jika dikatakan bahwa dia tidak fokus pada masalah BUMN, sejak awal Kementerian BUMN ini memang sudah sangat kompleks.

Bagaimana pola pengkaderan di PAN selama ini, bisa Anda ceritakan?

Kami memiliki sekolah politik dengan tiga tingkatan, yaitu Latihan Kader Amanat Dasar (LKAD), Latihan Kader Amanat Madya (LKAM), dan Latihan Kader Amanat Utama (LKAU). Seluruh kader yang maju sebagai calon legislator atau calon kepala daerah harus mengikuti pelatihan kader ini. Untuk calon legislator di tingkat kabupaten atau kota, mereka harus melewati LKAD. Calon legislator provinsi harus melewati LKAD dan LKAM. Sementara calon legislator DPR RI harus mengikuti ketiga tingkatan tersebut. Kader kami berasal dari berbagai latar belakang, termasuk akademisi, pengusaha, atlet, artis, dan ulama. Semua diberi pembekalan yang sama sebelum terjun ke dunia politik.

Untuk pemilu 2024, berapa besar target suara yang ditargetkan PAN dan berapa kursi legislatif yang ditargetkan?

Saat ini, PAN memiliki 40 kursi di DPR RI. Untuk pemilu 2024, kami menargetkan 60 hingga 65 kursi, yang kami anggap sebagai target yang realistis. Kami sudah melakukan praperekrutan dua tahun sebelum pemilu. Sekarang kami memiliki calon yang kuat di dapil-dapil yang sebelumnya kami menangkan. Kami optimis bahwa target ini dapat tercapai.

Daerah mana saja yang menjadi lumbung suara PAN?

Sumatera salah satu basis kuat PAN, di Sumatera Barat separuh dari kepala daerah di sana berasal dari PAN. Separuh dari pimpinan DPRD-nya berasal dari PAN. Begitu juga di Provinsi Riau dan Jambi. Sumatera kita relatif kuat. Di Indonesia bagian Timur, di Sulawesi Tenggara dan Sulsel kita kuat. Di Jawa Barat ada peningkatan yang signifikan, kita bisa masuk di kantong non tradisional PAN. PAN itu lahir dari rahim Muhammadiyah, kita bisa masuk di kantong Persis dan NU di Jabar. Sebagai partai nasionalis, religius Islam modern, kami punya 22 kursi di Papua. Kami optimis bisa mempertahankan kursi meski sekarang ada pemekaran di Papua.

Bagaimana PAN bersaing dengan partai baru yang beraliran mirip (Islam, nasionalis)?

Semua partai di Indonesia punya platform yang relatif sama. Perbedaannya hanya satu, pandangan terhadap agama dan ideologi negara. Dalam spektrum aliran politik di Indonesia ini, ada aliran nasionalis di kutub sebelah kiri dan aliran agamis di sebelah kanan. Tergantung di mana kita berada. PAN berada di tengah; partai nasionalis, religius Islam modern, dan moderat. PAN juga dikenal sebagai partai yang dikelola oleh orang-orang intelektual. Pemilih kami banyak berasal dari kalangan urban yang aktif dan produktif.

Apa strategi PAN untuk meraih suara milenial dan pemula dalam pemilu?

Milenial tidak boleh hanya menjadi objek kampanye, mereka harus diajak untuk aktif dalam aktivitas partai politik. Di awal reformasi, antusiasme publik untuk terlibat dalam partai politik sangat tinggi, termasuk kalangan milenial saat itu. Mereka rela mengibarkan bendera partai mereka sendiri. Namun, saat ini antusiasme tersebut menurun karena ada kekecewaan terhadap perilaku politisi yang terlibat dalam korupsi, kolusi, dan nepotisme. Tidak heran jika dalam berbagai survei, tingkat kepercayaan publik pada partai politik selalu berada di posisi terendah. Melihat realitas ini dan menghadapi kaum milenial, kita harus menawarkan program-program yang masuk akal dan jangan hanya janji-janji besar. Kebutuhan mereka meliputi lapangan pekerjaan, perumahan yang terjangkau dengan uang muka yang terjangkau, dan perhatian terhadap isu perubahan iklim.

Saat ini Koalisi Indonesia Maju bertambah satu dengan Partai Demokrat, bagaimana PAN meresponsnya?

Setelah Partai Demokrat mendukung Prabowo, kami merasa ada semangat baru, seperti tambahan "vitamin Demokrat." Beban kampanye dapat dibagi bersama dengan Demokrat, yang sangat membantu kami yang sudah lebih dulu bergabung untuk mendukung Pak Prabowo. Terlebih lagi, Pak SBY sudah berkomitmen untuk aktif membantu dalam pemenangan. Ini bukan hal yang sepele, terutama karena Partai Demokrat di Jawa Timur cukup kuat, yang akan memperkuat posisi Pak Prabowo di Jatim.

Cak Imin sudah menyatakan rencana untuk memberikan BBM gratis, apa tanggapan Anda?

Kami akan mengusulkan ide-ide yang rasional dan dapat diaplikasikan kepada publik. Jika janji-janji terlalu muluk, akan sulit untuk direalisasikan dan dapat menjadi bumerang jika gagal. Jadi, kami akan tetap mengusulkan ide-ide yang masuk akal dan berkelanjutan, bukan janji-janji besar semata. Kalau ada capres yang belum apa-apa sudah obral janji, silahkan saja.

Jokowi telah menghadirkan banyak terobosan dalam dua periode ini, tetapi masih ada beberapa yang belum selesai. Apakah Prabowo sudah bertekad untuk melanjutkan kebijakan Pak Jokowi?

Kami akan mendukung semua kebijakan yang sudah baik yang belum selesai dilakukan oleh Pak Jokowi. Pak Prabowo sudah secara resmi menyatakan dukungannya untuk melanjutkan pekerjaan yang telah dimulai oleh Pak Jokowi. Pondasi yang telah dibangun oleh Pak Jokowi untuk menuju Indonesia Emas 2045 akan kami lanjutkan.

Ini Kiat Sehat Ala Eddy Soeparno, Anda juga Bisa Melakukannya

Bagi Eddy Soeparno olahraga dan makan yang terkontrol adalah kunci untuk kesehat dirinya. (Foto: Safic Rabos, DI: Raga VOI)

Bagi Eddy Soeparno olahraga dan makan yang terkontrol adalah kunci untuk kesehat dirinya. (Foto: Safic Rabos, DI: Raga VOI)

Banyak cara yang bisa dilakukan untuk membuat tubuh menjadi sehat dan bugar. Sekjen Partai Amanat Nasional H. Eddy Soeparno, SH, MH, punya cara yang sederhana. Yang ia lakukan adalah berolahraga teratur dan makan yang terkontrol. Dan satu lagi, kalau ada masalah dalam pekerjaan, tak perlu dibawa sampai ke hati.

“Saya termasuk yang maniak olahraga. Dalam seminggu bisa dua sampai empat kali bersepeda. Di hari-hari lain ketika tak bersepeda, saya berolahraga di gym. Kebetulan teman saya yang memiliki usaha gym bangkrut saat pandemi COVID-19 lalu, akhirnya saya membeli sebagian peralatan gym-nya. Jadi di rumah ada gym kecil-kecilan,” ungkap pria kelahiran Jakarta, 5 Mei 1965 ini.

Saat ditanya apa yang membuatnya terlihat tampak lebih muda dari usianya sekarang, alumni Fakultas Hukum Universitas Indonesia ini tidak segan berbagi tips yang dia jalani. “Segala sesuatu itu jangan dibawa ke dalam permasalahan yang terlalu serius, karena itu akan membebani. Kita harus menyelesaikan semua permasalahan, yakin tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan,” ungkapnya.

Tips yang dia lakukan selama ini dalam menyelesaikan masalah adalah dengan memahami persoalan yang dihadapi. “Ketika menghadapi permasalahan, saya harus memahami minimal 50 persen dari masalah tersebut. Ketika sudah kita pahami sebagian masalah itu sudah terselesaikan. Itulah yang membuat saya bisa menyelesaikan permasalahan yang muncul satu demi satu,” ujarnya. “Satu lagi, persoalan di kantor jangan dibawa ke pikiran atau dibawa ke rumah,” tambahnya.

Hijrah ke Pentas Politik

Setelah terjun ke politik praktis,  Eddy Soeparno menemukan passion-nya saat bertemu dan bisa memperjuangkan aspirasi rakyat. (Foto: Safic Rabos, DI: Raga VOI)

Setelah terjun ke politik praktis,  Eddy Soeparno menemukan passion-nya saat bertemu dan bisa memperjuangkan aspirasi rakyat. (Foto: Safic Rabos, DI: Raga VOI)

Sebelum menjadi seorang politisi, bapak dua anak ini adalah seorang profesional di dunia perbankan dan perusahaan yang bergerak dalam bidang investasi. “Sebelum terjun ke dunia politik, saya sudah berkarier di dunia perbankan dan perusahaan investasi selama 27 tahun. Kompleksitas masalah yang dihadapi juga tidak kalah dengan di dunia politik. Kuncinya seperti yang saya kemukakan tadi, kita harus memahami minimal sebagian dari persoalan yang dihadapi,” tukas ayah dari Sasongko Soeparno dan Safiyya Azzahra ini.

Adalah sosok Amien Rais yang membuatnya tertarik pada dunia politik. “Saat masih di ABN Amro Bank, saya melihat kiprah dan perjuangan Pak Amien Rais sebagai tokoh reformasi. Saya kagum dengan kegigihan perjuangannya. Tahun 2001 saat dia masih Ketua MPR, saya diperkenalkan oleh seorang kawan dengan beliau. Ada beberapa tugas yang diminta Pak Amien pada teman saya itu. Kemudian kami menyelesaikan tugas itu dengan baik,” ungkapnya.

Setelah tugas tersebut, Amien Rais kembali meminta Eddy untuk membantunya menyelesaikan suatu pekerjaan. “Pak Amien bilang jangan tinggalkan saya, Anda adalah vitamin baru buat saya,” kata Eddy menirukan permintaan Amien Rais pada dirinya.

Tahun 2023, dia diminta menjadi Direktur Amien Rais Center. Setahun kemudian, dia menjabat sebagai Wakil Ketua Tim Pemenangan Amien Rais sebagai Calon Presiden 2024. “Sejak itu, saya otomatis menjadi kader PAN dan berkiprah secara penuh di pentas politik,” ungkapnya.

Meski sudah menjadi kader PAN, Eddy Soeparno belum mau berpolitik praktis. Sampai akhirnya pada tahun 2015 saat Zulkifli Hasan memintanya menjadi Sekjen PAN, barulah ia mau total bergulat dalam politik praktis. “Pak Zul minta saya mengelola partai ini secara modern. Di situlah saya tertantang untuk mengaplikasikan ilmu yang saya miliki sebelumnya sebagai profesional untuk membenahi partai,” katanya.

Mewakafkan Diri untuk Masyarakat

Meski sibuk dengan urusan kantor,  Eddy Soeparno tetap memperhatikan keluarganya. (Foto: Safic Rabos, DI: Raga VOI)
Meski sibuk dengan urusan kantor,  Eddy Soeparno tetap memperhatikan keluarganya. (Foto: Safic Rabos, DI: Raga VOI)

Ada satu hal yang membuatnya begitu tertantang saat memutuskan untuk terjun dalam politik praktis, yaitu suara rakyat. “Kalau di dunia profesional sebagai direktur di perusahaan publik, yang menentukan naiknya karier saya adalah direksi dan pemegang saham. Tapi kalau sebagai wakil rakyat, yang menentukan adalah rakyat. Itulah yang membuat saya ingin merasakan dipilih oleh puluhan ribu rakyat. Dan alhamdulillah saya kemudian terpilih menjadi anggota DPR RI,” tegasnya.

Hijrah dari dunia profesional ke pentas politik menuntut Eddy untuk menyesuaikan diri secara cepat. Dalam proses penyesuaian itu, justru dia menemukan passion-nya saat bertemu dengan masyarakat. “Bisa bertemu dan membantu masyarakat kecil itu memberikan kepuasan batin bagi saya,” kata Eddy yang sempat terpikir mengaja tidak lebih awal terjun ke politik praktis.

Dan sebelum terjun ke politik praktis, Eddy sudah bertukar pikiran dengan istrinya, Sawitri Hardjoprakoso, juga kedua anaknya yang kini beranjak dewasa. ”Saya bilang kepada anak dan istri bahwa saya mewakafkan diri untuk masyarakat. Alhamdulillah mereka mendukung dan memahami kondisi saya. Mereka bisa mentolerir kegiatan saya,” kata Eddy selalu dikirimi makan siang dari rumah saat bertugas di gedung DPR RI.

Namun saat ada waktu bersama keluarga, ia akan membalasnya dengan melakukan berbagai aktivitas seperti makan bersama atau aktivitas outdoor bersama, dan lain-lain. “Karena keluarga saya kecil, kami mudah saja pergi bersama liburan ke luar kota dalam satu mobil. Jadi bonding dengan keluarga tetap terjaga meski saya sudah sibuk dengan urusan partai dan harus melayani masyarakat,” tandas Eddy Soeparno.

"Tidak ada sama sekali aroma perpecahan. Tidak ada sesuatu yang sifatnya polarisasi di dalam masyarakat, apalagi politik identitas yang memecah belah kita. Sekarang sudah pada pertarungan gagasan. Diawali dengan silaturahim antara petinggi parpol yang saling mengunjungi, saling menjajaki. Ini adalah sebuah contoh yang baik. Tentu ini adalah bagian dari pematangan demokrasi kita,"

Eddy Soeparno