Bagikan:

Perekonomian dunia diberitakan mengalami gonjang-ganjing dan diambang resesi. Keadaan ini bisa berdampak pada perekonomian Indonesia. Namun kata Ketua Dewan Komisioner (DK) Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa, jika perekonomian Indonesia dikelola baik, dia optimis Indonesia tak akan masuk ke pusaran resesi.

***

Pernyatan optimis ini bukan tanpa alasan. Menurut Purbaya, begitu dia biasa disapa, saat ekonomi dunia terpuruk di tahun 2008-2009 Indonesia masih bisa tumbuh 4,6 persen. Ketika dunia dilanda pandemi COVID-19 di awal tahun 2020 recovery perekonomian Indonesia berlangsung cepat.

Bahkan tahun 2022 saat perekenomian di beberapa negara pertumbuhannya negatif, pertumbuhan ekonomi Indonesia menunjukkan angka yang mengembirakan. Menurut data BPS (Badan Pusat Statistik), Ekonomi Indonesia tahun 2022 tumbuh sebesar 5,31 persen, lebih tinggi dibanding capaian tahun 2021 yang mengalami pertumbuhan sebesar 3,70 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi terjadi pada Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan sebesar 19,87 persen.

Argumen lain menurut Purbaya Yudhi Sadewa, ekonomi Indonesia relatif kuat karena ditopang sektor domestik. “Kalau ekonomi global gonjang-ganjing kita memang akan terdampak, namun kalau kita bisa mengelola ekonomi, tidak akan masuk ke jurang resesi. Soalnya ekonomi kita ini ditopang oleh 80 persen sektor domestik. Jadi kalau kita bisa jaga domestic demand, saya pikir ekonomi kita engga akan bermasalah,” katanya.

LPS lanjut Purbaya ikut andil dalam menjaga perekonomian dengan menjaga sektor perbankan. “Kami sudah menjelaskan kepada nasabah perbankan di seluruh Indonesia bahwa uang simpanan mereka di bank aman dan dijamin hingga Rp 2 miliar per nasabah per bank,” tukasnya.

Bagaimana kalau dana yang dimiliki nasabah lebih dari Rp 2 miliar? Jangan sedih, ada trik jitu yang diungkap Purbaya agar simpanan bisa aman. “Kalau anda punya uang Rp 10 miliar, dan disimpan dalam 6 bank berbeda, asal jumlahnya masih di bawah Rp 2 miliar per nasabah per bank, itu masih aman. Di Indonesia ini ada 105 bank komersial, jadi anda masih bisa menyimpan kira-kira 200 miliar kalau disebar di 100 bank yang ada,” katanya kepada Iqbal Irsyad, Edy Suherli, dan Savic Rabos dari VOI yang menemuinya di kantor LPS Jakarta belum lama berselang. Inilah petikan selengkapnya.

Ketua DK LPS Purbaya Yudhi Sadewo yakin pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2023 minimal 4 persen. (Foto: Savic Rabos, DI:Raga VOI)
Ketua DK LPS Purbaya Yudhi Sadewa yakin pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2023 minimal 4 persen. (Foto: Savic Rabos, DI:Raga VOI)

LPS adalah lembaga yang bertanggungjawab menjaga stabilitas sistem perbankan dengan memberikan jaminan atas simpanan nasabah di bank, apakah hal ini sudah terimplementasikan? 

Selama ini LPS sudah menjalankan tugasnya dengan baik. Kami sudah menjelaskan kepada nasabah perbankan di seluruh Indonesia bahwa uang simpanan mereka di bank aman dan dijamin hingga Rp2 miliar per nasabah per bank. LPS juga aktif di KSSK (Komite Stabilitas Sistem Keuangan) dan ikut memberikan masukan untuk menjaga stabilitas sistem keuangan. Sehingga kebijakan yang dikeluarkan oleh KSSK itu bisa menjaga pemulihan ekonomi.

Selama 17 tahun LPS beroperasi, sudah banyak bank yang diselamatkan. Kami sudah melikuidasi 117 BPR (Bank Perkreditan Rakyat), dan 1 bank umum. Dengan kinerja seperti ini diharapkan publik makin percaya pada perbankan dan tidak mudah percaya dengan isu yang tak jelas dan membuat mereka ramai-ramai menarik uangnya.

Awal tahun 2020 ada pandemi COVID-19, saat itu apa yang dilakukan LPS?

Selama tahun 2020 ketika pandemi COVID-19 melanda dan membuat ekonomi kita agak jelek dan mengalami kontraksi. Dalam keadaan seperti itu kita tidak melihat ada penarikan uang besar-besaran dari masyarakat, karena  LPS bergerak dan bisa meyakinkan masyarakat kalau uang mereka aman. Di sisi lain KSSK juga melakukan hal sama untuk menjaga stabilitas ekonomi ketika  pandemi COVID-19 melanda. Jadi meski dalam kondisi pandemi sektor perbankan kita masih bisa dijaga.

Berapa besar kepercayaan publik pada perbankan nasional saat ini, apa upaya yang dilakukan LPS untuk meningkatkan kepercayaan publik pada perbankan nasional?

Salah satu ukuran yang  bisa menjadi rujukan adalah saat pandemi kemarin masyarakat tidak berbondong-bondong menarik uangnya di bank.  Bahwa, kepercayaan masyarakat pada perbankkan masih bisa dijaga. Kunci utamanya adalah sosialisasi pada masyarakat bahwa uang mereka di bank itu dijaga oleh LPS dan aman. Jadi kalau punya uang seratus juta atau lebih jangan disimpan di bawah kasur, di bank saja karena simpanan hingga Rp 2 miliar dijamin oleh LPS.

LPS aktif melakukan sosialisasi lewat wawancara media dan menyebarkan informasi ke berbagai media cetak dan elektronik yang ada. Sebelum saya masuk LPS sosialisasi lewat media ini belum digencarkan. Mungkin saat itu kami belum sadar betapa peran media bisa menyosialisasikan program yang ada di LPS kepada masyarakat secara masif. Karena itu bisa membantu menjaga stabilitas perbankan juga. Salah satu cara membuat publik tenang adalah membuat mereka tahu kalau uang mereka aman disimpan di bank.

Jadi literasi publik melalui media amat penting dan srategis sekali?

Amat penting sekali, karena itu saya saat ada kunjungan kerja ke Bandung, Surabaya, Yogyakarta dan kota-kota besar lainnya saya sering mengundang media untuk berdiskusi seputar tugas dan peran LPS. Mungkin orang bilang engga penting-penting amat, tetapi itulah esensi yang harus dilakukan oleh LPS. Terus melakukan sosialisasi agar publik tenang dan tahu, kalau uangnya dijaga.

Saat pandemi COVID-19 melanda dunia, kata Ketua DK LPS Purbaya Yudhi Sadewo  ekonomi Indonesia pulih dengan cepat. (Foto: Savic Rabos, DI:Raga VOI)
Saat pandemi COVID-19 melanda dunia, kata Ketua DK LPS Purbaya Yudhi Sadewa ekonomi Indonesia pulih dengan cepat. (Foto: Savic Rabos, DI:Raga VOI)

Selama ini LPS menjamin simpanan nasabah hingga Rp 2 miliar per nasabah per-bank apakah ini bisa ditingkatkan? Bagaimana dengan dana lebih dari itu?

Untuk dana Rp 2 miliar yang dijamin LPS itu ada tiga syarat; tercatat, tingkat suku bunganya di bawah penjaminan LPS dan (anda) tidak membuat bank menjadi bangkrut. Kalau dalam satu bank seorang nasabah memecah simpanan di beberapa akun, tetap saja diakumulasikan di akun yang sama. Kalau anda punya uang Rp 10 miliar, dan disimpan dalam 6 bank berbeda, asal jumlahnya masih di bawah Rp 2 miliar per akun per bank, itu masih aman. Di Indonesia ini ada 105 bank komersial, jadi anda masih bisa menyimpan kira-kira 200 miliar kalau disebar di 100 bank yang ada. Kalau saya sih tenang ya, karena uang saya masih di bawah Rp 2 miliar, hehehe.

Setiap tahun LPS mendapat tambahan dana untuk menangani perbankan hampir Rp 20 triliun. Mungkin untuk tahun ini bisa lebih  dari angka itu. Total aset LPS sekarang mencapai Rp 183 triliun, akhir tahun 2023 ini bisa mencapai Rp 200 triliun. Jadi dengan aset sebesar bisa menjaga berbankan, jadi kalau ada satu bank yang tidak sehat bisa segera diatasi dan diharapkan tidak menyebar ke mana-mana.

Bagaimana penanganan bank-bank yang gagal, apa upaya yang dilakukan LPS agar masyarakat bisa tenang dan tidak berpengaruh pada bank lainya?

Tahun 2020 kemarin memang ada bank yang mengalami gangguan likuiditas. Kebutuhan uangnya tidak banyak sekitar Rp 2 sampai Rp 3 triliun sudah cukup untuk menjaga stabilitas bank tersebut. Belum ada pihak yang mau meminjamkan uang, sementara LPS tidak bisa masuk karena UU-nya belum mengizinkan waktu itu. Tapi dengan UU P2SK  (Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan) yang baru kita bisa masuk kalau ada kasus seperti ini. Bisa menempatkan uang sebelum bank itu bangkrut. Kebangkrutan sebuah bank bisa diantisipasi dengan intervensi LPS. Tidak menyebar ke mana-mana, dan biaya penyehatan banknya relatif lebih kecil. Jadi dengan aset LPS dan kerja sama dengan KSSK dan instansi keuangan yang lain, kita bisa jaga perbankan Indonesia.

Kalau ada bank sistemik yang jatuh akan diselamatkan dengan berbagai cara, namun kalau LPS bisa intervensi di depan dampaknya bisa kita minimalisir. Jadi ada langkah preventif yang bisa dilakukan LPS.

Para pengamat mengatakan ada ancaman resesi di tahun 2023 ini, Presiden Jokowi juga mengingatkan hal yang sama soal ini, bagaimana peran LPS dalam hal ini?

Dalam pengamatan saya mungkin saat menyampaikan hal itu Presiden Jokowi menerima informasi yang belum clear. Jadi kalau ekonomi global gonjang-ganjing kita memang akan terdampak, namun kalau kita bisa mengelola ekonomi tidak akan masuk ke jurang resesi. Soalnya ekonomi kita ini ditopang oleh 80 persen sektor domestik. Jadi kalau kita bisa jaga domestic demand, saya pikir ekonomi kita engga akan bermasalah.

Bagaimana cara menjaga domestic demand?

Caranya dengan menjaga daya beli masyarakat. Jadi anggaran pemerintah dibelanjakan (membeli produk lokal) agar ekonomi bergerak termasuk dengan memberi bantuan untuk orang miskin (BLT). Lalu perbankan dibuat sistem yang supportif untuk pertumbuhan. Juga menjaga agar harga uang tidak terlalu tinggi di pasar, dalam hal ini tingkat bunga bank. Jadi walaupun bank sentral di manca negara menaikkan suku bunga kita juga ikut tapi cuma 50 bases, cuma untuk menunjukkan kalau kita in-line dengan mereka, namun hal ini tidak akan membunuh sektor ekonomi di dalam negeri.  

Dengan suku bunga bank sekitar 4 persen, bunga deposito tidak naik. Otomatis landing rate juga tidak naik signifikan. Artinya ruang untuk ekonomi kita bertumbuh masih ada. Karena domestic demand-nya dijaga. Jadi kalau bunga bank murah yang punya uang tidak akan ragu membelanjakan uangnya. Sebaliknya kalau bunga bank tinggi, orang akan sayang membelanjakan uangnya. Sementara dari sisi pelaku usaha kalau bunga bank rendah, juga masih berani pinjam uang di bank karena estimasi pengembalian ada, soalnya bunga bank tidak terlalu tinggi. Jadi LPS membantu dari sisi itu. Dengan model seperti ini saya yakin ekonomi kita akan bisa melewati ancaman.

Untuk kasus seperti ini ada rujukannya?

Ada pengalaman tahun  2008 dan 2009 saat ekonomi global ada gangguan, dari Amerika dan menyebar ke  mana-mana. Saat pertumbuhan ekonomi di banyak negara negatif, kita masih bisa tumbuh 4,6 persen. Saat itu Indonesia dikagumi dunia, karena bisa mempertahankan pertumbuhan. Jadi pengalaman dan ilmu yang pernah kita terapkan saat itu tidak tiba-tiba hilang, masih bisa diaplikasikan lagi di saat ini.

Kita banyak belajar dari krisis ekonomi tahun 1998, tahun 2008, tahun 2015 kita bisa selamat dan tahun 2020 saat ekonomi terpuruk karena pandemi kita bisa recovery dengan cepat. Dalam prediksi saya buruk-buruknya ekonomi kita masih bisa tumbuh dalam kisaran 4 persen. Untuk bisa tumbuh sampai 5 persen pun bisa, dan di angka 6 persen juga bukan hal yang mustahil.

Untuk mencapai angka pertumbuhan ekonomi yang maksimal itu caranya bagaimana?

Caranya kebijakan fiskal dan moneter harus jalan berbarengan untuk menjaga pertumbuhan domestik kita. Dan saya yakin Presiden Jokowi tahu benar apa yang harus dijalankan untuk menjaga pertumbuhan ekonomi ke depan. Jadi bisa saja ekonomi global akan kacau, namun bukan berarti ekonomi kita akan hancur. Belajar dari pengalaman dan pengetahuan yang ada kita bisa menentukan nasib kita ke depan, jadi nasib kita ada di tangan kita sendiri, bukan di tangan orang lain.

Apa sinergi yang dilakukan antara LPS dengan lembaga keuangan lainnya dalam menjaga stabilitas dan pertumbuhan ekonomi?

Setiap tiga bulan sekali kita melakukan koordinasi dengan KSSK untuk level pimpinan, untuk level deputi itu pertemuannya sebulan sekali. Kalau ada isu penting akan dibahas dan dipecahkan dalam tiga bulan, tapi kalau bisa lebih cepat mengapa tidak. Seluruh kebijakan, apalagi yang membahayakan perekonomian dibahas.

Termasuk kalau ada tanda-tanda akan terjadi rush di sebuah bank misalnya, itu sudah bisa terdeteksi sejak dini?

Ya, karena kondisi itu sudah terlihat dari keadaan di bank itu sendiri. Biasanya rush itu dipengaruhi juga oleh faktor ekonomi di sekitarnya yang tidak sehat. Kita mengembangkan potensi mendeteksi perkembangan ekonomi ke depan. Dulu ada leading economic index yang bisa memprediksi perkiraan pertumbuhan ekonomi sampai enam bulan ke depan, itu akurat. Dan sekarang LPS akan membuat tools sejenis, untuk melihat prediksi ke depan.

Para pengamat mengatakan ada ancaman resesi di tahun 2023, bagaimana anda menjelaskan keadaan ini agar publik tenang dan bisa berkerja dengan baik?

Ancaman resesi ekonomi itu akan selalu ada kalau kita bodoh. Soalnya kalau kebijakannya salah, pasti ekonomi jatuh. Domestik ekonomi kita 80 persen lebih, ketergantungan pada impor 20 persen. Kalau kita bisa jaga itu engga masalah. Lihat tahun 2008-2009 kita masih bisa tumbuh 4,6 persen saat ekonomi dunia tidak baik. Sekarang ini kebijakan ekonomi pemerintah juga pas, uang di sistem (perbankan) juga cukup, tumbuhnya sekitar 29 persen. Itu yang kita sebut base money atau money grow, ini kebijakan yang tidak ketat-ketat amat meski BI menaikkan suku bunga. Tapi masih ada ruang untuk bertumbuh. Kita stimulan perbankan mengeluarkan kredit dan pelaku usaha bisa pinjam uang, jadi ekonomi bisa berputar. Jadi pertumbuhan ekonomi kita bisa bertumbuh meski ada tekanan dari faktor global. Jadi pertumbuhan ekonomi kita akan seperti 2022 lalu minimal dan kalau bisa lebih tinggi lagi.

Meski Sibuk di Kantor, Purbaya Yudhi Sadewa Masih Bantu Anak Belajar 

Meski sibuk dengan aktivitas di kantor  Purbaya Yudhi Sadewo  masih menyisihkan waktu untuk keluarga. (Foto: Savic Rabos, DI:Raga VOI)
Meski sibuk dengan aktivitas di kantor Purbaya Yudhi Sadewa masih menyisihkan waktu untuk keluarga. (Foto: Savic Rabos, DI:Raga VOI)

Menjalankan kesibukan di kantor sebagai seorang profesional adalah keniscayaan bagi Ketua Dewan Komisioner (DK) Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa. Namun keluarga baginya tetap nomor satu. Di tengah kesibukan, ia menyisihkan waktu untuk berjalan bersama anak-anak dan istri. Kali lain ia juga masih mengajari anaknya yang duduk di bangku SMA dan di perguruan tinggi belajar.

Bagi pria kelahiran Bogor, 7 Juli 1964 ini boleh saja kesibukannya menggunung di berbagai lembaga dan perusahaan yang di dalamnya ia terlibat. Namun saat-saat berkumpul bersama keluarga meski akan manfaatkan dengan maksimal.

“Di tengah kesibukan saya refreshing dengan jalan-jalan dengan anak-anak dan istri. Anak saya suka ke Gunung Gede. Kalau liburan panjang biasanya ke Gunung Bromo,” ungkap Purbaya yang menyelesaikan Pendidikan Srata 1 di  jurusan Teknik Elektro di Institut Teknologi Bandung (ITB).

Untuk perjalanan ke tempat wisata itu biasanya lanjut Purbaya, ia yang menyetir mobil. Sembari berjalan ia akan mengobrol dengan anak-anaknya. Kebersamaan ini benar-benar dioptimalkan olehnya untuk bisa membangun bonding dengan anak-anaknya.

Namun dalam bahasa lain, Purbaya berseloroh, kalau anak-anaknya bukan hanya senang disetiri olehnya saat menuju tempat wisata. Tetapi anak-anaknya akan senang saat melihat ayahnya susah payah menyetir mobil. “Mereka senang kalau melihat saya susah, hehehe,” katanya dengan tawa yang khas.

Kesusahan saat melintasi perjalanan dinikmati oleh Purbaya. Semua akan terbayar setelah liburan usai dan ia kembali lagi dengan rutinitas seperti sedia kala. Sementara anak-anaknya pun demikian, anak yang kembali bersekolah dan ada juga yang melanjutkan kuliahnya.

Ketika masa persekolahan dan perkuliahan sudah dimulai, ternyata  masih ada lagi tugas yang harus dilakukan Purbaya saat berada di rumah, yaitu mengajari anak-anaknya belajar. “Kalau di rumah saya masih mengajari anak saya yang duduk di SMA dan perguruan tinggi. Ya kalau saya ada waktu saya mengajari mereka belajar,” akunya.

Olahraga

Saat para ekskutif lain menekuni olahraga golf,  Purbaya Yudhi Sadewo  memilih bulu tangkis. (Foto: Savic Rabos, DI:Raga VOI)
Saat para ekskutif lain menekuni olahraga golf, Purbaya Yudhi Sadewa memilih bermain bulu tangkis. (Foto: Savic Rabos, DI:Raga VOI)

Untuk menjaga kebugaran, Purbaya Yudhi Sadewa berupaya untuk melakoni olahraga sesuai dengan kesukaannya. Kalau para eksekutif banyak yang menggemari olahraga golf, namun ia mengaku tak punya bakat bermain golf. “Mau main golf kayak orang-orang itu, saya engga bisa. Saya bukan orang kaya,” begitu dia beralasan.

Lalu olahraga apa yang ia lakoni? Ternyata Purbaya yang memperoleh gelar Doktor  dibidang Ilmu Ekonomi dari Purdue University, Indiana, Amerika Serikat memilih olahraga tepuk bulu.

“Sepekan sekali saya main buku tangkis di GBK Arena bersama teman-teman wartawan. Kalau mau ikut main, ayo bersama saya dan teman-teman yang biasa meliput bidang ekonomi dan kegiatan LPS,” katanya mengajak untuk ikut bergabung.

Bagi dia olahraga tak hanya untuk membakar keringat. Lewat olahraga bersama kolega dan teman-teman wartawan ia bisa menjaga silaturahmi dan sekaligus menyampaikan pesan-pesan institusi yang ia pimpin kepada wartawan. Dan wartawan pun akan menyampaikan hal yang sama  kepada para pembaca dan pemirsa di mana pun berada.

Sebuah kerja sama yang apik dilakukan Purbaya. Seperti kata peribahasa, sekali merengkuh dayung dua tiga pulau terlampaui.

Belajar

Purbaya Yudhi Sadewo  berpesan kepada genrasi muda untuk tetap memprioritaskan belajar dan sekolah. (Foto: Savic Rabos, DI:Raga VOI)
Purbaya Yudhi Sadewa berpesan kepada genrasi muda untuk tetap memprioritaskan belajar dan sekolah. (Foto: Savic Rabos, DI:Raga VOI)

Sebelum dipercaya Presiden Jokowi untuk menduduki jabatan sebagai Ketua Dewan Komisioner (DK) di Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) periode 2020-2025, berbagai posisi dan jabatan strategis sudah di pegangnya. Baik yang berhubungan langsung dengan keahliannya dalam bidang ekonomi maupun posisinya sebagai komisaris di perusahaan milik negara.

Di antara sebagai Kepala Danareksa Research Institute, lalu menjadi Staf Ahli Menko Perekonomian Hatta Rajasa di era Presiden SBY. Meski rezim berganti, namun Purbaya tetap dibutuhkan sumbangsihnya. Ia kemudian dipercaya menjadi Deputi Staf Kepresidenan pada tahun 2015, semasa Luhut Binsar Pandjaitan menjabat Kepala Staf Kepresidenan.

Saat Luhut Binsar Pandjaitan mendapat tugas sebagai Menko Kemaritiman dan Investasi, Purbaya pun ikut dilibatkan sebagai  Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi. Ia bertugas  membahas isu di bidang kedaulatan maritim dan energi.

Di luar itu, tugas lain yang pernah dipercayakan kepada Purbaya adalah sebagai komisaris PT Inalum (Persero), yang menjadi induk holding BUMN pertambangan atau MIND ID. Holding ini membawahi PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM), PT Timah Tbk. (TINS), PT Bukit Asam Tbk. (PTBA), dan PT Freeport Indonesia.

Untuk meraih apa yang sudah digenggamnya kini, dilalui dengan susah payah. Karena itu ia menyarankan kepada anak muda untuk tak henti belajar. “Saran saya untuk anak-anak muda jangan lupakan  sekolah. Sekolah itu penting. Anak saya terlalu asyik main kripto, memang menang banyak, dia mau melupakan sekolahnya,” katanya.

Selanjutnya, kata Purbaya harus adaptif dengan teknologi yang terus berkembang.  “Harus terbuka dengan pekembangan teknologi mutakhir. Dan kalau suka pada sesuatu harus serius, pelajari benar-benar ilmunya. Misalnya di sektor finansial, pelajari sampai tuntas. Kalau tidak punya ilmunya pasti akan bangkrut,” tukasnya.

Dan yang tak boleh dilupakan adalah mengaplikasikan ilmu yang sudah diraih. “Jadi tetap semangat untuk belajar. Jangan lupa kalau sudah pintar kembali ke Indonesia untuk aplikasikan ilmunya. Jadi engga usah hidup dan menetap di luar negeri,” kata Purbaya Yudhi Sadewa menyudahi perbincangan.

 

"Kita banyak belajar dari krisis ekonomi di tahun 1998, tahun 2008, tahun 2015 kita bisa selamat dan tahun 2020 saat ekonomi terpuruk karena pandemi kita bisa recovery dengan cepat. Dalam prediksi saya, buruk-buruknya ekonomi kita masih bisa tumbuh dalam kisaran 4 persen. Tapi untuk bisa tumbuh sampai 5 persen bisa, dan di angka 6 persen juga bukan hal yang mustahil,"

Purbaya Yudhi Sadewa