Bagikan:

Praktik politik uang atau money politic lazim ditemukan di Indonesia.  Padahal praktik ini jelas-jelas dilarang berdasarkan UU No 3 tahun 1999 tentang Pemilihan Umum. Namun apa daya peraturan ini seperti macan kertas. Menurut Dr. H. Jazilul Fawaid, S.Q., M.A sebagai Wakil ketua MPR RI, persoalan ini harus menjadi perhatian semua politisi dan masyarakat. Dalam jangka panjang praktik ini tak hanya membuat sengsara politisi, tapi juga rakyat secara keseluruhan. Semua kalangan harus punya komitmen yang sama untuk memberantas money politic.

***

Money politic ini muncul, kata Jazil karena banyak politisi yang “malas”. Mereka mau memenangkan pertarungan dalam pemilu atau pileg namun tak mau berusah-susah meraih hati rakyat. Akhirnya jalan pintas digunakan, menggunakan uang, sembako, barang dan sebagainya. Tujuannya jelas untuk membeli suara rakyat. Menurut Jazil ada istilah yang beredar soal ini, yaitu  NPWP (nomor piro wani piro). Artinya nomor berapa dan berani bayar berapa kalau mau dipilih. 

Dalam jangka panjang, lanjut Wakil Ketua Umum DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini, ketika tingkat kesejahteraan masyarakat sudah membaik, level pendidikan masyarakat sudah meningkat, dan kesadaran politik semakin membaik, money politic tak akan laku. “Selama ini praktik money politic itu banyak terjadi di kantong-kantong kemiskinan. Daerah yang tingkat kesejahteraannya masih harus ditingkatkan. Di sana tumbuh subur praktik jual beli suara. Hal ini harus menjadi koreksi bagi semua pihak. Ke depan saat kesejahteraan, pendidikan dan kesadaran meningkat, praktik ini akan ditinggalkan,” tandasnya.

Menurut dia praktik money politic ini membuat ongkos politik menjadi amat sangat tinggi. Saat seorang pejabat yang terpilih melalui money politic, kata Jazil, prioritas yang dilakukan adalah mengembalikan modal yang sudah dikeluarkan. Praktik korupsi kemudian menjadi jalan pintas yang dipilih. Sudah banyak kepala daerah, anggota legistaltif yang harus digelandang KPK karena terjerat dalam operasi tangkap tangan (OTT).

Memberantas money politic lanjut Jazilul Fawaid yang juga menempati jabatan sebagai Wakil Ketua Bidang Pemenangan Pemilu PKB, tak bisa diembankan pada satu kelompok atau kepada penegak hukum saja. Semuanya harus ikut serta dalam memberantas praktik money politic jika ingin kualitas demokrasi menjadi lebih baik. “Ini harus menjadi koreksi buat parpol, politisi dan seluruh masyarakat Indonesia,” katanya kepada Edy Suherli, Savic Rabos dan Rifai dari VOI yang menyambanginya di Rumah  Dinas Pimpinan MPR RI, Kemang, Jakarta Selatan belum lama ini. Ia juga bicara soal persiapan dan strategi PKB menghadapi pemilu 2024. Inilah petikan selengkapnya.

Jazilul Fawaid. (Foto: Savic Rabos, DI: Raga/VOI)
Jazilul Fawaid. (Foto: Savic Rabos, DI: Raga/VOI)

Seperti apa persiapan partai Anda menghadapi pemilu 2024?  

Lazimnya partai politik, pekerjaan hari-hari di partai politik itu berjalan normal. Kami sudah menghadapi pilkada serentak kemarin dan alhamdulillah sukses, banyak kader kami yang terpilih dan ada juga yang gagal.  Tugas lain adalah menyiapkan rekrutmen calon pemimpin di daerah. Untuk di pusat masih harus menunggu pilpres. Tetapi yang paling penting juga ada tugas pendidikan politik, di tengah pandemi ini menurut saya tidak mudah  partai politik menjalankan fungsinya sebagai lembaga yang memiliki tugas pendidikan politik.  

Selama pandemi ini Ketua Umum PKB Pak Muhaimin sudah mengeluarkan Surat Perintah kepada seluruh jajaran partai untuk membantu masyarakat yang terdampak pandemi. Di samping itu juga terus bekerja itu untuk memperluas basis pemilih PKB. Yang terdampak COVID -19 ini kan ada banyak; petani, nelayan, buruh, guru ngaji di pesantren dan madrasah, dan lain sebagainya yang notabene mereka adalah konstituen PKB. Pelan-pelan pemerintah sudah berhasil mengendalikan COVID-19 ini. Namun harus tetap waspada dan menjalankan prokes. Tahun 2022 kita harus bangkit. 

Kalau pemilu ditetapkan 2024, maka tahun ini  amat penting, karena biasanya kampanye pemilu 1 tahun dan proses pematangan 1 tahun. Tahun 2022 ini adalah proses pematangan.  Alhamdulillah dari semua rilis survei yang ada, PKB sudah pasti lolos parliamentary threshold 4 persen. Ini memberikan keyakinan kepada para kader untuk merekrut calon anggota legislatif. Sejak pertengahan Oktober 2021 PKB sudah mengumumkan kepada publik bahwa partai kami akan melakukan pencaleg-an dini untuk tingkat provinsi, kabupaten/ kota dan pusat. Kepada mereka yang mendaftar saya ingin katakan; yakinlah kalau suara Anda tidak akan sia-sia. Dan pasti PKB akan lolos di Senayan. Jadwal pemilu belum selesai, keserentakan juga belum tuntas. Langkah yang dilakukan dengan pencaleg-an dini dari tingkat II sampai Tingkat Pusat, dan rekrutmen saksi.

Target untuk pemilu 2024?

Target kita dua besar dan bisa menyalip Gerindra dan Golkar. Dari hasil yang bedanya tipis. Untuk bisa memenangkan pertarungan, PKB harus meluaskan basis dukungan.  Kaum milenial menjadi sasaran kami, PKB harus masuk di sini. Ini yang sedang  di kerjakan Garda Bangsa (Gerakan Pemuda Partai Kebangkitan Bangsa).

Di parlemen yang dilakukan adalah menjaga suara yang sudah ada (mempertahankan) dan mengambil suara baru yang kemungkinan bisa. Saat ini suara yang ada 58 kursi, ke depan kita targetnya 100 kursi DPR RI. Untuk mencapai target itu kita sudah menyusun strategi. Alhamdulillah kami ditopang secara kultural oleh NU karena memang partai ini lahir dari Nahdlatul Ulama. Tapi kadang kala diperebutkan juga oleh partai lain.

Kami terus membuat program yang bisa dirasakan langsung manfaatnya oleh publik seperti pembagian sembako bagi warga terdampak pandemi. Kami juga mengawal UU yang dibutuhkan masyarakat, salah satunya UU tetang Pesantren yang belum lama ini disahkan. Kami juga mendukung UU tindak kekerasan seksual, UU Pekerja Rumah Tangga. Jadi UU yang memang dibutuhkan masyarakat bawah. Selain itu untuk anggota legislatif PKB di DPRD Provinsi dan Kabupaten juga bertugas mengontrol pembuatan anggaran pemerintah. Selain itu partai juga sudah melakukan restrukturisasi partai sampai ke tingkat ranting. Saat pemilu 2024 disahkan kita sudah siap dengan infrastrukturnya. Tinggal menyiapkan “bensin” untuk menggerakkan semuanya.

Jazilul Fawaid. (Foto: Savic Rabos, DI: Raga/VOI)
Jazilul Fawaid. (Foto: Savic Rabos, DI: Raga/VOI)

Politik di Indonesia ongkosnya tinggi bagaimana partai Anda menghadapinya?

Partai kami ingin  membangun tatanan politik nasional yang berakhlakul karimah dan selalu mendorong agar tidak terjadi  ongkos politik yang tinggi. Karena hakikat politik  itu dampaknya itu kepada rakyat. Kalau terjadinya ongkos politik yang tinggi  misalnya di pemilihan bupati/wali kota dan gubernur, legislatif nanti dampaknya kepada masyarakat juga. Setelah calon itu terpilih dia lupa dengan amanah. Kepada seluruh rakyat Indonesia ayo kita murnikan politik kita menjadi bermartabat, bukan politik NPWP, nomor piro wani piro. Itu namanya Money politic, atau politik transaksional. Kalau ini yang dipraktikkan yang pertama menderita selain para politisi itu sendiri ya rakyat. Kami selalu mendorong partisipasi publik dalam politik yang jujur dan halal.

Apa langkah konkrit yang dilakukan PKB untuk meminimalisir politik transaksional?

Jadi kalau memang itu terjadi transaksinya dilegalkan saja, boleh  memberi dalam batas tertentu. Semua ini perlu diatur dengan tegas melalui UU Pemilu. Penting juga dimulai undang-undang Pemilu  yang tidak membebankan kepada rakyat. Contoh soal pemilihan  Gubernur, itu cukup di DPRD agar tidak biaya tinggi, mengingat luasnya wilayah yang harus disambangi.

Kedua bagaimana membuat masyarakat sejahterah dan ekonominya baik, agar mereka bisa independen dalam politik. Tapi ini program jangka panjang. Saat  indeks pendidikan naik, nggak laku itu money politic. Selama ini money politic terjadi di kantong-kantong kemiskinan.

Partai kami berkeinginan menjadi poros politik sehingga bisa mengatur kebijakan-kebijakan yang sifatnya negara. Selama ini kami memang terlibat dalam koalisi pemerintahan, tapi hanya sebagai bagian, bukan sebagai penentu. Karena itu kami ingin menjadi penentu. Di pemilu 2024 nanti harus menjadi pemenang agar bisa mewujudkan target itu. Ini harus diikhtiarkan sekuat tenaga.

Ongkos politik itu sebuah keniscayaan, namun money politic tidak boleh. Bagaimana mengatur hal itu?

Sebenarnya setiap tahun itu sudah ada evaluasi, seperti untuk pemasangan iklan diatur oleh Bawaslu. Namun dalam praktiknya pengawasan itu lemah. Dari sisi regulasi ada perbaikan. Money politic itu terjadi karena politisi malas, dia bukan kader tapi punya uang dan mau jadi caleg. Akhirnya yang dia gerakkan uangnya. Faktanya masyarakat suka akan hal itu. Lama-lama hal itu akan terjadi kejenuhan.

Kalau ada politisi yang terjerat OTT jangan buru-buru menyalahkan dia, jangan-jangan ada keterlibatan rakyat juga yang mau menerima money politic politisi tersebut. Jadi semua itu ada sebabnya. Sebagai partai kita tidak mentolerir praktik ini. Namun untuk bahan koreksi perlu dipikirkan partai politik dan publik pada kasus seperti ini.

Pola pikir masyarakat juga perlu diubah. Bahwa politisi itu bukan orang yang mencari pekerjaan saat ia ikut pilkada atau pileg. Kalau terlipih dia akan melaksanakan kerja politik dan menjadi tempat menitipkan aspirasi masyarakat.

Lembaga survey sudah memunculkan nama-nama calon presiden, nama Muhaimin Iskandar juga mengemuka, seperti apa pandangan Anda soal ini?

Pemilu 2024 tidak ada petahana, seperti di pom bensin semua mulai dari nol. Jadi semua calon sama starting-nya. Hasil survey memang ada yang diunggulkan namun prosentasenya  masih di bawah 30 persen. Jadi belum ada jaminan dia akan terpilih. PKB tetap berikhtiar karena ada aspirasi agar Gus Muhaimin maju sebagai Capres. Itu akan kita olah. Ini ada momentum tak ada petahana, pasca COVID-19 dan lain-lain. Kita akan lihat perkembangan selanjutnya apakah ada momentum lain yang akan mengemuka.

Untuk Presidential Threshold  (PT) apakah perlu dikoresi menurut Anda?

Ini sulit sebenarnya karena harus ada amandemen UU pemilu. Sejauh ini PT itu kan 20 persen, kalau mau diturunkan 5 sampai 10 persen. Atau kalau mau seperti pemilu 2004 ketika itu syaratnya 10 kursi DPR atau 15 persen perolehan suara. Ini lebih membuka peluang calon yang masuk. Konsekwensinya karena banyak calon pemilu bisa dua kali putaran. Tergantung tujuannya, kalau ingin menjaring peluang PT diturunkan, kalau mau sekali putaran PT dinaikkan saja. PKB kalau dibuka peluang revisi kita akan usulkan 5 sampai 10 persen PT. Untuk parliamentary threshold cukup 4 persen.

PKB kalau koalisi irisannya ke partai mana saja untuk pilpres nanti?

Sejak ada pemilihan langsung PKB selalu masuk dalam koalisi pemenang. Bahkan ada yang bilang bahwa PKB itu penentu kemenangan di setiap koalisi. Kami ini kan partai menengah, bisa berkoalisi ke atas atau ke bawah. Pemilu 2024 ini momentum bagi partai kami akan menjadi pemimpin poros koalisi. Siapa pun partai yang berkoalisi dengan PKB, kami yakin dia akan menjadi pemenang, soal figurnya siapa nanti dicari. Kita sudah 5 kali ikut pilpres dan itu menjadi catatan penting. 

Tiga Indikator Sehat Ala Jazilul Fawaid

Jazilul Fawaid. (Foto: Savic Rabos, DI: Raga/VOI)
Jazilul Fawaid. (Foto: Savic Rabos, DI: Raga/VOI)

Setiap orang punya kiat sendiri-sendiri dalam menjaga kesehatan. Demikian pula Dr. H. Jazilul Fawaid, S.Q., M.A., yang selalu menjaga pikiran tetap terkendali agar bisa berpengaruh kesehatan, baik jasmani mupun rohani. Untuk urusan kesehatan ini dia punya tiga indikator. Saat ketiganya baik-baik saja artinya dia dalam kondisi sehat. Ketiga hal itu adalah ketika enak makan, enak  tidur dan enak berhubungan dengan istri.

Pria yang kerap disapa Gus Jazil ini punya pengalaman empiris soal bagaimana menjaga pikiran agar semua yang ada di raganya bisa terkendali. “Saya percaya betul bahwa kesehatan itu sumbernya dari pikiran. Saya sudah tanya kepada dokter, ternyata yang paling banyak menyumbang penyakit itu dari pikiran,” ungkapnya.

Setelah mengetahui simpul ini, fokus perhatian dia menjaga pikiran agar tetap baik. Soalnya dari pikiran akan menjalar ke berbagai lini yang ada di dalam tubuh, baik fisik maupun non fisik. “Saya selalu menjaga pikiran, targetnya tidak ada pikiran negatif sama orang, dendam dan sebagainya. Pikiran itu bisa membuat kita terbebani. Konflik di rumah tangga juga harus dihilangkan,” tandas alumni S3 Program Studi Ilmu Manajemen (MSDM) Universitas Negeri, Jakarta dan S3 Ilmu Pemerintahan dari Institut Pemerintahan Dalam Negeri, Jakarta.

Berdasarkan rumus ini, lanjut Gus Jazil, kalau tidak ada beban pikiran berarti akan membuat jasmani dan rohani menjadi sehat. “Kalau pikiran bagus maka semuanya akan segar. Jadi kuncinya di pikiran, saat pikiran kita sehat akan berefek pada kesehatan,” katanya.

Dalam urusan makanan, sampai saat ini dia tak ada pantangan. Soalnya Gus Jazil termasuk orang yang hobi kuliner. Dia termasuk orang yang suka makan dan memakan apa saja yang enak. “Semua buah saya makan, semua daging saya makan kecuali yang diharamkan oleh syariat Islam. Dan itu buat saya nikmat,” terang pria kelahiran Gresik, Jawa Timur, 5 Desember 1971 ini.

Dalam urusan makanan tidak perlu dibikin sulit. Cuma, dia menambahkan dalam mengonsumsi makanan tidak boleh berlebihan. Semuanya dalam takaran cukup. Soalnya makanan yang berlebih itu akan berdampak tidak baik untuk tubuh. “Makanlah saat lapar dan berhentilah sebelum kenyang. Itu sebenarnya tuntunannya dari hadits Nabi. Tapi kan kita ini kalau enak kadang suka lupa, hehehe,” candanya. 

Dia punya tiga indikator untuk mengukur dirinya sehat atau sebaliknya. “Untuk mengukur kesehatan buat saya tidak sulit, pertama enak makan, kedua enak tidur. Dan ketiga nyaman (enak) ketika  berhubungan suami istri. Dari tiga indikator itu saat ini semuanya nyaman buat saya. Jadi saya sekarang sehat ya, hehehe,” katanya dengan tawa yang khas.

Dari tiga indikator itu pula, lanjutnya bisa dideteksi apakah kesehatannya ada masalah atau sebaliknya. “Kalau makan sudah engga enak berarti ada masalah. Kalau tidak sudah engga nyenyak artinya ada masalah. Dan kalau saat berhubungan suami istri sudah tak nyaman hati-hati, itu artinya ada masalah,” tandasnya.

Membaca

Jazilul Fawaid. (Foto: Savic Rabos, DI: Raga/VOI)
Jazilul Fawaid. (Foto: Savic Rabos, DI: Raga/VOI)

Selama pandemi COVID-19 ia membatasi ruang gerak seiring dengan kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam mengendalikan sebaran virus corona. Gus Jazil memanfaatkan waktunya dengan membaca buku. “Membaca buku itu membuat saya bikin fresh. Makin banyak membaca buku pikiran saya makin fresh,” katanya. Soal baca buku diaa tidak punya target.

Yang ada target bagi Guz Jazil adalah membaca kitab suci Al Quran. “Setiap hari target saya membaca satu juz. Setiap bulan harus khatam 30 juz,” ungkapnya.

Hal lain yang membuatnya bersemangat adalah jalan-jalan bersama anak-anaknya. “Jalan dengan anak-anak juga membuat segar. Selain itu saya juga kalau ada waktu menemani anak-anak berenang. Itu  aktivitas yang saya lakukan selama pandemi di tengah kesibukan sebagai wakil rakyat dan juga pengurus partai,” kata ayah dari Muhammad Hilman Mufidi, Ganis Samahah, Kemal Amjad Mahdavi dan Hilma Aqila.

Ia memilih olahraga pernafasan untuk menyehatkan raganya.  “Dengan olah nafas itu tidak perlu lama-lama badan sudah berkeringat. Sama seperti orang yang melakukan olahraga fisik. Itu saja yang saya lakukan untuk menjaga kesehatan. Usai itu pikiran bisa releks, jernih dan tubuh ikut bergerak. Kalau olahraga berat buat saya tidak cocok,” lanjutnya.

Yang juga bisa membuat sehat adalah tersenyum. “Senyum dan tertawa juga bisa membuat kita sehat. Senyum setiap pagi itu bisa bikin sehat. Buat sebagian orang tersenyum ada yang mudah, tapi ada juga yang susah tersenyum. Karena tidak semua yang kita dapat bisa membuat kita tersenyum,” kata suami Chalimatus Sa’diyah ini.

Paradigma dalam berolahraga bagi Gus Jazil memang sedikit berbeda. “Saya memang mengubah paradigma dalam  berolahraga. Yang pertama digerakkan itu saraf-saraf kecil dulu, ya dengan tersenyum, tertawa, dan menagis,” ujarnya.

Olahraga bagi Gus Jazil tidak hanya urusan duniawi. “Semua yang saya gerakkan itu bernuansa transendental. Jadi filosofinya hidup itu harus sehat. Indikator sehat itu tiga tadi; enak makan, enak tidur dan enak hubungan suami-istri,” tandasnya.

 

Anak Muda 

Jazilul Fawaid. (Foto: Savic Rabos, DI: Raga/VOI)
Jazilul Fawaid. (Foto: Savic Rabos, DI: Raga/VOI)

Menurut Gus Jazil, anak muda sekarang terperangkap pada urusan materi. Kepada anak muda harapan bangsa ia berharap untuk selalu menjaga kesehatan jasmani dan juga rohani.  “Bahwa yang terbaik dalam dirimu itu adalah jiwamu itu yang harus dijaga,” katanya.

Proses pengenalan diri menjadi amat penting dilakukan. “Kenali dirimu sehingga kamu mengenal benar dirimu. Untuk apa kita hidup, dan mau ke mana tujuan hidup kita ini,” katanya.

Terkadang, kata dia, anak-anak muda banyak yang lupa diri. “Ketika pegang telepon genggam dia lupa diri, ketika pegang makanan juga lupa diri. Saat sudah punya kekasih juga lupa diri. Ingat hal yang paling penting dijaga dalam diri adalah jiwa atau ruh,” tandasnya.

Anak muda sekarang, lanjutnya, terlalu diforsir untuk melihat simbol-simbol material.  “Seakan-akan kebahagiaan itu ada di luar dirinya, kesehatan itu ada di luar dirinya, kesenangan itu di luar dirinya. Padahal semuanya ada dalam diri kita. Kata Imam Ghazali di dalam dirimu ada satu raja yang bertahta dan dia punya pasukan dan panglima. Siapa raja itu? Itu adalah  hatimu, jaga baik-baik dan perbaiki.  Supaya hidup sehat, punya orientasi, jelas kita mau menuju ke mana. Anak muda sekarang sudah tidak lagi bermain dengan hati, tapi dengan hape, hehehe,” kata Jazilul Fawaid diiringi dengan tawa.

“Kepada seluruh rakyat Indonesia ayo kita murnikan politik kita menjadi bermartabat, bukan politik NPWP, nomor piro wani piro. Itu namanya Money politic, atau politik transaksional. Kalau ini yang dipraktikkan yang pertama kali menderita selain para politisi itu sendiri, ya rakyat,”

Jazilul Fawaid