JAKARTA - Ir. H. Joko Widodo adalah presiden terpilih ke-7 yang menjabat sejak tahun 2014. Ia melanjutkan periode kedua jabatan sebagai presiden setelah memenangi Pilpres 2019 kemarin. Jokowi adalah presiden pertama yang bukan berasal dari kalangan elit politik ataupun militer. Karir bisnisnya dimulai sebagai pengusaha kerajinan kayu yang kemudian terjun ke dunia politik pada tahun 2005. Jokowi pernah menjabat sebagai wali kota Solo selama 7 tahun dan menjadi Gubernur DKI Jakarta selama 2 tahun.
Di kepemimpinan Jokowi pada periode pertama jabatannya (2014-2019), Indonesia banyak menitikberatkan pembangungan infrastruktur. Berlanjut di periode kedua dengan tujuan mengembangkan sisi aspek sumber daya manusia hingga tahun 2024 nanti.
Pada periode pertama tugasnya, Jokowi berhasil memperkecil gini ratio (tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Indonesia), dari 0,391 di bulan September 2017 turun menjadi 0,389 di bulan Maret 2018.
Dalam tiga tahun pertama masa tugasnya sejak tahun 2014, Jokowi telah membentuk 9 badan baru resmi negara, antara lain: Badan Keamanan Laut, Kantor Staf Presiden, Badan Restorasi Gambut, KEIN Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN), Satgas Saber Pubgli, Badan Peningkatan Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum, Komite Nasional Keuangan Syariah, UKP-PIP Unit Kerje Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP), dan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN).
Siapa Jokowi sebenarnya
Terlahir sebagai anak lelaki satu-satunya, Jokowi adalah anak sulung di antara tiga saudara perempuannya. Ayahnya, Noto Mihardjo adalah pria sederhana yang mencari nafkah sebagai pengrajin kayu. Sedangkan Ibunya, Sujiatmi Noto Mihardjo adalah ibu rumah tangga biasa. Kehidupan keluarga Noto Mihardjo penuh kesederhanaan. Mereka mendiami sebuah rumah kecil yang ada di kawasan bantaran kali.
Sejak kecil Jokowi dididik agar terampil, sehingga ketika kebanyakan anak kecil seharusnya disibukkan bermain, Jokowi sudah terbiasa mencari uang dengan bekerja di usia 12 tahun. Dengan keterampilan yang ditularkan sang Ayah, Jokowi kecil membantu usaha keluarga, dan tak sungkan menjajakan jasa menggergaji kayu. Jokowi bersekolah di SD 111 Tirtoyoso, kemudian melanjutkan di SMP Negeri 1 Surakarta dan SMA Negeri 6 Surakarta, di Jawa Tengah. Ia berhasil lulus kuliah di tahun 1985 lewat Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Baru saja lulus kuliah berarti kehidupan jalannya berbeda, tanggung jawabnya ikut bertambah. Namun kecintaannya kepada Iriana tak terbendung, dirasa mampu menjadi lelaki yang bisa memimpin dan mendampingi Iriana, Jokowi memberanikan diri untuk melamarnya. Bermodalkan cincin kawin seharga 24 ribu rupiah pada jamannya, pada tanggal 24 Desember 1986 Jokowi resmi menikahi Iriana. Buah pernikahan yang melahirkan ketiga orang anak; dua pria dan satu wanita, yakni Gibran Rakabuming Raka, Kahiyang Ayu, dan Kaesang Pangarep.
Niat Jokowi memperbaiki nasib demi keluarga, memaksa dirinya pergi ke pelosok barat Indonesia. Mencoba bekerja sebagai karyawan perusahaan BUMN, PT. Kraft Aceh di daerah Gayo, Aceh Barat. Berlokasi di kaki gunung, dengan status sebagai karyawan BUMN tetap tak bisa dinikmatinya, ada rasa tak nyaman dalam diri, apalagi jauh dari Iriana. Tak menunggu waktu lama, ia memutuskan kembali pulang ke kampung halaman.
Setiba Jokowi di Solo, dengan perasaan berdebar ia hadir menemani Iriana yang sedang hamil 7 bulan, sembari membantu usaha pamannya. Sampailah di tahun 1988, kehadiran anak pertama yang diberi nama Gibran Rakabuming Raka, menguatkan semangat Jokowi untuk merintis usahanya sendiri lewat bendera PT. Rakabu, perusahaan ekspor industri kayu yang bermarkas di Solo, Jawa Tengah. Merasakan naik turunnya dunia usaha, sampai merasakan bagaimana ditipu rekan bisnis, sempat menyurutkan kondisi keuangannya. Barulah di tahun 1990 bantuan modal dari sang Ibunda memupuk kembali jiwa bisnisnya.
Lewat bisnisnya ini pula, sebutan Jokowi melekat pada suami Iriana. Merasa kesulitan menyebut nama Joko Widodo, pelanggan yang juga rekanan bisnis Jokowi yang tinggal di Jerman, Micl Romaknan, memangkas nama Joko Widodo menjadi 'Jokowi', sekedar mudah diucapkan. Ketekunan disertai kejujuran berbisnis memudahkan usahanya hingga merambah dunia ekspor.
Awal tahun 2020 menjadi cobaan terberat kehidupan pribadi Jokowi, di tengah meladeni wabah COVID-19, pada tanggal 25 Maret 2020 sang Ibunda Sudjiatmi Notomihardjo meninggalkan si sulung dan adik-adik perempuannya. Ibunda Jokowi memang tak pernah mau terekspos dalam kehidupannya kepada publik, sekalipun anaknya orang nomor satu negeri ini. Sudjiatmi meninggal dunia di usia ke-77 di Solo, Jawa Tengah.
Kurang dari sepuluh tahun perjalanan karir politiknya, Jokowi telah berhasil mencapai puncak sebagai orang nomor satu di Indonesia.
Terjunnya Jokowi ke dalam dunia politik terjadi pertama kali di tahun 2015. Dirasa cukup 18 tahun berbisnis, Jokowi mencoba peruntungan dengan menerima pinangan PDI-P dan PKB dalam Pilkada Solo 2005. Dipasangkan dengan F.X Hadi Rudyatmo, pengalaman politik pertama kalinya itu berbuah manis kemenangan.
Karakter Jokowi yang justru bangga dengan potongan ndeso, lalu caranya berkomunikasi dengan kalangan bawah saat membutuhkan informasi dua sisi, tak sekedar menata kota Solo lebih humanis dari sebelumnya, namun berhasil mewujudkan citra Solo sebagai Spirit of Java.
Peremajaan diiringi penataan ruang kota, tanpa memaksakan relokasi pedagang tradisional dengan represif sepihak, Jokowi terbukti mencuri hati publik Solo dengan dominasi 90 persen suara kemenangan saat periode kedua pilkada wali kota Solo berikutnya. Dipercantik pula kehadiran kota Solo menjadi acuan dan tempat diadakannya MICE (Meeting Incentive Convetion Exhibition) skala internasional.
Melangkah menuju Ibu Kota
Dirasa sudah cukup mengurusi kota kelahirannya, tibalah di mana sosoknya dipercaya untuk melangkah menuju Ibu Kota, lewat Pilkada DKI Jakarta 2012. Inisiasi Partai Gerindra dan PDI-P yang menduetkan Jokowi dengan Basuki 'Ahok' Tjahaja Purnama seakan memberi sebuah perubahan lewat gaya kepemimpinan mereka berdua, Jokowi-Basuki.
Bertanding dengan 6 pasang kandidat Cagub-Cawagub lainnya, bermodalkan dukungan dua partai dengan slogan "Jakarta Baru", duet Jokowi-Basuki bergerak penuh kejutan. Bagaimana di putaran pertama mereka berhasil mengungguli perolehan suara petahana Fauzi 'Foke' Bowo-Nachrowi Ramli yang didukung 7 partai besar.
Babak putaran kedua di bulan September 2012 menjadi penentuan, hasilnya pun serupa seperti di bulan Juli kemarin, Jokowi-Basuki akhirnya memenangi Pilkada DKI Jakarta 2012 dengan perolehan 53.82% suara, setara 2.472.130 suara pemilih. Tongkat estafet kepemimpinan Foke berganti pindah kendali ke tangan Jokowi, yang hanya berada di urutan kedua dengan 46,18% suara, atau 2.120.815 pemilih.
Gebrakan pada masa kampanye yang menargetkan generasi muda, yang menginginkan perubahan nampak terlihat, tim kampanye yang bergerilya di media sosial cukup mempopulerkan siapa sosok Jokowi dan Ahok yang keduanya bukanlah asli kelahiran Ibukota, dengan bumbu visual berbalut pasangan berkemeja kotak-kotak, menjadi kunci kemenangan pasangan Jokowi-Basuki.
Apa yang sempat diperbuat Jokowi dalam dua tahun masa kepemimpinannya sebagai Gubernur DKI Jakarta antara lain:
- Mempopulerkan Kartu Jakarta Sehat untuk kesehatan, dan Jakarta Pintar untuk pendidikan warga Jakarta.
- Membuka akses Balai Kota sebagai tempat yang hangat dan terbuka bagi publik acapkali ingin menyuarakan pendapat dan berkomunikasi dengan Gubernur DKI Jakarta.
- Merapihkan jajaran birokrasi PNS Pemprov DKI dari unsur nepotisme dan lambannya pelayanan publik. Serta membuka lelang jabatan agar terjadinya atmosfer kompetitif kalangan internal birokrasi.
- Budaya inspeksi dadakan (sidak) yang menjadi shock therapy di lingkungan pemprov DKI Jakarta.
Tak terelakkan pula, nada-nada minor yang berharap ia mampu berbuat lebih apabila menghabiskan sisa masa jabatan tanpa melangkah menuju Pilpres 2014. Dalam catatan program yang dijanjikan, tercatat ada sekitar 30-an program yang belum terwujud oleh Jokowi dan kemudian dialihkan kepada Basuki 'Ahok' Tjahaja Purnama, yang otomatis berperan menggantikan Jokowi.
Jokowi sang RI-1
Berhadapan dengan seseorang yang telah membawanya dari Solo ke Jakarta di Pilkada DKI 2012 lalu, sangatlah dilematis. Namun inilah dunia politik, dulunya adalah kawan, sangat mudah berbalik menjadi lawan. Belum lagi rasa terkhianati pasca perjanjian Batu Tulis kala itu diingkari oleh Megawati dan partainya PDI-P. Jokowi yang didampingi Jusuf Kalla terpaksa berhadapan dengan Prabowo Subianto dan Hatta Radjasa di seberang.
Dengan perolehan suara sebanyak 70.997.833, atau 53.15 persen suara, pasangan Jokowi-JK unggul atas pasangan Prabowo Subianto-Hatta Radjasa.
Apa saja raihan yang dicapai Jokowi bersama Jusuf Kalla di musim perdananya sebagai RI-1, antara lain:
- Membubarkan Petral, anak grup dari Pertamina yang dinilai kalangan banyak merugikan negara. Membubarkan Petral di tahun 2015 diperkirakan menghemat anggaran negara sebesar 250 miliar per hari.
- Mengakuisisi saham Freeport dengan dominasi 51% di akhir tahun 2018 lewat holding PT. Inalum. Negosiasi selama 3,5 tahun sebelumnya akhirnya membuahkan hasil.
- Menaikkan dana desa, dengan menggelontorkan 187 triliun dana ke pelosok desa di Indonesia. Dengan pembangunan sepanjang 191.000 kilometer jalan di desa.
- Lahirnya konsep Pelayanan Satu Pintu Terpadu (PSPT) di awal tahun 2015.
- Menaikkan gaji PNS dan pensiunan. Diikuti gaji TNI, Polri, dan Bintara.
- Pembangunan infrastruktur bandara, dalam 3 tahun telah dibangun 15 bandara.
- Pembangunan 9 jalan tol di tahun 2017.
- Pembangunan jalan baru sepanjang 2.632 km dalam waktu 3 tahun.
Di musim pertamanya menjabat, terlihat sektor infrastruktur menjadi prioritas pemerintahan Jokowi-JK. Disusul terpilihnya Jokowi pada periode kedua yang dilengkapinya dengan konsep peran sumber daya manusia.
Di pertengahan tahun 2019, Jokowi kembali mendeklarasikan maju kembali mempertahankan kursinya. Lagi-lagi bertemu Prabowo Subianto yang berdampingan dengan Sandiaga Uno, Jokowi kedua kalinya mengungguli Prabowo Subianto. Dengan mengandalkan konsep nasionalis-religius, Jokowi, ditemani K.H Ma'ruf Amin, sosok ulama sepuh yang juga Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI). Atmosfer pilpres 2019 lebih mendidih ketimbang sebelumnya, lewat polarisasi politik identitas, kedua pendukung saling bersitegang tak hanya di dunia maya namun terjadi di dunia nyata.
Berbagai isu berbau ad hominem, tudingan-tudingan miring disertai ketidakpuasan atas kinerja periode sebelumnya, menyeruak massal lewat tagar #2019GantiPresiden, diperuncing juga lewat isu-isu komunis dan masa lalu kehidupan Jokowi. Sengitnya perebutan opini-pengaruh di kalangan internal umat Islam lewat penyataan-pernyataan figur terkemuka, ibarat hulu ledak nuklir yang tinggal satu sentuh gesekan maka kekisruhan horizontal pasti terjadi.
Benar saja, ketidakpuasan pihak oposisi terkait hasil perhitungan-perolehan suara yang dituding banyak kejanggalan, mengorbankan nyawa publik sipil saat kisruh demo terjadi di depan Bawaslu, Jakarta Pusat, tanggal 22 Mei 2019.
Dua kali berhadapan lawan yang sama, dua kali pula Jokowi digugat atas tudingan kecurangan perolehan-perhitungan suara oleh pihak lawan. Meskipun tudingan kedua pada Pilpres 2019 berlanjut di meja Mahkamah Konstitusi, namun gugatan lawan ditolak dan tetap memenangkan posisi Jokowi.
Pasca dilantiknya kali kedua Jokowi melanjutkan tugasnya, ada beberapa hal yang mungkin cukup penting dalam perjalanan karirnya:
- Pemilihan Kabinet Indonesia Maju 2019-2024 tak lagi melibatkan peran KPK dan PPATK dalam menelisik para calon-calon menteri yang diangkat. Berbeda dengan perlakuan saat Kabinet Indonesia Kerja I di tahun 2014 lalu yang menempatkan KPK dan PPATK di dalamnya.
- Pengangkatan staf Wakil Menteri terjadi lebih banyak dalam Kabinet Indonesia Maju periode 2019-2024, ketimbang ada periode sebelumnya.
- Polemik proyek Kartu Indonesia Pra Kerja di tengah pandemi COVID-19 sebesar 5 triliun rupiah seketika menurunkan popularitas Jokowi di mata publik netizen. Apalagi keterlibatan Adriamas Belva, pemilik perusahaan rintisan teknologi RuangGuru, tetiba tercatat resmi sebagai rekanan mitra pemerintah dalam proses penyelenggaraan program Pra Kerja.
- Pengangkatan staf khusus milenial yang membantu Jokowi, seringkali membuat blunder yang merusak atmosfir dan citra pemerintah pusat lewat tindakan-ucapan yang tak terkordinir disertai mudahnya pengawasan protokoler kenegeraan.
Atas pencapaiannya di periode pertamanya menjabat, Jokowi dianugerahi penghargaan The Asian of The Year 2019 oleh media prestis Singapura, The Straits Times. Dirinya menjadi orang ke-8 yang pernah menerima, berkat perannya dalam geopolitik ASEAN dengan keterlibatan Indonesia yang aktif dalam politik internasional.
Fakta menarik Jokowi
Mulyono adalah Jokowi.
Tak banyak yang mengetahui bahwa nama Mulyono adalah nama kecil Jokowi sewaktu dulu. Seumumnya di kalangan keluarga Jawa, pemberian nama kecil adalah hal yang lumrah.
Dari kecil biasa bekerja.
Terhitung di usia 12 tahun, Jokowi kecil sudah bekerja sebagai tukang gergaji. Keahlian yang ia pelajari dari sang Ayah yang dikenal sebagai pengrajin kayu yang lihai, Noto Mihardjo.
Tak pernah merasakan kekalahan.
Jokowi bisa dibilang punya keberuntungan yang sangat besar, selama lima kontestasi politik dirinya maju dalam pemilihan pilkada ataupun pilpres, ia tak pernah sekalipun merasakan kekalahan. Dua pemilihan pada Walikota Solo, satu di Pilkada DKI Jakarta, dan dua kali pada Pilpres 2014 dan 2019.
Memilih Susi ketimbang gelar akademik.
Kebanyakan presiden yang memimpin bangsa ini ketika menentukan para pembantu-pembantunya dalam kabinet dengan melihat pengalaman disertai gelar akademik, tapi Jokowi beda. Ia melihat seorang Susi Pudjiasti yang sekedar tamatan SMP untuk bertugas sebagai Menteri Kelautan Kabinet Indonesia Kerja 2014-2019.
Merebut hati publik Gorontalo.
Walaupun Sandiaga Uno yang berada di pihak lawan memiliki darah Gorontalo, namun pada pilpres 2019 pasangan Jokowi-Ma'ruf justru berhasil memenangkan perolehan suara di provinsi mekaran Sulawesi Tenggara tersebut.
Pesta yang dirayakan langsung rakyat.
Pada kemenangan perdana Jokowi-JK di tahun 2014, setelah kirab massa dimulai dari Bundaran HI sampai Monas, bersamaan pula diadakan pesta perayaan langsung oleh rakyat dan band luar negeri.
Profil Joko Widodo
Nama Lengkap
Ir. H. Joko Widodo
Nama Panggilan
Jokowi
Tempat dan Tanggal Lahir
Surakarta, Jawa Tengah, 21 Juni 1961
Agama
Islam
Profesi
Pengusaha, Politisi
Gelar/Titel
Sarjana Kehutanan
Orangtua
Notomihardjo, Sujiatmi Notomihadrjo
Pasangan
Hj. Iriana Joko Widodo
Anak
Gibran Rakabuming Raka, Kaesang Pangarep, Kahiyang Ayu
Harta Kekayaan
Rp 50.248.249.788 (elhkpn/2018)
Media Sosial
Instagram: (at)Jokowi
Twitter: (at)Jokowi
__
Pendidikan
S-1: Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta (1985)
SMA Negeri 6 Surakarta, Solo, Jawa Tengah
SMP Negeri 1 Surakarta, Solo, Jawa Tengah
SD Negeri 111, Tirtoyoso, Jawa Tengah
__
Perjalanan Karir
Presiden RI 2019-2024
Presiden RI 2014-2019
Gubernur DKI Jakarta (2012-2014)
Wali Kota Solo (2005-2012)
CV. Rakabu (1998)
PT. Kertas Kraft Aceh, Gayo, Aceh Tengah (1986-1989)
__
Penghargaan
Person of The Year, Majalah Time (2014)
Tokoh Pluralis 2013, Lembaga Pemilih Indonesia (2013)
Top 50 Leaders, Majalah Fortune (2013)
Bintang Jasa Utama (Pengabdian Kepala Daerah Kepada Rakyat), (2011)
10 Tokoh Pilihan Tahun 2008, Tempo (2008)
Pengendalian Inflasi (Saat Kepemimpinan di Solo), Bank Indonesia
Best City Award (Solo), Delgosea
The City Mayors Foundation (Walikota Terbaik ke-3 Dunia, Kepemimpinan Surakarta)