"It's okay"
"It's okay"
"It's okay"
JAKARTA – Tiga tahun setelah Meta menghentikan teknologi pengenalan wajah di Facebook karena adanya tekanan dari regulator dan kekhawatiran privasi, perusahaan media sosial tersebut mengumumkan akan menguji kembali layanan ini. Hal itu dilakukan sebagai bagian dari upaya memerangi penipuan iklan yang menggunakan wajah selebritas, atau yang dikenal sebagai "celeb-bait."
Meta mengatakan akan melibatkan sekitar 50.000 figur publik dalam uji coba ini, dengan membandingkan secara otomatis foto profil mereka di Facebook dengan gambar yang digunakan dalam iklan yang dicurigai sebagai penipuan. Jika ditemukan kesamaan dan Meta meyakini bahwa iklan tersebut adalah penipuan, iklan tersebut akan diblokir.
Para selebritas yang terdaftar akan diberitahu dan dapat memilih untuk tidak berpartisipasi jika mereka tidak ingin dilibatkan. Uji coba ini akan diluncurkan secara global mulai Desember, kecuali di beberapa wilayah yang tidak memiliki izin regulasi, seperti Inggris, Uni Eropa, Korea Selatan, serta negara bagian Texas dan Illinois di AS.
Monika Bickert, Wakil Presiden Kebijakan Konten Meta, menyatakan bahwa perusahaan menargetkan figur publik yang wajahnya telah digunakan dalam iklan penipuan. “Idenya adalah melindungi sebanyak mungkin dari mereka. Mereka bisa memilih untuk tidak ikut, tetapi kami ingin menawarkan perlindungan ini dengan mudah bagi mereka,” kata Bickert.
SEE ALSO:
Penggunaan teknologi ini menunjukkan bahwa Meta berusaha menyeimbangkan antara memanfaatkan teknologi yang dianggap invasif untuk mengatasi kekhawatiran regulator terkait meningkatnya penipuan, sambil meminimalkan keluhan terkait penanganan data pengguna yang telah menjadi sorotan selama bertahun-tahun.
Pada 2021, Meta menutup sistem pengenalan wajahnya dan menghapus data pemindaian wajah dari satu miliar pengguna karena "kekhawatiran sosial yang semakin meningkat." Namun, pada Agustus tahun ini, Meta diperintahkan untuk membayar 1,4 miliar dolar AS (Rp21,6 triliun) kepada Texas untuk menyelesaikan gugatan yang menuduh perusahaan tersebut mengumpulkan data biometrik secara ilegal.
Dalam uji coba baru ini, Meta akan segera menghapus data wajah yang dihasilkan dari perbandingan dengan iklan yang dicurigai, baik penipuan terdeteksi atau tidak. Meta juga berencana menguji penggunaan data pengenalan wajah untuk membantu pengguna biasa di Facebook dan Instagram memulihkan akses ke akun yang diretas atau terkunci.
JAKARTA – Tiga tahun setelah Meta menghentikan teknologi pengenalan wajah di Facebook karena adanya tekanan dari regulator dan kekhawatiran privasi, perusahaan media sosial tersebut mengumumkan akan menguji kembali layanan ini. Hal itu dilakukan sebagai bagian dari upaya memerangi penipuan iklan yang menggunakan wajah selebritas, atau yang dikenal sebagai "celeb-bait."
Meta mengatakan akan melibatkan sekitar 50.000 figur publik dalam uji coba ini, dengan membandingkan secara otomatis foto profil mereka di Facebook dengan gambar yang digunakan dalam iklan yang dicurigai sebagai penipuan. Jika ditemukan kesamaan dan Meta meyakini bahwa iklan tersebut adalah penipuan, iklan tersebut akan diblokir.
Para selebritas yang terdaftar akan diberitahu dan dapat memilih untuk tidak berpartisipasi jika mereka tidak ingin dilibatkan. Uji coba ini akan diluncurkan secara global mulai Desember, kecuali di beberapa wilayah yang tidak memiliki izin regulasi, seperti Inggris, Uni Eropa, Korea Selatan, serta negara bagian Texas dan Illinois di AS.
Monika Bickert, Wakil Presiden Kebijakan Konten Meta, menyatakan bahwa perusahaan menargetkan figur publik yang wajahnya telah digunakan dalam iklan penipuan. “Idenya adalah melindungi sebanyak mungkin dari mereka. Mereka bisa memilih untuk tidak ikut, tetapi kami ingin menawarkan perlindungan ini dengan mudah bagi mereka,” kata Bickert.
SEE ALSO:
Penggunaan teknologi ini menunjukkan bahwa Meta berusaha menyeimbangkan antara memanfaatkan teknologi yang dianggap invasif untuk mengatasi kekhawatiran regulator terkait meningkatnya penipuan, sambil meminimalkan keluhan terkait penanganan data pengguna yang telah menjadi sorotan selama bertahun-tahun.
Pada 2021, Meta menutup sistem pengenalan wajahnya dan menghapus data pemindaian wajah dari satu miliar pengguna karena "kekhawatiran sosial yang semakin meningkat." Namun, pada Agustus tahun ini, Meta diperintahkan untuk membayar 1,4 miliar dolar AS (Rp21,6 triliun) kepada Texas untuk menyelesaikan gugatan yang menuduh perusahaan tersebut mengumpulkan data biometrik secara ilegal.
Dalam uji coba baru ini, Meta akan segera menghapus data wajah yang dihasilkan dari perbandingan dengan iklan yang dicurigai, baik penipuan terdeteksi atau tidak. Meta juga berencana menguji penggunaan data pengenalan wajah untuk membantu pengguna biasa di Facebook dan Instagram memulihkan akses ke akun yang diretas atau terkunci.
JAKARTA – Tiga tahun setelah Meta menghentikan teknologi pengenalan wajah di Facebook karena adanya tekanan dari regulator dan kekhawatiran privasi, perusahaan media sosial tersebut mengumumkan akan menguji kembali layanan ini. Hal itu dilakukan sebagai bagian dari upaya memerangi penipuan iklan yang menggunakan wajah selebritas, atau yang dikenal sebagai "celeb-bait."
Meta mengatakan akan melibatkan sekitar 50.000 figur publik dalam uji coba ini, dengan membandingkan secara otomatis foto profil mereka di Facebook dengan gambar yang digunakan dalam iklan yang dicurigai sebagai penipuan. Jika ditemukan kesamaan dan Meta meyakini bahwa iklan tersebut adalah penipuan, iklan tersebut akan diblokir.
Para selebritas yang terdaftar akan diberitahu dan dapat memilih untuk tidak berpartisipasi jika mereka tidak ingin dilibatkan. Uji coba ini akan diluncurkan secara global mulai Desember, kecuali di beberapa wilayah yang tidak memiliki izin regulasi, seperti Inggris, Uni Eropa, Korea Selatan, serta negara bagian Texas dan Illinois di AS.
Monika Bickert, Wakil Presiden Kebijakan Konten Meta, menyatakan bahwa perusahaan menargetkan figur publik yang wajahnya telah digunakan dalam iklan penipuan. “Idenya adalah melindungi sebanyak mungkin dari mereka. Mereka bisa memilih untuk tidak ikut, tetapi kami ingin menawarkan perlindungan ini dengan mudah bagi mereka,” kata Bickert.
SEE ALSO:
Penggunaan teknologi ini menunjukkan bahwa Meta berusaha menyeimbangkan antara memanfaatkan teknologi yang dianggap invasif untuk mengatasi kekhawatiran regulator terkait meningkatnya penipuan, sambil meminimalkan keluhan terkait penanganan data pengguna yang telah menjadi sorotan selama bertahun-tahun.
Pada 2021, Meta menutup sistem pengenalan wajahnya dan menghapus data pemindaian wajah dari satu miliar pengguna karena "kekhawatiran sosial yang semakin meningkat." Namun, pada Agustus tahun ini, Meta diperintahkan untuk membayar 1,4 miliar dolar AS (Rp21,6 triliun) kepada Texas untuk menyelesaikan gugatan yang menuduh perusahaan tersebut mengumpulkan data biometrik secara ilegal.
Dalam uji coba baru ini, Meta akan segera menghapus data wajah yang dihasilkan dari perbandingan dengan iklan yang dicurigai, baik penipuan terdeteksi atau tidak. Meta juga berencana menguji penggunaan data pengenalan wajah untuk membantu pengguna biasa di Facebook dan Instagram memulihkan akses ke akun yang diretas atau terkunci.
JAKARTA – Tiga tahun setelah Meta menghentikan teknologi pengenalan wajah di Facebook karena adanya tekanan dari regulator dan kekhawatiran privasi, perusahaan media sosial tersebut mengumumkan akan menguji kembali layanan ini. Hal itu dilakukan sebagai bagian dari upaya memerangi penipuan iklan yang menggunakan wajah selebritas, atau yang dikenal sebagai "celeb-bait."
Meta mengatakan akan melibatkan sekitar 50.000 figur publik dalam uji coba ini, dengan membandingkan secara otomatis foto profil mereka di Facebook dengan gambar yang digunakan dalam iklan yang dicurigai sebagai penipuan. Jika ditemukan kesamaan dan Meta meyakini bahwa iklan tersebut adalah penipuan, iklan tersebut akan diblokir.
Para selebritas yang terdaftar akan diberitahu dan dapat memilih untuk tidak berpartisipasi jika mereka tidak ingin dilibatkan. Uji coba ini akan diluncurkan secara global mulai Desember, kecuali di beberapa wilayah yang tidak memiliki izin regulasi, seperti Inggris, Uni Eropa, Korea Selatan, serta negara bagian Texas dan Illinois di AS.
Monika Bickert, Wakil Presiden Kebijakan Konten Meta, menyatakan bahwa perusahaan menargetkan figur publik yang wajahnya telah digunakan dalam iklan penipuan. “Idenya adalah melindungi sebanyak mungkin dari mereka. Mereka bisa memilih untuk tidak ikut, tetapi kami ingin menawarkan perlindungan ini dengan mudah bagi mereka,” kata Bickert.
SEE ALSO:
Penggunaan teknologi ini menunjukkan bahwa Meta berusaha menyeimbangkan antara memanfaatkan teknologi yang dianggap invasif untuk mengatasi kekhawatiran regulator terkait meningkatnya penipuan, sambil meminimalkan keluhan terkait penanganan data pengguna yang telah menjadi sorotan selama bertahun-tahun.
Pada 2021, Meta menutup sistem pengenalan wajahnya dan menghapus data pemindaian wajah dari satu miliar pengguna karena "kekhawatiran sosial yang semakin meningkat." Namun, pada Agustus tahun ini, Meta diperintahkan untuk membayar 1,4 miliar dolar AS (Rp21,6 triliun) kepada Texas untuk menyelesaikan gugatan yang menuduh perusahaan tersebut mengumpulkan data biometrik secara ilegal.
Dalam uji coba baru ini, Meta akan segera menghapus data wajah yang dihasilkan dari perbandingan dengan iklan yang dicurigai, baik penipuan terdeteksi atau tidak. Meta juga berencana menguji penggunaan data pengenalan wajah untuk membantu pengguna biasa di Facebook dan Instagram memulihkan akses ke akun yang diretas atau terkunci.
JAKARTA – Tiga tahun setelah Meta menghentikan teknologi pengenalan wajah di Facebook karena adanya tekanan dari regulator dan kekhawatiran privasi, perusahaan media sosial tersebut mengumumkan akan menguji kembali layanan ini. Hal itu dilakukan sebagai bagian dari upaya memerangi penipuan iklan yang menggunakan wajah selebritas, atau yang dikenal sebagai "celeb-bait."
Meta mengatakan akan melibatkan sekitar 50.000 figur publik dalam uji coba ini, dengan membandingkan secara otomatis foto profil mereka di Facebook dengan gambar yang digunakan dalam iklan yang dicurigai sebagai penipuan. Jika ditemukan kesamaan dan Meta meyakini bahwa iklan tersebut adalah penipuan, iklan tersebut akan diblokir.
Para selebritas yang terdaftar akan diberitahu dan dapat memilih untuk tidak berpartisipasi jika mereka tidak ingin dilibatkan. Uji coba ini akan diluncurkan secara global mulai Desember, kecuali di beberapa wilayah yang tidak memiliki izin regulasi, seperti Inggris, Uni Eropa, Korea Selatan, serta negara bagian Texas dan Illinois di AS.
Monika Bickert, Wakil Presiden Kebijakan Konten Meta, menyatakan bahwa perusahaan menargetkan figur publik yang wajahnya telah digunakan dalam iklan penipuan. “Idenya adalah melindungi sebanyak mungkin dari mereka. Mereka bisa memilih untuk tidak ikut, tetapi kami ingin menawarkan perlindungan ini dengan mudah bagi mereka,” kata Bickert.
SEE ALSO:
Penggunaan teknologi ini menunjukkan bahwa Meta berusaha menyeimbangkan antara memanfaatkan teknologi yang dianggap invasif untuk mengatasi kekhawatiran regulator terkait meningkatnya penipuan, sambil meminimalkan keluhan terkait penanganan data pengguna yang telah menjadi sorotan selama bertahun-tahun.
Pada 2021, Meta menutup sistem pengenalan wajahnya dan menghapus data pemindaian wajah dari satu miliar pengguna karena "kekhawatiran sosial yang semakin meningkat." Namun, pada Agustus tahun ini, Meta diperintahkan untuk membayar 1,4 miliar dolar AS (Rp21,6 triliun) kepada Texas untuk menyelesaikan gugatan yang menuduh perusahaan tersebut mengumpulkan data biometrik secara ilegal.
Dalam uji coba baru ini, Meta akan segera menghapus data wajah yang dihasilkan dari perbandingan dengan iklan yang dicurigai, baik penipuan terdeteksi atau tidak. Meta juga berencana menguji penggunaan data pengenalan wajah untuk membantu pengguna biasa di Facebook dan Instagram memulihkan akses ke akun yang diretas atau terkunci.
JAKARTA – Tiga tahun setelah Meta menghentikan teknologi pengenalan wajah di Facebook karena adanya tekanan dari regulator dan kekhawatiran privasi, perusahaan media sosial tersebut mengumumkan akan menguji kembali layanan ini. Hal itu dilakukan sebagai bagian dari upaya memerangi penipuan iklan yang menggunakan wajah selebritas, atau yang dikenal sebagai "celeb-bait."
Meta mengatakan akan melibatkan sekitar 50.000 figur publik dalam uji coba ini, dengan membandingkan secara otomatis foto profil mereka di Facebook dengan gambar yang digunakan dalam iklan yang dicurigai sebagai penipuan. Jika ditemukan kesamaan dan Meta meyakini bahwa iklan tersebut adalah penipuan, iklan tersebut akan diblokir.
Para selebritas yang terdaftar akan diberitahu dan dapat memilih untuk tidak berpartisipasi jika mereka tidak ingin dilibatkan. Uji coba ini akan diluncurkan secara global mulai Desember, kecuali di beberapa wilayah yang tidak memiliki izin regulasi, seperti Inggris, Uni Eropa, Korea Selatan, serta negara bagian Texas dan Illinois di AS.
Monika Bickert, Wakil Presiden Kebijakan Konten Meta, menyatakan bahwa perusahaan menargetkan figur publik yang wajahnya telah digunakan dalam iklan penipuan. “Idenya adalah melindungi sebanyak mungkin dari mereka. Mereka bisa memilih untuk tidak ikut, tetapi kami ingin menawarkan perlindungan ini dengan mudah bagi mereka,” kata Bickert.
SEE ALSO:
Penggunaan teknologi ini menunjukkan bahwa Meta berusaha menyeimbangkan antara memanfaatkan teknologi yang dianggap invasif untuk mengatasi kekhawatiran regulator terkait meningkatnya penipuan, sambil meminimalkan keluhan terkait penanganan data pengguna yang telah menjadi sorotan selama bertahun-tahun.
Pada 2021, Meta menutup sistem pengenalan wajahnya dan menghapus data pemindaian wajah dari satu miliar pengguna karena "kekhawatiran sosial yang semakin meningkat." Namun, pada Agustus tahun ini, Meta diperintahkan untuk membayar 1,4 miliar dolar AS (Rp21,6 triliun) kepada Texas untuk menyelesaikan gugatan yang menuduh perusahaan tersebut mengumpulkan data biometrik secara ilegal.
Dalam uji coba baru ini, Meta akan segera menghapus data wajah yang dihasilkan dari perbandingan dengan iklan yang dicurigai, baik penipuan terdeteksi atau tidak. Meta juga berencana menguji penggunaan data pengenalan wajah untuk membantu pengguna biasa di Facebook dan Instagram memulihkan akses ke akun yang diretas atau terkunci.
JAKARTA Three years after Meta suspended facial recognition technology on Facebook due to pressure from regulators and privacy concerns, the social media company announced it would retest the service. This is done as part of an effort to combat advertising scams that use celebrity faces, or known as "celeb-bait."
Meta said it would involve around 50,000 public figures in this trial, by automatically comparing their profile photos on Facebook with images used in ads suspected of being fraudulent. If similarity is found and Meta believes that the ad is a scam, the ad will be blocked.
Registered celebrities will be notified and can choose not to participate if they do not want to be involved. The trial will be launched globally from December, except in areas that do not have regulatory permits, such as the UK, European Union, South Korea, as well as states of Texas and Illinois in the US.
Monika Bickert, Vice President of Meta Content Policy, stated that the company is targeting public figures whose faces have been used in fraudulent advertisements. The idea is to protect as much from them as possible. They can choose not to come, but we want to offer this protection easily to them," Bickert said.
SEE ALSO:
The use of this technology shows that Meta is trying to balance between utilizing technology that is considered invasive to address regulator concerns regarding rising fraud, while minimizing complaints regarding the handling of user data that has been in the spotlight for years.
In 2021, Meta shut down its facial recognition system and removed facial scanning data from one billion users due to "an increasing social concern." However, in August this year, Meta was ordered to pay $1.4 billion to Texas to settle a lawsuit accusing the company of illegally collecting biometric data.
In this new trial, Meta will soon remove facial data resulting from comparisons with suspected ads, whether fraud is detected or not. Meta also plans to test the use of facial recognition data to help regular users on Facebook and Instagram restore access to hacked or locked accounts.
The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)