JAKARTA - Setelah merilis Meta Quest 2 beberapa tahun lalu, Meta Platform Inc., akan kembali meluncurkan headset VR untuk konsumen selanjutnya, tahun depan.
Pengumuman ini disampaikan langsung selama panggilan pendapatan Q3 Meta beberapa hari lalu, ketika perusahaan mengungkapkan kerugian yang mencapai 3,7 miliar dolar AS (Rp57 triliun) untuk investasi metaverse-nya.
Namun, melansir TechCrunch, CFO Meta David Wehner mengatakan bahwa sebagian dari biaya berkelanjutan ini dapat dijelaskan melalui investasi lanjutan Meta dalam pengembangan perangkat keras baru, termasuk headset kelas konsumen lainnya yang akan keluar tahun depan.
Beberapa waktu lalu, tepatnya pada 25 Oktober, Meta resmi meluncurkan Quest Pro seharga 1.499 dolar AS (Rp23 juta), yang menawarkan cara berinteraksi dengan kreasi virtual yang dilapiskan ke tampilan penuh warna dari dunia fisik di sekitar mereka kepada pelanggan.
Yang paling mencolok, headset ini memiliki kamera menghadap ke luar yang menangkap semacam streaming langsung 3D dari lingkungan fisik di sekitar pemakainya.
SEE ALSO:
Quest 2, sebaliknya, menawarkan versi skala abu-abu yang lebih mendasar dari teknologi ini, yang disebut passthrough. Saat ini, Quest 2 dijual seharga 399 dolar AS (Rp6,19 juta). Tetapi musim panas ini, Meta menaikkan harga sebesar 100 dolar AS (Rp1,5 juta) untuk mencoba menebus biaya yang hilang.
“Masih ada jalan panjang di depan untuk membangun platform komputasi berikutnya. Tapi kami jelas melakukan pekerjaan utama di sini. Ini adalah usaha besar dan seringkali membutuhkan beberapa versi dari setiap produk sebelum menjadi mainstream," kata bos Meta, Mark Zuckerberg pada panggilan pendapatan.
“Tetapi saya pikir pekerjaan kami di sini akan menjadi sejarah penting dan menciptakan pondasi untuk cara yang sama sekali baru di mana kami akan berinteraksi satu sama lain dan memadukan teknologi ke dalam kehidupan kami, serta fondasi untuk jangka panjang bisnis kami.” tambahnya.
The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)