JAKARTA - Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengatakan pada Hari Kamis, negaranya akan melonggarkan persyaratan kontrol perbatasan COVID-19 bulan depan, langkah kunci dalam mendorong pemulihan sektor pariwisata Jepang.

Jepang diketahui mempertahankan beberapa tindakan pembatasan paling ketat di antara negara-negara ekonomi utama sejak awal pandemi, setelah secara efektif memblokir masuknya pengunjung selama dua tahun, sebelum mulai dibuka kembali secara bertahap pada Juni.

Pengumuman PM Kishida, dibuat selama pidato di Bursa Efek New York, mengikuti janji yang dia buat pada Bulan Mei bahwa Jepang akan membawa kontrol perbatasannya lebih sesuai dengan negara-negara Kelompok Tujuh lainnya.

"Kami adalah bangsa yang berkembang melalui arus bebas orang, barang dan modal," kata PM Kishida, melansir Reuters 23 September.

"COVID-19, tentu saja, mengganggu semua manfaat ini, tetapi mulai 11 Oktober, Jepang akan melonggarkan langkah-langkah pengendalian perbatasan agar setara dengan AS, serta melanjutkan perjalanan bebas visa dan perjalanan individu," paparnya.

Mulai 11 Oktober, Jepang akan memulihkan pariwisata individu dan perjalanan bebas visa kepada orang-orang dari negara tertentu, selama mereka divaksinasi.

Pada saat yang sama, itu juga akan menghapus batas harian pada kedatangan, saat ini ditetapkan pada 50.000, dan dapat merevisi peraturan di hotel, memungkinkan mereka untuk menolak tamu yang tidak mematuhi pengendalian infeksi, seperti mengenakan masker, selama wabah, media domestik melaporkan.

Diketahui, Jepang secara resmi kembali mengizinkan turis masuk pada Bulan Juni untuk pertama kalinya dalam dua tahun, tetapi hanya sekitar 8.000 yang tiba hingga Juli, dibandingkan dengan lebih dari 80.000 pengunjung sehari sebelum pandemi.


The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)