JAKARTA - Kebaya yang menjadi identitas asli masyarakat di Indonesia. Warisan budaya ini perlu dijaga supaya bisa lestari dan tidak diklaim oleh pihak-pihak lain. Karena itulah muncul pendaftaran kebaya agar diakui sebagai warisan budaya Indonesia oleh UNESCO.

Banyak gerakan yang dilakukan di Indonesia bahkan sampai dengan warga Indonesia di luar negeri yang menggalakkan penggunaan kebaya. Gerakan kebaya Goes to UNESCO didukung oleh para perempuan Indonesia di Shanghai. 9 perempuan warga negara Indonesia di Kota Shanghai, China, turun ke jalan untuk mengampanyekan program Kebaya Goes to UNESCO.

Tradisikebaya.id melakukan gerakan Lenggang Bali Pertiwi yang dilangsungkan di Yellow Garden Adventures, di desa Bongkasa Pertiwi, Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung.

Dian Sastro juga turut mengkampanyekan gerakan ini. Dan beberapa kegiatan lain marak dilakukan.

Bagi seorang perempuan, berkebaya tidak saja untuk mengartikulasikan dirinya melalui pakaian, tetapi juga memiliki makna yang lebih luas mulai dari wujud identitas hingga kecintaan pada budaya bangsa.

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bahkan menganggap menggunakan kebaya adalah cara melestarikan budaya sekaligus upaya mencegah terorisme di Tanah Air.

Kepala BNPT Komjen Boy Rafli Amar melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu 26 Oktober dilansir dari Antara, mengatakan budaya bangsa adalah vaksin yang efektif untuk mencegah berkembangnya virus intoleransi, radikalisme, dan terorisme. Pasalnya, dalam budaya bangsa terkandung nilai-nilai penghormatan terhadap keragaman antarsuku bangsa di Indonesia.

Menurut dia, kebaya adalah identitas budaya nasional. Dengan diangkat atau diusung, maka harapannya kebaya kembali berkembang menjadi ciri khas busana Indonesia.

"Ini untuk membangun dari sisi aspek budaya bangsa. Jika kecintaan pada budaya sendiri terus tumbuh maka ini menjadi cara yang efektif dalam mengeliminasi budaya transnasional," tegas Boy Rafli.


The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)