JAKARTA – PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) melaporkan perseroan sukses menghimpun laba bersih sebesar Rp1,5 triliun hingga kuartal III 2021. Capaian itu tumbuh 35,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya dengan Rp1,12 triliun.
Direktur Utama Bank BTN Haru Koesmahargyo mengatakan kinerja positif ini tidak lepas dari dukungan berbagai regulasi pemerintah yang mendorong sektor properti kembali bergeliat.
“Hasil gemilang yang perseroan raih merupakan hasil dukungan pemerintah, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Bank Indonesia (BI) yang mengeluarkan berbagai kebijakan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN),” ujarnya dalam paparan hari ini, Kamis, 21 Oktober.
Menurut Haru, implikasi nyata terlihat jelas dari sisi penyaluran kredit, perolehan dana pihak ketiga (DPK) dan laba bersih yang berada dalam jalur positif.
“Kenaikan laba bersih ini ditopang oleh pertumbuhan penyaluran kredit serta efisiensi biaya dana atau cost of fund,” sambung dia.
Secara mendetail, bank spesialis perumahan itu mencatatkan penyaluran kredit dan pembiayaan sebesar Rp270,27 triliun per 30 September 2021 atau naik 6,03 persen year-on-year (y-o-y) dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp254,91 triliun.
Segmentasi andalan kredit pemilikan rumah (KPR) subsidi masih menjadi penopang utama pertumbuhan dengan kenaikan sebesar 11,74 persen y-o-y menjadi Rp129,98 triliun. Kenaikan ini membuat BTN masih mendominasi pangsa KPR subsidi sebesar 86 persen dari pangsa pasar.
Adapun, KPR nonsubsidi juga turut menunjukkan kenaikan di level 2,11 persen y-o-y menjadi Rp81,88. Lalu, di segmen nonperumahan, kredit konsumer dan kredit korporasi juga menunjukkan pertumbuhan positif di level masing-masing sebesar 21,28 persen menjadi Rp5,79 triliun dan 89,77 persen menjadi Rp12,15 triliun.
Bank dengan kode saham BBTN ini mengklaim pertumbuhan kredit dan pembiayaan perseroan berada di atas rata-rata nasional (industri) yang sebesar 2,21 persen pada kuartal III 2021.
BACA JUGA:
Dari sisi rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) menunjukan perbaikan menjadi 3,94 persen dari 4,56 persen.
DPK yang mengalami kenaikan 6,56 persen y-o-y menjadi Rp291,26 triliun dengan komposisi dana murah mengalami peningkatan menjadi 41,53 persen dari 36,96 persen.
“Komposisi CASA (current account and savings account/dana murah) yang meningkat tersebut membuat perseroan berhasil menekan turun cost of fund sebesar 170 bps secara tahunan dari 4.98 persen menjadi 3.28 persen di September 2021,” kata Haru.
Kinerja moncer kredit dan DPK turut menopang aset perseroan 3,10 persen menjadi Rp368,05 triliun.
Asal tahu saja, tumbuhnya sektor properti didukung keberhasilan pemerintah yang sukses melakukan program vaksinasi nasional dan memberikan stimulus untuk mendorong pemulihan ekonomi.
Adapun, stimulus yang diberikan pemerintah seperti insentif PPN 0 persen untuk sektor properti dan kebijakan dana PEN yang ditempatkan di perbankan nasional telah membuat permintaan pembiayaan rumah meningkat.
“Kami optimistis mampu berperan aktif dalam mendukung program Pembangunan Satu Juta Rumah serta memenuhi tugas utama menyediakan hunian terutama bagi MBR (masyarakat berpenghasilan rendah) dan milenial,” tutup Haru.