Bagikan:

JAKARTA - PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BRI) melaporkan bahwa sekitar 2 miliar dolar AS atau setara Rp29 triliun rights issue perseroan telah diserap oleh investor asing. Jumlah tersebut merupakan bagian dari total nilai rights issue BRI yang mencapai Rp95,9 triliun.

Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan capaian ini merupakan prestasi tersendiri bagi perseroan dan juga turut membantu pemerintah dalam memperkuat struktur keuangan negara.

“Dana dari investor asing yang akan memperkuat devisa kita,” ujarnya dalam keterangan pers pada Rabu, 6 Oktober.

Dalam penjelasannya, Sunarso mengungkapkan jika rights issue BRI mengalami kelebihan pesanan alias oversubscribe hingga 1,53 persen dari total 28,2 miliar lembar saham yang diterbitkan.

“Ini didorong juga berkat kejelasan visi dan strategi BRI ke depan dengan value proposition dari rights issue, yaitu penguatan ekosistem usaha ultra mikro nasional bersama Pegadaian dan PNM (Permodalan Nasional Madani),” tuturnya.

Menurut dia, hal itu mencerminkan komitmen BRI dalam memperkuat core competency di segmen mikro dan UKM secara umum.

“Melalui segmen ultra mikro, kamni siap masuk ke segmen bisnis yang lebih kecil dari mikro atau go smaller namun dengan potensi ekonomi yang sangat besar,” tegasnya.

Adapun, Holding BUMN Ultra Mikro yang dibiayai hasil rights issue disebut Sunarso bakal berkontribusi terhadap pembangunan yang berdasarkan Environmental, Social, dan Governance (ESG). Diklaim pula jika strategi yang dijalankan semakin memberdayakan pelaku usaha ultra mikro dalam meningkatkan kapabilitas, selain juga peningkatan literasi dan inklusi keuangan.

Selain itu, lanjut Sunarso, keberhasilan aksi korporasi tersebut pun tak terlepas dari komitmen tinggi dari para stakeholders terutama pemerintah Indonesia dan regulator untuk mendukung terbentuknya Holding BUMN Ultra Mikro.

“Saya kira ini yang diapresiasi oleh investor publik dengan baik. Kami membawa spirit bahwa sebenarnya struktur ataupun pilar ekonomi Indonesia memang masih mayoritas didukung oleh segmen yang kecil-kecil, terutama di UMKM, dan terutama lagi di ultra mikro yang masih banyak yang harus kita layani,” jelas dia.

Mengutip data yang dirilis oleh Kementerian Koperasi, jumlah usaha mikro yang ada di Indonesia mencapai 58 juta dari keseluruhan 65 juta usaha. Dari angka itu, baru sekitar 20 juta usaha yang telah memperoleh akses pendanaan dari sumber formal seperti bank, BPR, perusahaan gadai, koperasi, maupun lembaga keuangan lain.

“Kami ingin BRI kembali ke core-nya untuk menguasai segmen mikro sekaligus memperkuat inklusi keuangan di masyarakat,” tutup Sunarso.