JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) saat ini sedang menyusun peta jalan atau roadmap komersialisasi bioavtur di Indonesia. Penggunaan campuran bahan bakar nabati dan avtur rencananya akan digunakan oleh semua maskapai penerbangan baik nasional maupun internasional.
Menteri ESDM Arifin Tasrif mengakui bahwa hingga saat ini pengembangan bioavtur di Tanah Air masih terkendala berbagai hal. Di antaranya yakni ketersediaan produk bioavtur, proses teknologi dan juga nilai keekonomiannya.
"Untuk itu kami mengharapkan dukungan semua pihak untuk tahapan-tahapan uji coba selanjutnya yang harus dilakukan. Termasuk menyusun roadmap untuk komersialisasinya," katanya dalam seremonial keberhasilan uji terbang bahan bakar J2.4 secara daring, Rabu, 6 Oktober.
Arifin mengatakan dalam pengembangan bioavtur, pemerintah akan melakukannya secara bertahap. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri (Permen) ESDM Nomor 12 Tahun 2015. Di mana pada tahap awal avtur akan dicampur minyak nabati dengan persentase 3 persen di tahun 2020.
Kemudian, kata Arifin, pada tahun 2025 akan meningkat menjadi 5 persen dengan peningkatan secara bertahap setiap tahunnya sesuai dengan perkembangan riset dan teknologi yang dimiliki.
"Tentunya kami tidak akan berhenti dan berpuas diri di tahapan ini. Penelitian dan pengembangan untuk nantinya bisa dihasilkan produk J100 dan penggunaan bioavtur dapat digunakan di seluruh maskapai yang ada di Indonesia dan seluruh maskapai penerbangan mancanegara," ujarnya.
Arifin menjelaskan penggunaan bahan bakar bioavtur memiliki keuntungan. Di antaranya yakni dapat menguruangi emisi gas karbon yang dihasilkan oleh pesawat terbang. Selain itu, upaya pengembangan bioavtur merupakan bentuk dari program penggunaan energi baru terbarukan (EBT).
BACA JUGA:
"Sementara di sektor transportasi udara, organisasi penerbangan internasional di bawah naungan International Civil Aviation Organization (ICAO) telah mengeluarkan target jangka panjang 2050 yaitu tercapainya emisi 50 persen di bawah level emisi tahun 2005," tuturnya.
Dalam kesempatan yang sama, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan bahwa bioavtur J2.4 yang telah diuji terbangkan termasuk dalam pengembangan biodiesel. Nantinya akan dilanjutkan sampai program J100. Langkah ini sebagai upaya transisi energi fosil ke energi yang lebih ramah lingkungan.
Apalagi, kata dia, Indonesia juga telah berkomitmen untuk menurunkan gas rumah kaca sebesar 29 persen dengan usaha sendiri dan 41 persen dengan dukungan internasional.
"Pangsa pasar dari J2.4 diperkirakan mencapai Rp1,1 triliun," ucapnya.