JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah merampungkan rencana usaha penyediaan tenaga listrik (RUPTL) PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN periode 2021-2030. Adapun RUPTL tersebut dikeluarkan untuk mendukung pengembangan pembangkit listrik dari sumber energi baru terbarukan (EBT).
Menteri ESDM Arifin Tasrif menjelaskan bahwa pandemi COVID-19 juga berdampak terhadap pertumbuhan listrik. Menurut dia, imbas pandemi beberapa sistem besar seperti sistem kelistrikan di Jawa-Bali, dan Sumatera berpotensi oversupply karena penggunaan listrik menurun selama pandemi.
Dengan perubahan kondisi ini, PLN melakukan perubahan terkait RUPTL. Dia mengatakan, target pertumbuhan listrik di 2021 hingga 2030 diturunkan menjadi 4,9 persen.
"Karena itu, pertumbuhan listrik pada RUPTL sebelumnya sudah tidak sesuai. Untuk itulah pada RUPTL PLN 2021-2030 diproyeksikan hanya tumbuh rata-rata sekitar 4,9 persen dari sebelumnya 6,4 persen," katanya dalam Webinar Diseminasi RUPTL PLN 2021-2030, Selasa, 5 Oktober.
Sementara itu, lanjut Arifin, data terakhir yang dimiliki pihaknya per Juni 2021, menunjukkan bahwa rasio elektrifikasi rata-rata nasional telah berhasil mencapai angka 99,37 persen.
BACA JUGA:
Namun, Arifin mengakui masih terdapat beberapa provinsi yang masih perlu perhatian khusus. Adapun untuk daerah yang masih tertinggal yaitu Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Papua.
Arifin juga menjelaskan bahwa program 35.000 Megawatt (MW) juga akan terus dijalankan oleh pihaknya.
"Dan dalam dua tahun ke depan akan masuk sekitar 14.700 MW, dan sebagian besar dari PLTU batu bara," ujarnya.