Bali United Milik Konglomerat Pieter Tanuri Raup Untung Rp72 Miliar, tapi Bukan dari Sepak Bola
Striker Bali United asal Belanda, Melvin Platje. (Foto: Instagram @baliunitedfc)

Bagikan:

JAKARTA - PT Bali Bintang Sejahtera Tbk atau Bali United mencatatkan laba di semester I 2021, meski pendapatan pengelola klub sepak bola ini terkoreksi pada semester I 2021.

Dalam laporan keuangan emiten berkode saham BOLA ini, dikutip Senin 30 Agustus, pendapatan perusahaan milik konglomerat Pieter Tanuri ini mencapai Rp35,43 miliar pada semester I 2021. Raihan tersebut menurun 22,70 persen dari posisi Rp45,84 miliar.

Penurunan pendapatan disebabkan roots bisnis Bali United dalam hal sepak bola terdampak oleh pandemi. Segmen manajemen klub komersial yang tahun lalu mencetak Rp36,94 miliar, pada semester I 2021 ini hanya mencatatkan Rp7,30 miliar.

Beruntung segmen anyar yaitu video streaming dapat menambal pemasukan BOLA hingga Rp17,22 miliar. Adapun pemasukan dari pihak berelasi menyumbang Rp1,8 miliar dari total pemasukan BOLA.

Meskipun pendapatan terkoreksi, BOLA masih mencatatkan laba bersih sebesar Rp72,09 miliar. Jumlah itu bahkan melampaui total pendapatan semester I 2021.

Kinerja keuangan Bali United didongkrak oleh pos pendapatan keuangan yang melonjak hingga 567,41 persen, dari Rp16,71 miliar di semester I 2020 menjadi Rp111,51 miliar pada semester I 2021.

Kemudian investasi jangka pendek yang dicatatkan sebagai aset lancar memang mengalami pertumbuhan 45,71 persen (year on year/yoy) menjadi Rp255,56 miliar. Manajemen BOLA menyatakan, peningkatan investasi jangka pendek terjadi karena adanya penambahan investasi pada saham dan reksadana.

Bali United memiliki investasi di Obligasi Berkelanjutan I Sinar Mas Multifinance Tahap III Tahun 2019. Tenornya tiga tahun dengan tingkat bunga tetap sebesar 11 persen.

Per 30 Juni 2021 nilai wajar investasinya sebesar Rp50 miliar. Pada 2021, BOLA mengakui pendapatan bunga obligasi sebesar Rp4,675 miliar pada pendapatan keuangan.

Berikutnya, BOLA juga menempatkan dana pada Obligasi Berkelanjutan II SMART Tahap I Tahun 2020 sebesar Rp10 miliar. Tenornya tiga tahun dengan tingkat bunga tetap sebesar 8,5 persen.

Per semester I 2021 nilai wajar investasinya Rp 10 miliar. Pada 2021, BOLA mengakui pendapatan bunga obligasi sebesar Rp361,250,000 pada pendapatan keuangan.

BOLA juga memiliki Kontrak Pengelolaan Portofolio Efek Untuk Kepentingan Nasabah Secara Individual dengan PT Nusadana Investama Indonesia. Batasan alokasi asetnya pada efek bersifat ekuitas, utang, KIK dan instrument pasar uang yaitu deposito, deposits on call, kas dan SBI.

Per 30 Juni 2021 nilai wajar investasinya sebesar Rp110,51 miliar, naik dari posisi 31 Desember 2020 yang sekitar Rp62,84 miliar.

Pada tahun 2021, BOLA juga menempatkan dana investasi di Buana Capital Sekuritas, Waterfront Sekuritas, Trimegah Sekuritas, PT OCBC Sekuritas Indonesia (OCBC), PT NH Korindo Sekuritas Indonesia dan PT Lotus Andalan Sekuritas. Tujuannya untuk memperoleh keuntungan (capital gain) melalui perdagangan instrumen ekuitas di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Alhasil hingga 30 Juni 2021, BOLA mengakui keuntungan direalisasi dari perubahan nilai wajar sebesar Rp56,261,320,500 pada akun keuntungan dan kerugian lain-lain.