Bank Mandiri: Ekspor Batu Bara Tumbuh Didominasi Permintaan dari China
Ilustrasi (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - PT Bank Mandiri Tbk. melaporkan bahwa volume ekspor batu bara pada sepanjang Juni 2021 tumbuh 14,4 persen secara tahunan (year-on-year) dibandingkan dengan periode yang sama 2020.

Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro peningkatan tersebut didorong oleh peningkatan kinerja ekspor ke China. Dalam catatannya, ekspor batubara Indonesia ke negara di Asia Timur tersebut melesat 50,7 persen y-o-y dengan volume 18,8 juta ton.

“Peningkatan ini didorong oleh relaksasi kuota impor China, yang ditujukan untuk menambah stok batu bara thermalnya dalam menghadapi periode musim panas,” ujarnya dalam siaran resmi, Jumat, 27 Agustus.

Sementara itu, volume ekspor batu bara pada Juni 2021 ke beberapa negara tujuan ekspor utama menurun.

Volume ekspor batubara Indonesia ke India, Jepang, dan Korea Selatan masing-masing terkontraksi sebesar minus 23,8 persen, minus 45 persen, dan persen 25,92 persen y-o-y.

“Sebagai tambahan, pada Juni 2021 market share batu bara Indonesia di China sebesar 59,9 persen dari total impor China, lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang sebesar 53,3 persen,” tuturnya.

Meski demikian, dibandingkan Mei 2021, ekspor batu bara mengalami sedikit penurunan menjadi 36,7 juta ton dari 37,7 juta ton.

Secara kumulatif pada periode Januari sampai dengan Juni 2021, volume ekspor tumbuh sebesar 2,4 persen y-o-y dengan total volume ekspor sebanyak 213,3 juta ton.

“Kondisi yang terjadi pada paruh pertama tahun ini dibandingkan volume ekspor periode yang sama tahun 2019 masih lebih rendah dengan 229,6 juta ton,” katanya.

Lebih lanjut, ekonom bank pemerintah itu menjelaskan jika perkiraan harga rata-rata batu bara 2021 sebesar 104,3 dolar AS perton.

“Ke depan, kami berpandangan harga akan terkoreksi karena beberapa sebab. Pertama, stok batu bara domestik China yang perlahan meningkat. Kedua, tapering di Amerika Serikat diprediksikan akan terjadi lebih cepat mulai akhir tahun 2021, yang akan menekan likuiditas dolar AS dan mengurangi efek spekulasi di pasar,” ungkap dia.

“Sebagai tambahan, kami juga melihat beberapa faktor resiko yang bisa mengganggu kinerja ekspor batu bara Indonesia. Pertama, ketergantungan terhadap permintaan batu bara China akan membuat kinerja ekspor batu bara Indonesia sangat rentan terhadap kebijakan impor batu bara China. Kedua, persaingan yang lebih ketat dengan batu bara Australia di pasar India karena penetrasi Australia di pasar India lebih intensif,” tutup Andry.