JAKARTA - PT Allo Bank Indonesia Tbk, perusahaan yang sebelumnya bernama Bank Harda ini mencatatkan laba bersih senilai Rp22,92 miliar di semester I 2021. Meski demikian, catatan laba ini turun 30,25 persen year on year (yoy) dibandingkan periode semeste I 2020 yang senilai Rp32,86 miliar.
Dalam keterangan Bank Allo di keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), dikutip Rabu 4 Agustus, penurunan laba bank milik konglomerat Chairul Tanjung ini tak terlepas dari naiknya beban bunga 23,61 persen yoy dari Rp60,02 miliar menjadi Rp74,19 miliar di semester I 2021. Laba operasional pun ikut turun 29,04 persen yoy dari Rp33,57 miliar menjadi Rp23,82 miliar hingga Juni 2021.
Padahal pendapatan bunga Allo Bank tumbuh 42,46 persen yoy dari Rp89,61 miliar menjadi Rp127,66 miliar di semester pertama 2021. Pendapatan bunga ini ditopang oleh pendapatan dari kredit yang diberikan senilai Rp52,70 miliar, pendapatan dari efek-efek sebesar Rp73,60 miliar, penempatan pada Bank Indonesia Rp1,31 miliar, dan sisanya penempatan pada bank lain senilai Rp53,06 juta.
Total aset emiten berkode saham BBHI naik 63,23 persen menjadi Rp4,22 triliun pada Juni 2021 dari posisi akhir Desember 2020 sebesar Rp2,58 triliun. Plt Direktur Utama Allo Bank Indonesia Ari Yanuanto Asah menyatakan, kenaikan total aset dan kewajiban akan memberikan dampak bagi kinerja perusahaan.
BACA JUGA:
Lantaran, kata dia, kenaikan total aset disebabkan adanya pembelian surat berharga sebesar Rp 1,83 triliun.
"Kenaikan total kewajiban karena ada penempatan deposito sebesar Rp 750 miliar dari PT Mega Corpora sebagai pemegang saham pengendali yang nantinya dikonversi menjadi modal setelah mendapatkan persetujuan dari OJK dan peningkatan kewajiban surat berharga Repo sebesar Rp1,22 triliun," jelas Ari.
Adapun rasio kinerja keuangan BBHI masih terbilang terkendali pada paruh pertama 2021. Tercermin dari rasio non performing loan (NPL) terhadap total kredit bersih bank mengecil menjadi 1,17 persen dari posisi tahun sebelumnya sebesar 3,50 persen.
Sedangkan Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) tercatat naik 82,65 persen hingga Juni 2021 dari periode yang sama tahun 2020 sebesar 76,52 persen.