Pengusaha Mal Masih Optimistis Akan Bangkit: Manusia adalah Makhluk Sosial yang Membutuhkan Interaksi Langsung
Ilustrasi. (Foto: Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Pusat perbelanjaan atau mal menjadi salah satu sektor usaha yang terdampak pandemi COVID-19. Apalagi, sejak masa pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) Darurat hingga PPKM Level 4 ini pusat perbelanjaan tidak diizinkan beroperasi. Akibatnya, terdapat potensi kerugian senilai Rp5 triliun.

Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja mengatakan bahwa ketika pemerintah memberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat dampaknya tidak akan berhenti ketika kebijakan tersebut selesai.

Bagi pusat perbelanjaan, kata Alphonzus, dampak dari PPKM berkepanjangan ini akan dirasakan setidaknya tiga bulan sejak kebijakan itu selesai. Okupansi pusat perbelanjaan tidak akan langsung kembali normal seperti ketika sebelum kebijakan tersebut diberlakukan.

"Dampak PPKM Darurat ini bukan hanya berhenti pada saat pakai PPKM Darurat dihentikan. Dampaknya ini bisa 3 sampai 4 bulan," ujarnya dalam sebuah diskusi, dikutip Rabu, 28 Juli.

Lalu, bagaimana prospek bisnis pusat perbelanjaan pascaCOVID-19? Meski saat ini sedang menghadapi kondisi yang sulit, Alphonzus mengatakan prospek bisnis pusat perbelanjaan atau mal pascaCOVID-19 masih sangat cerah. Mengingat masyarakat Indonesia adalah pasar yang besar bagi pengusaha pusat perbelanjaan.

"Jadi sebetulnya pusat perbelanjaan menurut saya masih tetap punya prospek yang cerah. Selain karena market-nya, tetapi juga karena secara fundamental pusat perbelanjaan akan diminati oleh para pengunjung," ujarnya.

Apalagi, kata Alphonzus, konsumen pusat perbelanjaan itu adalah manusia. Sedangkan, manusia merupakan makhluk sosial makhluk sosial yang punya naluri untuk berinteraksi dengan sesamanya secara langsung.

"Jadi manusia membutuhkan interaksi secara langsung. Di mana? Di pusat perbelanjaan salah satunya. Karena itu, pusat perbelanjaan menurut saya masih akan tetap diperlukan. Mau ketemu sama kolega, pacar, teman bisnis di pusat perbelanjaan. Tidak mungkin kan di rumah sakit," tuturnya.

Namun, kata Alphonzus, saat ini yang menjadi masalah adalah pusat perbelanjaan ini sedang dalam kondisi yang sulit. Apalagi, tidak ada satu orang pun yang tahu kapan pandemi COVID-19 berakhir.

"Kita masih belum tahu sampai kapan pandemi ini berakhir, jadi yang diperlukan adalah bertahan sampai dengan kondisi ke depan yang menurut saya masih terbuka cerah sekali begitu buat pusat perbelanjaan," katanya.

Lebih lanjut, kata Alphonzus, selama bertahan karena pandemi yang begitu lama ini, pusat perbelanjaan harus dibantu oleh pemerintah. Ia mengakui, pemerintah selama ini memang banyak membantu masyarakat artinya untuk mendongkrak daya beli dan sebagainya.

"Tapi perusahaan pusat perbelanjaan bertahan dengan kemampuan sendiri. Karena pandeminya begitu lama sehingga diperlukan bantuan dari pemerintah. Sebetulnya bantuannya simpel saja yang penting pusat perbelanjaan jangan ditambah beban beban yang sifatnya tetap. Tolong dikurangi saja," jelasnya.

Contohnya, kata Alphonzus, listrik dan gas dihapus sementara ketentuan penggunaan minimumnya. Sehingga, pusat belanja hanya membayar listrik dan gas sesuai dengan jumlah yang digunakan.