JAKARTA - Hasil riset Lembaga Survei Indonesia (LSI) menyatakan bahwa persepsi masyarakat terhadap keadaan ekonomi memburuk dalam enam bulan terakhir. Bahkan, prioritas masyarakat juga terbelah antara memperbaiki kondisi ekonomi atau kesehatan.
Direktur Eksekutif LSI Djayadi Hanan mengatakan bahwa tingkat kepercayaan masyarakat kepada kemampuan presiden menangani pandemi cenderung menurun. Menurut dia, berbagai pembatasan kegiatan masyarakat yang diterapkan pemerintah berdampak pada kondisi ekonomi.
"Temuan menarik lainnya adalah persepsi terhadap keadaan ekonomi selama enam bulan terakhir cenderung memburuk. Pembatasan mobilitas masyarakat bila tidak dibarengi dengan bantuan yang cukup bagi yang terdampak secara ekonomi kemungkin akan mendapatkan tentangan oleh masyarakat di lapangan," katanya, dikutip Senin, 19 Juli.
Hasil survei yang dilakukan LSI menunjukan bahwa mayoritas masyarakat saat ini lebih memprioritaskan masalah perekonomian dibandingkan dengan kesehatan.
Dalam surveinya, LSI memberikan pertanyaan 'sekarang ini, menurut Ibu/Bapak sebaiknya lebih memprioritaskan pada masalah kesehatan atau ekonomi'?
Hasilnya, pada bulan Juli 2020 masyarakat yang setuju lebih memprioritaskan kesehatan sebanyak 45 persen. Sementara, yang lebih memprioritaskan masalah perekonomian 47,9 persen.
Kemudian, pada bulan September 2020 masyarakat yang setuju lebih memprioritaskan kesehatan meningkat sebanyak 60,5 persen. Sementara, yang lebih memprioritaskan masalah perekonomian menurun 36,0 persen.
Sedangkan, di bulan Juni 2021 masyarakat yang setuju lebih memprioritaskan kesehatan sebanyak 46,2 persen. Hasil itu tersalip dengan masyarakat yang lebih setuju memprioritaskan masalah perekonomian sebanyak 50,7 persen.
"Dukungan warga terlihat cukup terbelah antara memilih agar pemerintah lebih memprioritaskan masalah perekonomian dan lebih memprioritaskan masalah kesehatan. Dibandingkan survei September tahun lalu dukungan pada prioritas ekonomi meningkat sekarang," tuturnya.
Sementara itu, berdasarkan hasil rekap survei LSI, mayoritas responden menganggap COVID-19 mengancam ekonomi masyarakat 95,8 persen. Jumlah tersebut lebih besar dibanding dengan ancaman terhadap kesehatan 92 persen.
"Mayoritas, 70,9 persen, merasa cukup besar kemungkinan kehidupannya menjadi lebih buruk karena pengaruh ekonomi wabah COVID-19," ujarnya.
BACA JUGA:
Tak hanya itu, mayoritas responden 69 persen mengalami penurunan pendapatan rumah tangga sejak imbauan bekerja dan belajar dari rumah. Dari jumlah tersebut, 74,9 persen di antaranya menilai penurunannya dalam jumlah banyak jika dibandingkan sebelum COVID-19.
Mayoritas masyarakat minta pembatasan kegiatan dihentikan
Kemudian, pertanyaan berlanjut dengan sebaiknya PSBB dilanjutkan atau dihentikan. Hasilnya, pada bulan Juli 2020, 34,7 persen responden menjawab setuju sebaiknya PSBB dilanjutkan agar penyebaran COVID-19 bisa diatasi. Sementara, 60,6 persen menjawab PSBB sudah cukup dan bisa dihentikan agar ekonomi jalan.
Pada September 2020, 39 persen responden menjawab setuju sebaiknya PSBB dilanjutkan agar penyebaran Covid-19 bisa diatasi. Sementara, 54 persen menjawab PSBB sudah cukup dan bisa dihentikan agar ekonomi jalan.
"Di bulan Juni 2021, mayoritas 57,1 persen merasa PSBB sudah cukup dan bisa dihentikan agar ekonomi segera jalan. Namun, 38,8 persen menilai sebaiknya PSBB dilanjutkan agar penyebaran COVID-19 bisa diatasi," katanya.
Sekadar informasi, survei ini menggunakan kontak telepon kepada responden dengan sampel sebanyak 1.200 responden. Survei dipilih secara acak dari kumpulan sampel acak survei tatap muka langsung yang dilakukan LSI pada rentang Maret 2018 hingga Juni 2021.
Survei dilakukan dengan asumsi metode simple random sampling, ukuran sampel 1.200 responden memiliki toleransi kesalahan atau margin of error (MoE) sekitar kurang lebih 2,88 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. Sampel berasal dari seluruh provinsi yang terdistribusi secara proporsional.