Bagikan:

JAKARTA - Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan jika pada kalangan masyarakat bawah imej koperasi kerap disamakan dengan rentenir yang memberikan layanan keuangan dengan kewajiban pengembalian dana yang sangat tinggi.

Hal tersebut dikarenakan ketidaktahuan masyarakat atas informasi yang sebenarnya tentang koperasi. Selain itu, penetrasi rentenir yang masuk hingga sektor mikro menjadi salah satu faktor yang mendukung paradigma tersebut.

Untuk itu, dia berupaya untuk menampilkan wajah baru perkoperasian Indonesia dengan sejumlah langkah strategis.

“Di masyarakat bawah itu koperasi dikenal juga sebagai rentenir yang bekerja dengan label koperasi, jadi rebranding koperasi sebagai mitra bisnis yang modern, kontributif, kompetitif terus kami lakukan dengan berbagai strategi pengembangan,” ujar dia dalam Peluncuran Buku Pemikiran Bung Hatta yang diselenggarakan secara daring, Senin, 12 Juli.

Menurut Teten, pihaknya kini mencoba untuk merealisasikan rencana kerja sama antara koperasi dengan badan usaha yang lebih besar. Siasat ini dimaksudkan untuk dapat meningkatkan skala ekonomi koperasi agar lebih berkelanjutan serta memiliki ketahanan lebih.

“Salah satunya melalui korporatisasi pangan,” tegasnya.

Teten mengaku hal tersebut merupakan instruksi langsung dari kepala negara.

“Kebetulan saya mendapat tugas dari Presiden untuk bisa mewujudkan koperasi Indonesia yang lebih maju dan mandiri,” tuturnya.

Adapun, latar belakang korporatisasi pangan yang kini dia gencarkan adalah untuk merangkul seluruh petani kecil dan perseorangan yang banyak tersebar di sejumlah daerah, utamanya di Pulau Jawa. Pasalnya, usaha pertanian yang bercorak mikro dianggap tidak bisa memberikan kontribusi maksimal secara ekonomi.

“Kita punya masalah pangan dari waktu ke waktu yang belum terselesaikan. Saya kira dengan masih banyaknya petani perseorangan berlahan sempit yang belum bersatu, maka cita-cita ketahanan pangan akan sulit diwujudkan. Inilah pentingnya koperasi menggandeng mereka semua untuk kemudian di integrasikan dengan bisnis korporasi besar,” jelas dia.

Lebih lanjut, Teten mengungkapkan pula korporatisasi memungkinkan koperasi mendapat akses pembiayaan secara lebih maksimal dari lembaga keuangan besar.

“Konsolidasi ini penting tidak hanya untuk koperasi tetapi juga untuk anggota agar bisa terhubung dengan lembaga pembiayaan mapan seperti bank sehingga aktivitas ekonomi mereka bisa lebih ditingkatkan,” tutup Teten.