Bagikan:

JAKARTA - Konsultan Network Foundation Roel H Bosma mengatakan banyak negara mengabaikan hutan mangrove. Padahal, mangrove berperan penting untuk melindungi habitat biota laut maupun pemukiman penduduk. Saat ini, hutan mangrove di sepanjang pantai utara Jawa mengalami kerusakan.

"Kerusakan tersebut menyebabkan hilangnya pemukiman penduduk, infrastruktur dan ratusan hektar tambak. Setelah 1.000 tahun ke depan bagian timur di Semarang akan menjadi laut kembali dan jalur menuju Surabaya menjadi benteng laut. Benteng laut beton akan tersapu gelombang," katanya dalam webinar, Rabu, 2 Juni.

Menurut Roel, salah satu penyebab kerusakan mangrove adalah aktivitas manusia dalam mencari nafkah. Sementara, pantai berlumpur memerlukan struktur permeable yang tidak keras. Kata dia, struktur ini telah digunakan sejak berabad-abad lalu dan saat ini struktur tersebut diuji coba di Kabupaten Demak.

"Mereka memerlukan pemahaman yang lebih tinggi agar bisa meningkatkan kemampuan mereka untuk menjaga struktur permeable dan greenbelt," ucapnya.

Kata Roel, untuk mencapai tujuan tersebut, BwNI melakukan empat program. Pertama, melindungi hutan mangrove yang tersisa dan membangun struktur permeable merangkap sedimen. Sehingga, mangrove alami bisa tumbuh.

Kedua, mengganti tambak-tambak di sekitar pantai dan muara sungai dengan mangrove. Ketiga, meningkatkan pendapatan petambak melalui pelatihan sekolah tambak dan mata pencarian dari aktivitas lain.

Terakhir, mendorong kebijakan dan industri untuk tidak menggunakan air tanah. Karena menyebabkan penurunan muka tanah. Di mana kecepatannya 10 kali lebih cepat dari kenaikan laut.

"BwNI mendapat kontrak dengan penduduk lokal untuk membangun struktur permeable. Setelah tiga tahun mereka menggunakan anggaran desa untuk membangun dan merawat struktur tersebut. Setelah 4, 5 tahun spesies mangrove perintis mulai tumbuh di sedimen yang baru tanpa ditanam," ucapnya.