Bagikan:

JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan pemerintah telah menemukan formula khusus untuk meningkatkan angka pertumbuhan ekonomi tanpa harus mengeluarkan anggaran yang lebih besar. Menurut dia, kunci utama dalam mengerek pertumbuhan adalah dengan meningkatkan produktivitas ekonomi secara makro.

“Pemerintah menilai jika akibat adanya COVID-19 produktivitas drop hingga ke minus 5 persen. Sehingga, apabila kita ingin meningkatkan pemulihan ekonomi tidak mungkin hanya dari sisi modal yang ditambah makin besar atau dengan penambahan tenaga kerja saja tetapi harus juga diikuti oleh peningkatan produktivitas,” ujarnya saat memberikan pemaparan dalam rapat kerja dengan Komisi IX DPR RI di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu, 2 Juni.

Menkeu menambahkan, jika pemerintah terus melakukan mobilisasi APBN untuk menanggulangi dampak pandemi maka akan mengakibatkan rasio belanja semakin besar yang berujung pada ketidakefisienan penggunaan anggaran.

“Kalau APBN terus menjadi tumpuan utama maka untuk tumbuh 1 persen saja harus dengan capital yang berlipat-lipat,” tuturnya.

Guna meningkatkan produktivitas tersebut, pemerintah kini terus melakukan beberapa langkah strategis, yaitu peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), menciptakan infrastruktur yang makin baik dan efisien, serta penyederhanaan birokrasi dan juga regulasi.

“Ini adalah tiga hal penting yang menjadi fokus dari reformasi kita,” imbuhnya.

Lebih lanjut, Menkeu menjelaskan jika berhasil membenahi sisi SDM, infrastruktur, serta birokrasi dan regulasi maka dalam jangka menengah pertumbuhan ekonomi akan ditopang oleh investasi dan ekspor yang cukup tinggi.

“Kalau biasanya investasi dan ekspor itu berada di kisaran 5 persen, nanti saat tiga hal ini beres pertumbuhannya bisa di atas 7 persen karena kita punya competitiveness yang tinggi. Inilah pentingnya bagaimana bagaimana produktivitas bisa mengantarkan ke level pertumbuhan yang lebih baik tanpa menyebabkan capital yang boros sehingga makin efisien dan efektif,” kata dia.

Selain itu, produktivitas juga dipercaya akan memberikan kesejahteraan yang lebih baik kepada tenaga kerja melalui perbaikan upah yang diterima.

Sebagai informasi, pada tahun ini pemerintah menargetkan angka pertumbuhan ekonomi bisa berada di level 4,5 persen hingga 5,3 persen. Sementara untuk periode 2022 diharapkan besaran pertumbuhan berada pada kisaran 5,2 persen sampai dengan 5,8 persen.

Adapun, defisit APBN 2021 tercatat sebesar Rp1.000 triliun atau 5,7 persen dari produk domestik bruto (PDB). Lalu untuk defisit anggaran pada RAPBN 2021 diproyeksi turun menjadi sekitar 800 triliun atau setara 4,5 persen dari PDB.