JAKARTA - BUMD Bank DKI mencatat laba bersih sebesar Rp191,6 miliar pada kuartal I 2021. Sekretaris Perusahaan Bank DKI, Herry Djufraini menyebut nilai ini lebih besar dari laba tahun lalu.
"Laba bersih meningkat 4,16 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp183,95 miliar," kata Herry dalam keterangannya, Kamis, 27 Mei.
Herry menuturkan, laba bersih tersebut ditopang oleh pertumbuhan pendapatan bunga bersih sebesar 14,43 persen. Pada kuartal I 2020, tercatat sebesar Rp579,67 miliar dan pada kuartal I 2021 menjadi sebesar Rp663,30 miliar.
Herry menuturkan, kenaikan nilai laba bersih tersebut disebabkan mulai pulihnya kondisi perekonomian masyarakat, sehingga meningkatkan permintaan kredit.
Pada kuartal I 2021, Bank DKI membukukan pertumbuhan kredit sebesar 3,96 persen secara YoY menjadi Rp33,66 triliun per Maret 2021 dibanding periode sebelumnya sebesar Rp32,37 triliun.
Namun, kata Herry, Bank DKI tetap menerapkan berbagai inisiatif dan pengelolaan risiko yang efektif untuk menjaga kenaikan risiko kredit bermasalah.
"Penyaluran kredit dan pembiayaan juga dilakukan dengan sangat selektif dan memperhatikan prinsip kehati-hatian," ungkapnya.
Sementara, dana pihak ketiga (DPK) Bank DKI juga mengalami peningkatan sebesar 28,42 persen menjadi Rp42,98 triliun pada kuartal I 2021.
Pertumbuhan DPK tersebut terutama didorong oleh pertumbuhan giro sebesar Rp11,34 triliun per Maret 2021, meningkat 74,87 persen dibanding periode sebelumnya sebesar Rp6,49 triliun.
"Pertumbuhan DPK tersebut dibarengi dengan membaiknya rasio dana murah (CASA ratio) dari sebelumnya 43,54 persen menjadi 47,56 persen," jelas Herry.
BACA JUGA:
Meski demikian, masih ada rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) gross perbankan mengalami peningkatan 0,1 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Namun, Herry menyebut NPL gross masih terkendali.
"Bank DKI juga terus melakukan perbaikan kualitas kredit yang terjaga dengan baik dimana pada kuartal I 2021, Rasio NPL gross masih terjaga sebesar 3,19," ujarnya.
Peningkatan rasio NPL gross tersebut, kata Herry, masih berada dibawah peningkatan rasio NPL industri perbankan sebesar 0,40 persen dari semula sebesar 2,77 persen di kuartal I 2020 menjadi sebesar 3,17 persen di kuartal I 2021.
Rasio NPL Net Bank DKI pada kuartal 1-2021 tercatat sebesar 0,62 persen dan berada dibawah rata-rata NPL Net industri perbankan sebesar 1,02 persen.
"Risiko kredit memang menjadi tantangan tersendiri bagi perbankan mengingat kita masih diliputi dengan kondisi Pandemi COVID-19. Kita sangat bersyukur OJK melakukan perpanjangan ketentuan relaksasi hingga tahun 2022," pungkas dia.