Bagikan:

JAKARTA - PT Bank Mandiri Tbk. memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2021 akan berada di level 6 persen.

Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan meski laju pertumbuhan pada kuartal I 2021 masih terjerembab di angka minus 0,74 persen year-on-year (y-o-y), namun pihaknya yakin berbagai indikator mulai menunjukkan perbaikan khususnya pada periode Maret dan April.

“Hal ini mengindikasikan tren pemulihan ekonomi berlanjut, didukung oleh front-loading stimulus dan belanja modal pemerintah serta dipengaruhi meningkatnya ekspor sejalan pulihnya harga komoditas global,” ujarnya dalam paparan yang disiarkan secara daring, Rabu, 19 Mei.

Menurut Andry, aspek lain yang menjadi sinyal positif momentum pemulihan yakni tingkat kepercayaan masyarakat mulai pulih yang dipengaruhi menurunnya jumlah kasus harian COVID-19, serta dimulainya proses vaksinasi.

“Pada kuartal II kali ini juga bertepatan dengan momentum Ramadan sehingga memicu terjadinya peningkatan belanja konsumen,” tuturnya.

Dari sisi intermediasi, dukungan Bank Indonesia melalui kebijakan akomodatif dengan menetapkan suku bunga acuan 3,5 persen dianggap semakin mendorong aktivitas ekonomi di masyarakat.

“Dengan berbagai perkembangan terakhir, kami memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan positif di triwulan II di atas 6 persen, dan dapat tumbuh pada 4,4 persen untuk keseluruhan tahun,” tegas dia.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam kunjungan ke Kabupaten Bekasi pada Selasa, 18 Mei optimistis laju pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa menyentuh angka 7 persen pada triwulan kedua tahun ini.

“Diharapkan untuk kuartal II 2021 bisa sesuai target yaitu kurang lebih 7 persen,” tegasnya di sela-sela peninjauan Vaksinasi Covid-19 Gotong Royong untuk Pekerja.

Adapun, pertumbuhan ekonomi untuk sepanjang 2020 menurut data yang dilansir oleh Badan Pusat Statistik (BPS) adalah minus 2,07 persen secara tahunan.

Struktur ekonomi Indonesia secara spasial pada 2020 didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa sebesar 58,75 persen, dengan kinerja ekonomi yang mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar  minus 2,51 persen.