Bikin Sedih, 5.500 Pekerja BTPN Kehilangan Pekerjaan Gara-Gara Digitalisasi
Ilustrasi BTPN (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - PT Bank Tabungan Pensiun Nasional Tbk. (BTPN) dikabarkan telah melakukan perampingan jumlah tenaga kerja hingga ribuan orang pada masa pandemi saat ini. Hal tersebut dikonfirmasi langsung oleh Direktur Utama BTPN Ongki Wanadjati Dana.

“Sekitar 5.500 karyawan kami memilih untuk mencari tempat yang lebih baik,” ujarnya dalam sebuah webinar, Kamis 6 Mei.

Meski harus menghadapi situasi yang kurang menguntungkan, namun Ongki yakin sejumlah besar pekerja yang tidak lagi tercatat sebagai bagian dari perseroan bisa menempuh jalan yang lebih baik.

“Semua dapat perusahaan yang cocok, bahkan ada yang sudah memulai usaha sendiri,” tuturnya.

Ongki menambahkan, saat ini pihaknya semakin memaksimalkan implementasi digital dalam aktivitas layanan bisnis. Menurut dia, strategi pemanfaatan teknologi dianggap dapat mendorong efisiensi operasional, termasuk diantaranya yang berasal dari sisi tenaga kerja.

“Sebelumnya  banyak cabang kami yang berkontribusi kurang optimal. Melalui digitalisasi, kinerja menjadi lebih efektif dan efisien,” katanya.

Sebagai informasi, BTPN merupakan lembaga jasa keuangan yang kini dikendalikan oleh investor asal Jepang, yakni Sumitomo Mitsui Banking Corporation yang menggenggam 92,43 persen saham perseroan.

Berdasarkan ikhtisar keuangan BTPN secara konsolidasi periode 2020 yang dilaporkan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), tercatat bahwa jumlah karyawan perseroan sebanyak 19.235 orang. Jumlah tersebut menurun tipis dari penutupan 2019 yang disebutkan sebanyak 19.370 tenaga kerja.

Adapun, jumlah kantor cabang sebanyak 84 unit, dan kantor cabang pembantu 266 unit dengan kantor pusat yang berlokasi di Menara BTPN, CBD Mega Kuningan Jakarta.

Sementara jaringan ATM diklaim berjumlah 227 unit dengan 141 titik payment point dan 45 kantor fungsional.

Dari sisi kinerja, bank yang mulai berkegiatan sejak 1958 itu membukukan laba bersih Rp971 miliar hingga akhir kuartal I 2021. Nilai tersebut tumbuh 29 persen dibandingkan dengan periode yang sama 2020 sebesar Rp752 miliar.