Dihantam Kasus Rapid Test Antigen Bekas, Bagaimana Bisnis Kimia Farma di Masa Pandemi?
Gedung Kimia Farma. (Foto: Dok. Kimia Farma)

Bagikan:

JAKARTA - Perusahaan farmasi, PT Kimia Farma Tbk (KAEF) tengah dihantam situasi tidak mengenakkan. Pasalnya, petugas Kimia Farma yang bertugas di Bandara Kualanamu kedapatan menggunakan alat test COVID-19 rapid antigen bekas.

Pihak Kimia Farma menyatakan sudah memecat sang pelaku. Secara kinerja, mungkin kejadian ini tidak terlalu memengaruhi perusahaan farmasi pelat merah ini, namun yang dikhawatirkan tentu masalah kepercayaan.

Lantas bagaimana kinerja Kimia Farma, khususnya di masa pandemi COVID-19 pada tahun 2020?

Kimia Farma mencetak hasil kinerja keuangan yang positif sepanjang tahun 2020. Tercatat, penjualan neto KAEF meningkat 6,38 persen (year on year/yoy) menjadi Rp10 triliun pada tahun 2020. Di tahun 2019, KAEF membukukan penjualan neto senilai Rp9,40 triliun.

Kimia Farma memperoleh penjualan hasil produksi entitas sebesar Rp3,65 triliun pada tahun lalu. Angka ini terdiri atas penjualan obat generik sebesar Rp2 triliun, obat ethical, lisensi, dan narkotika sebesar Rp697,82 miliar, obat over the counter (OTC) dan kosmetik sebesar Rp592,34 miliar, bahan baku sebesar Rp311 miliar, serta Pil KB, alat kesehatan, dan lain-lain sebesar Rp49,05 miliar.

Sementara, penjualan KAEF dari hasil produksi pihak ketiga berjumlah sebesar Rp6,34 triliun pada tahun lalu. Nilai ini terdiri atas penjualan obat ethical sebesar Rp2,52 triliun, obat OTC sebesar Rp1,54 triliun, alat kesehatan, jasa klinik, laboratorium klinik, dan lain-lain sebesar Rp1,69 triliun, serta obat generik sebesar Rp584,04 miliar.

KAEF mencatatkan beban pokok penjualan sebesar Rp6,34 triliun pada tahun 2020 atau naik 7,64 persen (yoy) dibandingkan realisasi di tahun 2019 sebesar Rp5,89 triliun.

Beban usaha KAEF meningkat 3,42 persen (yoy) dari Rp 3,21 triliun di tahun 2019 menjadi Rp3,32 triliun di tahun 2020. Perusahaan ini juga mengalami peningkatan pendapatan lain-lain 53,37 persen (yoy) dari Rp215,28 miliar di tahun 2019 menjadi Rp330,18 miliar di tahun 2020.

Rugi selisih kurs mata uang asing Kimia Farma naik 63,96 persen (yoy) dari Rp5,05 miliar di tahun 2019 menjadi Rp8,28 miliar di tahun 2020. Terlepas dari itu, KAEF sanggup meraup laba bersih Rp17,63 miliar di tahun 2020, berbanding terbalik saat tahun 2019 di mana perusahaan mengalami rugi bersih Rp12,72 miliar.

Pada akhir 2020, KAEF memiliki total aset senilai Rp17,56 triliun atau turun 4,30 persen (yoy) dibandingkan total aset perusahaan di tahun sebelumnya sebesar Rp18,35 triliun. KAEF memiliki total liabilitas sebesar Rp10,45 triliun pada tahun 2020 sedangkan ekuitas perusahaan ini berjumlah Rp7,10 triliun.

Bagi Dividen

Kimia Farma akan membagikan dividen sebanyak 40 persen dari total laba bersih pada 2020 atau senilai Rp7,05 miliar. Direktur Umum dan Human Capital Dharma Syahputra mengungkapkan pemegang saham perseroan telah menyetujui penetapan penggunaan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tahun buku 2020 sebesar Rp17,63 miliar.

"Pembagian dividen sebesar 40 persen dan sisanya 60 persen untuk cadangan," jelasnya.

Kimia Farma membagikan dividen sebesar 40 persen dari laba bersih atau senilai Rp7,05 miliar. Adapun 60 persen sisanya Rp10,58 miliar ditetapkan sebagai cadangan laba.