Bagikan:

JAKARTA - Perhotelan dan ritel menjadi salah satu sektor yang terdampak dari adanya efisiensi anggaran oleh pemerintah. Hal itu pun diyakini akan berdampak signifikan ke sektor ritel.

Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja mengatakan, sektor perhotelan dan ritel memiliki keterkaitan. Sehingga, bila sektor perhotelan terganggu, dikhawatirkan pertumbuhan ritel juga tak akan signifikan.

"Pemangkasan anggaran yang dilakukan oleh pemerintah memang tidak berdampak secara langsung terhadap industri ritel. Yang terdampak langsung biasanya itu industri perhotelan salah satunya, tetapi ujung-ujungnya nanti akan berdampak terhadap ritel," ujar Alphonzus saat ditemui usai acara Opening Ceremony BINA Diskon Lebaran 2025 di Jakarta, Jumat, 14 Maret.

"Dan sebetulnya sekarang sudah mulai terasa hal tersebut," sambungnya.

Alphonzus menyebut, pemberian insentif untuk sektor ritel tak akan cukup untuk mendongkrak pertumbuhan. Menurut dia, pemerintah seharusnya bisa memberikan stimulus langsung kepada masyarakat. Dengan demikian, masyarakat kembali memiliki kemampuan untuk berbelanja.

"Kalau insentifnya diberikan ke ritel, justru menurut saya terbalik. Kan, yang harus didorong itu masyarakat supaya punya daya beli. Nah, untuk mendorong daya beli masyarakat itu tentunya harus memberikan banyak insentif, stimulus kepada kegiatan perekonomian yang terjadi di masyarakat," ucap dia.

Menurut Alphonzus, ketika daya beli masyarakat naik, pertumbuhan ritel pun bisa signifikan.

"Kalau dongkrak daya belinya naik, otomatis dia akan belanja. Jadi, menurut saya lebih tepat insentif atau stimulus itu diberikan untuk menggerakkan perekonomian," tutur dia.

"Jangan langsung ke ritel kalau menurut saya, jadi strateginya harus dibalik. Akhirnya itu yang harus dilakukan oleh pemerintah," pungkasnya.