JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksi masih belum lepas dari tekanan. IHSG merosot 1,98 persen ke level 6.515,63 pada akhir perdagangan Jumat, dan anjlok 1,81 persen selama sepekan.
Phintraco Sekuritas dalam risetnya, memprediksi IHSG akan mengalami fluktuasi dengan rentang yang cukup lebar, yakni di kisaran 6.370–6.630 pada awal pekan ini.
Proyeksi ini didasarkan pada masih tingginya ketidakpastian atau uncertainty risk baik dari faktor eksternal maupun internal.
Sentimen dari regional, China dijadwalkan rilis sejumlah data ekonomi penting. Salah satunya data penjualan ritel yang diperkirakan naik ke 4 persen yoy di Februari 2025 dari 3,7 persen yoy di Januari 2025.
Sebelumnya, realisasi Foreign Direct Investment (FDI) China turun 20,4 persen yoy di Februari 2025, jauh lebih buruk dari penurunan 13,40 persen yoy di Januari 2025.
BACA JUGA:
Kondisi ini memvalidasi keputusan Pemerintah China untuk mulai mengimplementasikan stimulus jumbo sejak kuartal IV 2024.
"China berupaya memaksimalkan konsumsi domestik untuk menyerap produksi manufaktur dan jasa domestik China," jelas Phintraco Sekuritas.
Sementara dari dalam negeri, pasar mengantisipasi data Neraca Perdagangan Indonesia (NPI) yang diperkirakan kembali surplus di Februari 2025. Hal ini diperkirakan karena penurunan impor dan penurunan pertumbuhan ekspor.