Bagikan:

JAKARTA - Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai implementasi APBN 2025 diharapkan dapat menjadi momentum yang tepat untuk memperkuat fundamental ekonomi Indonesia.

Josua menyarankan pertama, pemerintah tetap akan melanjutkan peran APBN sebagai shock absorber, khususnya untuk melindungi daya beli masyarakat dari dampak inflasi global dan domestik.

"Pemerintah mengoptimalkan investasi dalam sektor hilirisasi dan infrastruktur strategis untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi," ujarnya dalam keterangannya, Selasa, 7 Januari.

Selanjutnya, Josua menyampaikan, pemerintah juga perlu meningkatkan kualitas belanja dengan efisiensi operasional dan berorientasi hasil dalam belanja pemerintah. Secara spesifik, penekanan pada program penurunan stunting, peningkatan kualitas pendidikan, dan dukungan ketahanan pangan.

Kemudian, pemerintah juga perlu memastikan defisit tetap terkendali di bawah batas 3 persen PDB, dengan memanfaatkan SILPA 2024 sebagai buffer.

Selain itu, Josua menyampaikan pemerintah juga perlu melakukan efisiensi dalam alokasi anggaran untuk kementerian/lembaga baru, termasuk program quick wins untuk mendukung kebijakan pemerintahan baru.

"Pemerintah perlu memperkuat strategi mitigasi risiko terhadap ketidakpastian geopolitik, perubahan iklim, dan fluktuasi harga komoditas," jelasnya.

Sementara beberapa aspek yang perlu diperhatikan, menurut Josua yaitu meningkatkan ketahanan pangan di tengah kondisi perubahan iklim, meningkatkan nilai tambah ekspor melalui penguatan hilirisasi di sektor strategis seperti nikel, CPO, dan batubara.

Selain itu, Josua menyampaikan pemerintah juga perlu memacu investasi dalam infrastruktur digital untuk mendukung UMKM dan efisiensi belanja pemerintah.

"Terakhir, peningkatan kualitas belanja yang memiliki efek berganda dalam meningkatkan daya beli masyarakat," tuturnya.