Bagikan:

JAKARTA - Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengharapkan Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) terkait mineral kritis antara Indonesia dan Kanada dapat membantu pemenuhan kebutuhan energi Indonesia yang terus meningkat.

"Listrik kita saat ini sebesar 91 gigawatt dengan pertumbuhan ekonomi di bawah 6 persen. Target Presiden Prabowo untuk pertumbuhan ekonomi ke depan adalah 8 persen, sehingga kami memerlukan tambahan 61 gigawatt untuk mendukung target tersebut," kata Bahlil dalam keterangan resmi, dikutip Antara, Sabtu 28 Desember.

Hal itu disampaikan Bahlil terkait MoU terkait mineral kritis antara Indonesia dan Kanada yang diteken oleh kedua negara pada Desember 2024 ini.

Bahlil mengatakan MoU ini mencakup beberapa area kerja strategis, antara lain penerapan standar lingkungan, sosial dan tata kelola (ESG), pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) melalui teknologi bersih, serta penguatan perdagangan dan investasi sektor pertambangan.

Kolaborasi ini diharapkan mendukung percepatan transisi energi dan pertumbuhan ekonomi kedua negara. Bahlil pun menekankan pentingnya kerja sama ini untuk memenuhi kebutuhan energi Indonesia yang terus meningkat.

Lebih lanjut, Bahlil menjelaskan bahwa dunia saat ini menghadapi ancaman serius akibat pemanasan global yang semakin mengkhawatirkan. Berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia, telah berkomitmen untuk mencapai emisi nol bersih, dengan target global pada tahun 2050.

Indonesia menargetkan pengurangan emisi 915 juta ton CO2 pada 2030, termasuk kontribusi sektor energi sebesar 358 juta ton. Sementara itu pencapaian Indonesia pada 2023, emisi berhasil dikurangi sebesar 128 juta ton.