JAKARTA - PT Waskita Karya (Persero) Tbk melakukan percepatan pengerjaan Bendungan Jlantah di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, guna meningkatkan kapasitas tampungan air dan mendukung swasembada pangan di wilayah tersebut.
Direktur Operasi II Waskita Karya Dhetik Ariyanto dalam keterangannya di Jakarta, Selasa, 24 Desember, menyampaikan keberadaan Bendungan Jlantah akan mendatangkan manfaat besar, terutama bagi kepentingan irigasi guna mendorong ketahanan pangan.
Pemerintah saat ini tengah fokus meningkatkan ketahanan pangan. Bahkan, Presiden Prabowo Subianto telah memajukan target swasembada pangan dari 2028 menjadi 2027.
"Pemerintah bertekad memastikan produksi pangan nasional supaya mampu memenuhi kebutuhan rakyat tanpa harus impor. Maka keberadaan Bendungan Jlantah, dapat mendorong tujuan tersebut, karena mampu meningkatkan produktivitas pertanian," ujar Dhetik, dikutip dari Antara.
Sementara itu, Wakil Menteri Pekerjaan Umum Diana Kusumastuti mengatakan pemerintah menargetkan bendungan tersebut diresmikan pada Januari 2025. Saat ini kemajuan pembangunannya sudah mencapai 98,54 persen.
"Tetap harus memperhatikan aspek kualitas dan keselamatan," ujar Diana.
Diana juga meminta setelah konstruksi selesai, pengerjaan dilanjutkan dengan penyediaan jaringan irigasi.
Dhetik menambahkan bendungan dapat mengairi lahan persawahan seluas 1.494 hektare di Kecamatan Jatiyoso dan Jumapolo.
Ia menjelaskan sebelumnya pengairan sawah di sekitar Kabupaten Karanganyar mengandalkan tadah hujan.
Kemudian, bisa meningkatkan Indeks Pertanaman (IP) dari 172 persen menjadi 272 persen pada lahan seluas 806 hektare. IP pada lahan seluas 688 ha pun Berpotensi mencapai 272 persen
Bendungan yang didesain dengan tinggi 70 meter dari pondasi terdalam dan memiliki panjang 404 meter tersebut memiliki kapasitas tampung sebanyak 10,97 meter kubik (m3).
Kemudian air baku yang bisa disuplai mencapai 150 liter per detik (l/dt) untuk Kecamatan Jumapolo, Kecamatan Jumantono, Kecamatan Jatipuro, Kabupaten Karanganyar.
BACA JUGA:
"Bendungan Jlantah pun mampu mereduksi banjir di persawahan di Desa Bendosari, Kabupaten Sukorharjo, hingga 87 hektar," jelasnya.
Dhetik menyampaikan, bendungan ini juga mendukung ketahanan energi, karena berpotensi sebagai pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLMTH) sebesar 0,625 megawatt (MW).
Kemudian, melihat lokasinya yang cukup strategis di antara Sungai Jlantah dan Sungai Puru di Desa Tlobo dan Karangsari, proyek diyakini bisa dikembangkan menjadi kawasan agrowisata.
Dengan begitu, dapat membuka semakin banyak kesempatan usaha serta lapangan pekerjaan, sehingga masyarakat di sekitar bendungan semakin sejahtera.