JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia meminta Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) untuk membentuk tim bersama yang bertugas untuk mengecek perkembangan proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan milik PT Pertamina (Persero). Hal ini menyusul pembangunan kilang yang tak kunjung rampung.
"Kalau boleh bentuk tim dari Kementerian Investasi untuk periksa ini. Apa sengaja para importir membuat barang rusak supaya impor terus atau apa?" ujar Bahlil dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Investasi di Jakarta, Rabu, 11 Desember.
Bahlil bilang, alotnya pembangunan Kilang RDMP ini menyebabkan Indonesia masih ahrus terus melakukan impor minyak dari luar negeri. Berdasarkan catatannya, Bahlil menyebut konsumsi minyak RI per hari mencapai 1,6 juta barel minyak per hari (BOPD). Sementara itu lifting minyak RI yang tercatat hanya sebesar 600.000 BOPD sehingga Indonesia masih harus melakukan impor sebesar 1 juta BOPD
"Kalau posisi seperti ini neraca perdagangan kita terganggu, devisa terganggu, neraca pembayaran kita terganggu," sambung Bahlil.
Apalagi, lanjut dia, 65 persen lifting minyak RI masih disumbangkan oleh BUMN migas pelat merah, Pertamina, sedangkan 25 persen berasal dari ExxonMobil.
BACA JUGA:
Untuk itu Bahlil meminta Kementerian Investasi bersama Kementerian ESDM untuk melakukan pengecekan secara langsung ke Kilang RDMP Balikpapan.
"RDMP Kalimantan Timur ini bagian tugas Pak Rosan (Menteri Investasi) dan saya untuk kita mengecek. Begitu RDMP engga selesai-selesai, impornya naik terus," tandas Bahlil.
Asal tahu saja, proyek RDMP bertujuan untuk meningkatkan kapasitas pengolahan menjadi 360.000 barel per hari, tujuan lain yang hendak dicapai adalah peningkatan kualitas produk dan kompleksitas kilang. Sebelumnya, kapasitas Kilang Balikpapan ini hanya sebesar 260.000 barel per hari.