JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong pelaku industri untuk memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) guna meningkatkan produktivitas dan inovasi dalam bisnis.
Wakil Menteri Perindustrian (Wamenperin) Faisol Riza mengatakan, pemerintah telah memberikan fasilitas fiskal atau nonfiskal terhadap pengembangan AI, seperti tax deduction.
Pemberian fasilitas ini dilakukan untuk mendorong pelaku industri memanfaatkan AI. Diketahui, tax deduction merupakan pengurangan pajak secara langsung dari pengusaha kena pajak (PKP) atau penghasilan kena pajak.
"Dari sisi pemerintah, terdapat beberapa kebijakan yang dapat mendorong pelaku industri memanfaatkan Al, antara lain melalui pemberian fasilitas fiskal atau nonfiskal. Pelaku industri dapat mengoptimalkan pemanfaatan insentif tax deduction," ujar Faisol dalam keterangan tertulisnya, dikutip Kamis, 5 Desember.
Faisol menyampaikan, sejumlah contoh penggunaan AI yang sudah diadopsi oleh industri di Indonesia, antara lain pada keunggulan operasional manajemen energi.
"Pada proses ini, perusahaan semen sudah menerapkan teknologi kecerdasan buatan (AI) dan IoT berbasis produktivitas, stabilitas dan peningkatan indeks energi (bahan bakar dan listrik) dalam proses produksi semen," ucap dia.
Lalu, pemanfaatan AI untuk mengurangi waktu pemasaran. Proses ini telah digunakan perusahaan farmasi dengan memakai teknologi digital twin di dry lab untuk mempercepat pengembangan metode di R&D.
Dalam produksi, proses adaptif dengan sensor micro-NIR digunakan sebagai teknologi analisis proses dalam analisis bahan baku, produk antara dan produk jadi.
"Dalam proses pengendalian mikroba, teknologi pencitraan digital digunakan untuk mempercepat pengujian kontaminasi mikroba," katanya.
Selain itu, ada pula pemanfaatan AI Ergonomic yang telah diterapkan di berbagai sektor industri.
Dampak positifnya adalah pekerjaan lebih mudah dan menyenangkan dengan menghilangkan gerakan yang tidak ergonomis dengan menggunakan analisis berbasis AI.
BACA JUGA:
Namun demikian, menurut Faisol, terdapat beberapa tantangan yang dihadapi oleh industri dalam mengadopsi AI, antara lain keterbatasan infrastruktur teknologi, kekurangan talenta digital, biaya implementasi yang tinggi, khususnya bagi sektor IKM serta terkait dengan keamanan data.
"Dari berbagai tantangan itu, kami tidak boleh menyerah karena teknologi AI akan membawa lompatan kemajuan bagi industri dan perekonomian kami. Kami perlu yakini bahwa penggunaan teknologi AI akan membawa berbagai peluang besar," tuturnya.