JAKARTA - Pemerintah melakukan penerbitan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) denominasi dolar Amerika Serikat (AS) atau Sukuk Gobal senilai 2,75 miliar dolar AS.
Adapun, penerbitan Sukuk Global dilakukan dalam format Reg S/144A yang terdiri dari 1,1 miliar dolar AS bertenor 5,5 tahun, 900 juta dolar AS bertenor 10 tahun, dan 750 juta dolar AS bertenor 30 tahun yang jatuh tempo masing-masing pada tahun 2030, 2034, dan 2054.
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, Suminto mengatakan penerbitan ini merupakan yang keempat kalinya yang dilakukan oleh Pemerintah selama tahun 2024 di pasar surat utang global dalam mata uang dolar AS sekaligus menunjukkan masih tingginya minat investor terhadap penerbitan surat utang Pemerintah.
"Sukuk Global ini diterbitkan oleh Pemerintah melalui Perusahaan Penerbit SBSN Indonesia III (PPSI-III), suatu badan hukum yang didirikan dan dimiliki sepenuhnya oleh Pemerintah dengan tujuan untuk menerbitkan surat berharga berdasarkan prinsip syariah dalam mata uang asing di pasar internasional," ujarnya dalam keterangannya, Rabu, 20 November.
Adapun, setelmen Sukuk Global akan dilakukan pada tanggal 26 November 2024 dan akan dicatatkan di Singapore Exchange Securities Trading Limited dan NASDAQ Dubai (dual listing). Setiap tenor sudah mendapatkan peringkat Baa2 oleh Moody’s Investor Service, BBB oleh S&P Global Ratings Services, dan BBB oleh Fitch Ratings.
Sukuk Global ini dijual pada harga par dengan tingkat imbal hasil masing-masing sebesar 5,00 persen untuk tenor 5,5 tahun, 5,25 persen untuk tenor 10 tahun, dan 5,65 persen untuk tenor 30 tahun. Adapun Panduan Harga Awal (Initial Price Guidance) Sukuk Global ini masing-masing sebesar 5,30 persen untuk tenor 5,5 tahun, 5,50 persen untuk tenor 10 tahun, dan 5,85 persen untuk tenor 30 tahun.
Suminto menyampaikan harga akhir tersebut mencerminkan tingkat spread yang paling ketat dibandingkan dengan US Treasury tenor 10 tahun dan 30 tahun baik untuk surat hutang konvensional maupun Sukuk dalam sejarah penerbitan Pemerintah.
Menurutnya Sukuk Global ini menggunakan struktur akad Wakalah dan telah memperoleh persetujuan opini syariah dari Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI) serta Khalij Islamic, Shari’a Adviser of Deutsche Bank AG, Singapore Branch, The Internal Shari’a Supervisory Committee (ISSC) of Dubai Islamic Bank PSJC, the Shari’a Committee of J.P. Morgan, KFH Capital Fatwa & Shari’a Supervisory Board and Standard Chartered Bank Global Shari’a Supervisory Committee.
Suminto menyampaikan penerbitan Sukuk Global tersebut untuk membiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 lebih awal (prefunding).
"Transaksi ini sejalan dengan strategi Pemerintah untuk membiayai APBN pada tahun 2025," jelasnya.
Menurut Suminto transaksi ini berhasil menarik minat dari berbagai jenis investor dan geografis, memperlihatkan minat investasi yang kuat dan kepercayaan pasar terhadap Pemerintah, mengingat kuatnya fundamental ekonomi negara.
"Pesanan akhir mencapai lebih dari 4,9 miliar dolar AS secara total, atau tingkat kelebihan permintaan (oversubscribed) lebih dari 1,8x dari penerbitan, dimana puncak pesanan (peak order) mencapai lebih dari 6,9 miliar dolar AS," jelasnya.
Adapun, penerbitan dengan tenor 5,5 tahun didistribusikan sebanyak 16 persen kepada investor Asia (ex. Indonesia, Timur Tengah, Malaysia, Brunei), 61 persen kepada investor Timur Tengah, Malaysia dan Brunei, 6 persen kepada investor Indonesia, 6 persen kepada investor Amerika Serikat, dan 11 persen kepada investor Eropa.
Selain itu, alokasi untuk investor Timur Tengah, Malaysia dan Brunei untuk tenor 5,5 tahun sebesar 61 persen lebih tinggi dibandingkan dengan tenor 5 tahun untuk Sukuk yang diterbitkan pada Juni 2024 sebesar 50 persen menunjukkan peningkatan penetrasi terhadap basis investor Timur Tengah, Malaysia dan Brunei oleh Pemerintah.
Sementara, berdasarkan jenis investor, tenor 5,5 tahun dialokasikan 15 persen kepada manajer aset/manajer dana, 63 persen kepada bank/institusi finansial, 19 persen kepada dana kekayaan negara/bank sentral, 1 persen kepada dana asuransi/dana pensiun dan 2 persen kepada bank swasta/lainnya.
Sedangkan, tenor 10 tahun didistribusikan sebanyak 16 persen kepada investor Asia (ex. Indonesia, Middle East, Malaysia, Brunei), 52 persen kepada investor Timur Tengah, Malaysia dan Brunei, 10 persen kepada investor Indonesia, 9 persen kepada investor Amerika Serikat dan 13 persen kepada investor Eropa.
Sedangkan berdasarkan jenis investor, tenor 10 tahun dialokasikan 22 persen kepada manajer aset/manajer dana, 69 persen kepada bank/institusi finansial, 4 persen kepada dana asuransi/dana pensiun, 3 persen kepada dana kekayaan negara/bank sentral dan 2 persen kepada bank swasta/lainnya.
Sementara itu, tenor 30 tahun didistribusikan sebanyak 10 persen kepada investor Asia (ex. Indonesia, Middle East, Malaysia, Brunei), 1 persen ke investor Timur Tengah, Malaysia dan Brunei, 9 persen kepada investor Indonesia, 43 persen kepada investor Amerika Serikat dan 37 persen kepada investor Eropa.
BACA JUGA:
Berdasarkan jenis investor, tenor 30 tahun ini dialokasikan 84 persen kepada manajer aset/manajer dana, 11 persen kepada bank/institusi finansial, 3 persen kepada dana asuransi/dana pensiun, 1 persen kepada dana kekayaan negara/bank sentral dan 1 persen kepada bank swasta/lainnya.
Suminto menyampaikan capaian dari penerbitan Sukuk Global ini antara lain merupakan penerbitan dolar AS terbesar di Asia Tenggara tahun ini dan telah membantu Pemerintah menggalang 5,1 miliar dolar AS melalui penerbitan Sukuk dolar AS pada tahun 2024.
Menurut Suminto jumlah ini juga merupakan jumlah volume terbesar yang Pemerintah berhasil galangkan dalam satu tahun melalui penerbitan Sukuk Global.
Adapun, Deutsche Bank, Dubai Islamic Bank, J.P. Morgan, KFH Capital, and Standard Chartered Bank bertindak sebagai Joint Lead Managers dan Joint Bookrunners. PT BRI Danareksa Sekuritas dan PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk bertindak sebagai Co-Managers dalam transaksi ini.