JAKARTA - PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) melaporkan cadangan batu bara dari wilayah izin usaha pertambangan (WIUP) akan habis secara bertahap pada tahun 2025, 2026 dan tahun 2027.
Diketahui TBS memiliki tiga lahan konsesi tambaang yang dikelola oleh anak usahanya yakni PT Adimitra Baratama Nusantara (ABN), PT Trisensa Mineral Utama (TMU) dan PT Indomining.
"Kalau ABN tahun 2025, kita punya 3. Kalau Trisensa itu kurang lebih 2026-2027," ujar Direktur TOBA, Juli Oktarina kepada awak media di Jakarta, Kamis, 14 November.
Juli bilang, meski berdasarkan mineplan cadangan telah dinyatakan habis, sejatinya izin kontrak tambang dari beberapa anak usaha TOBA masih relatif panjang.
"Bukan engga diperpanjang tapi emang udah abis. Tapi dari segi izin msh ada tapi coal reserve-nya udah engga ada. Saat ini berdasarkan mine plan yang udah ada, coal reserve-nya udah 0," terang Juli.
Lebih lanjut ia menyebut hingga saat ini belum ada rencana perseroan untuk mencari lahan konsesi tambang lain untuk usaha pertambangan batu bara. Hal ini sejalan dengan komitmen keberlanjutan “Towards a Better Society 2030” serta strategi Perseroan untuk mencapai target netralitas karbon pada tahun 2030.
BACA JUGA:
Juli juga mengakui dengan habisnya cadangan batu bara ini bakal memengaruhi pendapatan perseroan yang sebagian besar masih disumbangkan dari bisnis batu bara.
Untuk mengatasi penurunan pendapatan, Juli juga menyebut TOBA akan melakukan ekspansi ke bisnis energi baru terbarukan dan pengolahan limbah. Apalagi RUPS Toba memutuskan untuk melakukan divestasi atas dua Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dan mendapatkan dana segar sebesar 144,8 juta dolar AS.
"Kami sudah menghitung berapa EBITDA yang harus kami gantikan makanya dengan dana 144 juta dolar. Ini bisa mempercepat kami untuk bisa mencari bisnis yang memilki pendapatan untuk menggantikan PLTU dan bisnis batu bara tadi,” tandas Juli.