Bagikan:

JAKARTA - Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja mengaku sukses menyalurkan kredit hingga Rp20 triliun dalam waktu satu bulan di masa pandemi. Menurutnya, keberhasilan itu disokong oleh strategi jitu perseroan dalam melihat peluang di tengah masa sulit seperti saat ini.

“Kemarin kami satu bulan bikin acara virtual dapat Rp20 triliun,” ujarnya dalam sebuah diskusi virtual yang disiarkan oleh CNBC Indonesia, Kamis, 8 April.

Adapun, kegiatan yang dimaksud oleh Jahja adalah BCA Expoversary Online yang diselenggarakan pada Maret 2021 sebagai wujud perayaan hari jadi ke-64 tahun perseroan.

Pada acara tersebut, bank swasta terbesar di Indonesia itu berhasil menggabungkan bisnis model yang bersifat offline dengan sistem online.

“Kami berinisiatif untuk bentuk suatu platform yang menampung mereka (pelaku usaha offline) untuk ketemu nasabah, lalu kita kasih bunga menarik dan jadilah,” tuturnya.

Dalam BCA Expoversary Online terdapat dua segmentasi bisnis andalan yang didorong, yakni kredit pemilikan rumah (KPR) dan kredit kepemilikan kendaraan (KKB). Keduanya merupakan sektor kredit konsumer yang menjadi salah satu andalan bank dengan kode saham BBCA tersebut.

“Sebenarnya banyak diler-diler mobil yang belum online. Begitu juga dengan pengembang properti, hanya sedikit yang sudah online, padahal mereka itu punya ekosistem. Dari situlah kemudian kami hubungkan dengan ekosistem digital di BCA, dan hasilnya bagus,” jelasnya.

Jahja pun membandingkan dengan kondisi awal pandemi dimana perseroan amat sulit untuk menyalurkan pembiayaan sektor konsumsi karena banyak masyarakat yang memilih menunda penggunaan dana mereka.

“Sebelumnya di awal pandemi kita setengah mati cari kredit konsumsi, satu bulan cuma dapat Rp1-2 triliun,” imbuhnya.

Sebagai informasi, pada sepanjang 2020 BCA disebutkan telah menyalurkan kredit secara konsolidasi sebesar Rp Rp588,7 triliun, atau melemah 2,5 persen dibandingkan periode tahun sebelumnya.

Raihan itu membuat pertumbuhan laba perseroan terkontraksi 5,14 persen menjadi Rp27,13 triliun dari sebelumnya Rp28,6 triliun pada 2019.