Bagikan:

YOGYAKARTA – Banyak di antara kita yang belum mengenal BRICS, kelompok ekonomi yang beranggotakan negara-negara berkembang, seperti, Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan.

Pada Kamis, 25 Oktober 2024, Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Sugiono mengungkapkan bahwa Indonesia ingin bergabung dalam forum kerja sama ekonomi BRICS.

Keiginan itu disampaikan langsung dalam KTT BRICS Plus yang digelar di Kazan, Rusia pada 22-24 Oktober lalu.

"Bergabungnya Indonesia ke BRICS merupakan pengejawantahan politik luar negeri bebas aktif," ujar Menlu Sugiono dalam keterangan resminya, dikutip VOI.

"Bukan berarti kita ikut kubu tertentu, melainkan kita berpartisipasi aktif di semua forum," lanjutnya.

Lantas, apa itu BRICS? Simak rangkuman informasinya dalam ulasan berikut ini.

Mengenal BRICS

Di atas telah disinggung bahwa BRICS merupakan kelompok ekonomi yang beranggotakan negara-negara berkembang.

Sebagai organisasi antar-pemerintah yang memfasilitasi kerja sama di berbagai bidang, seperti ekonomi, perdagangan, dan pembangunan berkelanjutan.

Nama BRICS merupakan sebuah akronim dari lima negara, yakni Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan (South Africa).

Menyadur laman Council on Foreign Relation, BRICS berfungsi untuk mengoordinasikan dan memuluskan kerja sama ekonomi negara-negara berkembang. Tujuannya, untuk meningkatkan produktivitas ekonomu mereka agar berada sejajar dengan negara-negara maju.

Hingga kini, kekuatan ekonomi global masih didominasi oleh negara-negara maju yang berasal dari Eropa, Amerika, dan beberapa dari Asia.

Mulanya, kelompok ekonomi ini bernama BRIC. Istilah BRIC pertama kali dilontarkan oleh Goldman Sachs Jim O’Nelll dalam penelitiannya yang dipublikasikan pada 2001.

Dalam riset tersebut, O’Nelll memprediksi bahwa kondisi ekonomi Brasil, Rusia, India, dan China akan berada sejajar dengan negara-negara G7.

Bermula dari penelitian ini, Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengajak Brasil, India, dan China untuk melakukan pertemuan pada 2009. Pertemuan ini digelar untuk memperkuat kerja sama ekonomi agar prediksi O’Nelll di dalam risetnya menjadi kenyataan.

Lewat pertemuan tersebut, negara-negara terkait sepakat untuk mendirikan BRIC. Pertemuan ini juga menjadi KTT BRIC pertama di dalam sejarah. Adapun Rusia menjadi negara yang memprakarsai berdirinya BRIC.

Setahun setelahnya, Afrika Selatan bergabung dengan BRIC. Negara ini menjadi anggota BRIC pada 2010 atas permintaan dan ajakan dari China.

Dengan masuknya Afrika Selatan dalam forum ini, nama BRIC berubah menjadi BRICS seperti yang kita kenal saat ini.

Seiring berjalannya waktu, anggtoa BRICS terus bertambah. Pada Januari 2023, ada enam negara yang bergabung menjadi anggota tetap BRICS. Keenam negara tersebut, yakni, Arab Saudi, Ethiophia, Iran, Uni Emirat Arab, Mesir, dan Republik Demokratik Kongo (DRC).

Alasan keenam negara tersebut bergabung dengan BRICS adalah untuk mengurangi dominasi penggunaan mata uang dolar di dalam aktivitas ekonomi mereka. Selain itu, mereka juga ingin menerima manfaat ekonomi dari negeri-negara BRICS setelah resmi menjadi anggota.

Sampai saat ini, ada sekitar 30 negara yang ingin tergabung dalam BRICS, termasuk Indonesia. Hal ini disampaikan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin dalam sesi pleno KTT BRICS.

“Lebih dari 30 negara menyampaikan keinginan untuk bergabung dengan BRICS. Akan salah jika mengabaikan minat yang belum pernah terjadi sebelumnya,” ujar Putin, menyadur Bussiness Standard.

Demikian informasi tentang BRICS, kelompok ekonomi yang ingin diikuti Indonesia. Semoga artikel ini bisa membuat pembaca lebih mengenal BRICS. Dapatkan update berita pilihan lainnya hanya di VOI.ID.