Bagikan:

JAKARTA - Chief of Staff for the International Chamber of Commerce, Davide Cichero mengungkapkan, saat ini produk domestik bruto (PDB) gabungan negara-negara BRICS (Brasil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan) telah melampaui kelompok G7.

Hal ini, kata dia, setelah Mesir, Ethiopia, Iran, dan Uni Emirat Arab bergabung dengan kelompok tersebut pada awal 2024.

"Sudah ada sejumlah blok ekonomi di seluruh dunia, apakah itu ASEAN, apakah itu APEC, apakah itu G7, G20, dan sejenisnya. Tapi yang kita lihat, dan saya kira ini jelas sesuatu yang menarik bagi sejumlah pemain di ASEAN, jelas munculnya kelompok BRICS+," katanya, Kamis, 28 November.

Dia mengatakan, dengan bergabungnya Mesir, Ethiopia, Iran, dan Uni Emirat Arab, kontribusi BRICS Plus terhadap PDB global telah melebihi 35 persen.

"Negara-negara ini jika digabungkan mewakili lebih dari 35 persen PDB global, pangsa yang lebih tinggi dari negara-negara G7," lanjutnya.

Sebagai informasi, G7 merupakan kelompok besar negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Italia, Inggris, Prancis, Jepang, Kanada, dan Jerman.

Cichero mengatakan, dengan pencapaian ini, Kamar Dagang Internasional menaruh perhatian khusus terhadap perkembangan negara-negara anggota BRICS Plus.

Pasalnya, terjadi intensifikasi integrasi ekonomi dan perdagangan di negara-negara BRICS Plus.

Selain itu, perdagangan barang di antara negara-negara BRICS+ telah melampaui perdagangan antara negara-negara anggota BRICS+ dan G7.

"Jadi secara keseluruhan, dari perspektif kami, dari Kamar Dagang Internasiona, kami melihat perkembangan ini dengan banyak perhatian," sambung dia.

Terkait bergabungnya Indonesia ke BRICS, Menteri Luar Negeri RI Sugiono sebelumnya secara resmi menyampaikan keinginan Indonesia bergabung dalam blok ekonomi BRICS dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS Plus di Kazan, Rusia, 24 Oktober 2024.

Pernyataan tersebut menunjukkan RI memandang ada kesamaan tujuan organisasi tersebut dengan kepentingan nasional.

Prioritas BRICS pun selaras dengan program kerja pemerintah Presiden Prabowo Subianto, antara lain ketahanan pangan dan energi, pemberantasan kemiskinan, dan pemajuan sumber daya alam.

“(Bergabungnya RI ke BRICS) bukan berarti kita ikut kubu tertentu, melainkan kita berpartisipasi aktif di semua forum,” tegas Sugiono, Junat 25 Oktober.