JAKARTA - Menteri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Maman Abdurrahman menyatakan bahwa dirinya akan terus mengawal upaya memperluas akses pembiayaan bagi UMKM, terutama melalui skema credit scoring.
“Kami terus berkoordinasi melanjutkan penjajakan dengan Kementerian Keuangan dan Kementerian Koordinator Perekonomian terkait kajian Innovative Credit Scoring (ICS). Semoga menjadi angin segar nantinya,” ujar Maman dilansir ANTARA, Rabu, 23 Oktober.
Usulan penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) melalui skema credit scoring telah dibahas sejak tahun lalu dan terus didorong penerapannya oleh Menteri Koperasi dan UKM periode 2019-2024 Teten Masduki.
Usulan itu muncul karena UMKM sering kali tidak memenuhi syarat penilaian kelayakan kredit, seperti persyaratan agunan tambahan dan persyaratan memiliki riwayat kredit sebelumnya.
Credit scoring merupakan skema pembiayaan alternatif bagi UMKM, di mana penilaian kelayakan kredit tidak lagi menggunakan data konvensional seperti riwayat kredit, melainkan menggunakan data alternatif seperti penggunaan listrik, aktivitas telekomunikasi, BPJS, dan transaksi e-commerce.
Namun, hingga akhir jabatannya, usulan tersebut belum dapat terlaksana dan diharapkan dapat terealisasi tahun depan.
Pada kesempatan tersebut, Maman juga menekankan akan menjadikan kolaborasi sebagai modal dasar bagi UMKM dalam mendukung target agresif pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 8 persen di Pemerintahan Presiden Prabowo.
Maman mengatakan kolaborasi bersama Pertamina saja misalnya, mampu membina sebanyak 63 ribu pelaku UMKM. Ini bisa menjadi contoh dan diikuti oleh perusahaan besar lainnya.
“Artinya, semakin banyak perusahaan seperti Pertamina yang mampu menjadi ‘bapak ibu asuh’ bagi UMKM yang dengan serius membina. Saya yakin target pertumbuhan ekonomi 8 persen di pemerintah ini bisa tercapai,” katanya.
Sebelum menjabat menteri UMKM, Maman merupakan anggota Komisi VII DPR, yang membidangi energi, riset dan teknologi, serta lingkungan hidup. Ia mengatakan sering berurusan dengan perusahaan-perusahaan besar, mulai dari perusahaan energi, tambang, dan lainnya.
“Tujuan saya di sini pun untuk mengajak perusahaan-perusahaan besar tersebut ikut berkontribusi memajukan sektor UMKM yang ada di bawah,” katanya.
Menurutnya, UMKM bisa dibantu oleh perusahaan-perusahaan besar melalui peningkatan teknologi hingga pengetahuan, agar mampu melahirkan produk yang vokal, bahkan tak kalah dengan produk luar negeri.
BACA JUGA:
Dalam mengembangkan UMKM di dalam negeri, ia meyakini dari sisi kemasan produk, misalnya, UMKM lokal sudah cukup baik.
Namun, tantangannya bukan hanya soal kemasan, melainkan bagaimana produk mereka bisa terserap, hingga menembus pasar yang lebih luas dan bersaing dengan produk impor.
“Di sini menjadi tugas pemerintah untuk menyediakan rantai pasoknya hingga meningkatkan penjualan UMKM,” ujarnya.
Dalam menjawab tantangan tersebut, ia mengungkapkan sedang menyiapkan tim khusus di bidang ekonomi rantai pasok.
“Mohon waktunya, semoga kami bisa menyiapkan segala aturan dan teknis mengenai dukungan rantai pasok ini,” ucap Maman.