Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan produk hasil hilirisasi sawit saat ini sudah mencapai 200 jenis, naik hampir lima kali lipat dalam kurun 10 tahun terakhir yang tercatat hanya terdapat 45 jenis.

Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika menyatakan perkembangan diversifikasi produk kelapa sawit tersebut merupakan bukti adanya implementasi riset dan inovasi di industri komersial di tanah air.

"Kelapa sawit menjadi model dan contoh sukses dari hilirisasi industri, baik itu untuk menghasilkan produk turunan sawit pangan (oleofood), non-pangan (oleochemical), bahan bakar terbarukan (biofuel), hingga material baru ramah lingkungan (biomaterial), pada skala industri berkelanjutan,” ujar Putu dilansir ANTARA, Jumat, 4 Oktober.

Dari hasil diversifikasi itu, kata Putu, turut menyumbang terhadap nilai ekspor kelapa sawit dan turunannya yang mencapai Rp450 triliun atau berkontribusi sebesar 11,6 persen dari total ekspor nonmigas nasional pada tahun 2023.

Ia menyampaikan, sektor ini juga telah menyerap tenaga kerja sebanyak 16,2 juta orang, termasuk tenaga kerja tidak langsung yang melibatkan pelaku usaha perkebunan rakyat atau smallholder.

Melihat potensi besar tersebut, Kemenperin mendukung upaya berbagai pihak dalam pengembangan inovasi teknologi industri pengolahan kelapa sawit baik di sektor hulu perkebunan sampai dengan sektor hilir di industri pengolahan.

“Kami juga mengupayakan fasilitasi pengembangan teknologi industri melalui penyusunan kebijakan yang pro-inovasi, hingga matching antar pihak terkait komersialisasi inovasi baru,” ujarnya.

Lebih lanjut, Putu menilai, pentingnya pembentukan konsorsium multi pihak dalam aktivitas riset untuk menghasilkan produk unggulan.

Salah satu contoh sukses konsorsium riset yang difasilitasi Kemenperin yakni teknologi edible-coating berbasis minyak sawit untuk memperpanjang masa simpan buah tropis.

"Riset ini, yang didukung oleh Kemenperin, berhasil menjembatani kebutuhan industri dengan inovasi riset, dan saat ini sedang dalam proses sertifikasi food grade untuk komersialisasi,” kata dia pula.