JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat, saat ini ada sebanyak 179 ragam jenis produk hilirisasi dalam program hilirisasi industri kelapa sawit.
"Saat ini, kami mencatat terdapat sekitar 179 ragam jenis produk hilir sawit dan sekitar 90 persen volume ekspor berupa produk hilir. Hanya sekitar 10 persen volume ekspor berupa bahan baku CPO/CPKO," kata Direktur Jenderal Industri Agro Putu Juli Ardika dalam keterangan tertulis yang diterima VOI, Jumat, 27 Oktober.
Putu mengatakan, industri kelapa sawit menduduki peringkat pertama dalam kontribusi pertumbuhan sektor industri agro, sehingga pemerintah menempatkan industri kelapa sawit sebagai salah satu prioritas pembangunan nasional.
Sedangkan, kontribusi industri kelapa sawit terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai sebesar 50,87 persen.
Dia menjelaskan, industri kelapa sawit Indonesia masih menunjukkan tren ekspansi yang terus meningkat hingga September 2023. Hal itu ditandai dengan Indeks Kepercayaan Industri (IKI) yang tercatat pada level 52,51 persen atau turun 0,71 persen dibandingkan Agustus 2023 yang sebesar 53,22 persen.
Oleh karena itu, Putu mewakili Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan apresiasinya terhadap beragam riset yang dilakukan oleh para peneliti dari berbagai lembaga.
BACA JUGA:
Menurut Putu, riset dan inovasi untuk mengembangkan program hilirisasi kelapa sawit perlu dilakukan agar dapat meningkatkan nilai produk dari kelapa sawit sekaligus menciptakan industri yang berkelanjutan.
"Hal ini untuk mengkomunikasikan benefit program hilirisasi industri, termasuk program mandatory biodiesel 35 persen (B35) ini terhadap upaya dekarbonisasi nasional," ujarnya.
Adapun produksi minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) hingga akhir 2022 mencapai 51,2 juta ton dengan total nilai ekspor sebesar 29,7 miliar dolar AS.