Bagikan:

SERANG - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) ungkapkan komponen konsumsi rumah tangga ditargetkan tumbuh 5 persen lantaran menjadi pendorong utama pada Produk Domestik Bruto (PDB) dalam pertumbuhan ekonomi dengan proporsi kontribusi 53 persen terhadap PDB.

Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu, Noor Faisal Achmad menjelaskan terdapat faktor-faktor yang menyebabkan konsumsi rumah tangga dapat naik 5 persen yaitu didorong daya beli, inflasi terkendali, dan kenaikan tenaga kerja.

“Tentunya faktor-faktor kegiatan yang perlu kita dorong bersama ketika bicara konsumsi kita jaga daya belinya, inflasi terkendali, dan bagaimana pekerja bisa meningkat,” ujar Faisal dalam media gathering Kementerian Keuangan 2024, Rabu, 25 September.

Selanjutnya, Faisal menyampaikan konsumsi pemerintah ditargetkan naik 5 persen pada tahun depan. Namun kontribusinya terhadap PDB terbilang kecil yaitu sebesar 7,4 persen.

Faisal menyampaikan belanja pemerintah diarahkan agar lebih berkualitas dengan fokus pada belanja pendidikan, kesehatan, dan ketahanan pangan yang berkualitas. Selanjutnya, belanja birokrasi turut diarahkan menjadi lebih efisien dan efektif. 

Selain itu, Faisal menyampaikan program Makan Begizi Gratis (MBG) juga diharapkan menjadi salah satu faktor peningkat kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan pertumbuhan ekonomi.

Selanjutnya, Faisal mengatakan investasi ditargetkan tumbuh sebesar 5,5 persen dengan kontribusi terhadap PDB sebesar 29,3 persen. 

“Dari sisi peningkatan investasi [faktor-faktornya] infrastruktur pangan, energi, konektivitas dan digital, Sektor bernilai tambah tinggi seperti hilirisai SDA dan digitalisasi. Insentif fiskal terukur,” ujarnya.

Sementara itu, ekspor diperkirakan akan naik sebesar sebesar 5,4 persen dan diproyeksikan berkontribusi sebesar 21,4 persen terhadap PDB.

Faisal menjelaskan pertumbuhan tersebut akan dicapai dengan program hilirisasi dan penguatan di partisipasi rantai pasok global, serta diversifikasi produk dan pasar ekspor.

Sedangkan impor pada tahun depan diperkirakan tumbuh sebesar 4,6 persen dan berkontribusi sebesar 18,9 persen terhadap PDB.

“Ini diharapkan bisa terjadi dengan transformasi ekonomi; peningkatan daya saing dan produktivitas, ketahanan energi, industri hijau dan rendah emisi. Industri ketahanan pangan. Pengembangan industri elektronik dan digital,” tutupnya.

Adapun, berikut asumsi dasar ekonomi makro dan sasaran atau indikator pembangunan 2025:

Asumsi dasar ekonomi makro tahun 2025

- Pertumbuhan ekonomi: 5,2 persen

- Inflasi: 2,5 persen

- Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS: Rp16.000

- Tingkat Bunga SUN-10 tahun: 7 persen

- Harga minyak mentah Indonesia: 82 dolar AS per barel 

- Lifting Minyak Bumi: 605 ribu barel per hari

- Lifting Gas Bumi: 1.005 ribu barel setara minyak per hari

Sasaran dan indikator pembangunan 2025

- Tingkat kemiskinan: 7 persen-8 persen

- Tingkat kemiskinan ekstrem: 0 persen

- Tingkat pengangguran terbuka: 4,5 persen-5 persen

- Rasio gini: 0,379-0,382

- Indeks Modal Manusia: 0,56

- Nilai Tukar Petani (NTP): 115-120

- Nilai Tukar Nelayan (NTN): 105-108