Bagikan:

JAKARTA - Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto pesimis target lifting minyak 1 juta barel per hari (BOPD) pada tahun 2030 akan tercapai.

Ia mengatakan, long term plan 1 juta bopd dan 12 bcf gas sejatinya telah disusun sejak tahun 2019 dan pihaknya telah memiliki sejumlah strategi untuk mencapai target tersebut. Namun dalam perjalanannya, usaha yang dilakukan KKKS bersama SKK Migas harus menghadapi pandemi COVID-19 yang memengaruhi seluruh kegiatan di lapangan.

"Kegiatan lapangan semuanya terganggu, eksplorasi terganggu, harga minyak juga jatuh. Waktu harga minyak jatuh bagaimana kita sulit bisa menarik investor mau keluarin uang dengan harga minyak yang di bawah 20 dolar AS per barel," ujarnya dalam Laders Forum, Rabu, 11 September.

Untuk itu, terkait target lifting minyak 1 juta barel menurutnya sulit dicapai pada tahun 2030.

"Jadi kalau bicara apakah target ini realistis atau tidak, untuk 2030 tentu tidak," sambung Dwi.

Hal ini justru berbanding terbalik dengan banyaknya penemuan ladang gas selama KKKS melakukan eksplorasi pasca pandemi. Dikatakan Dwi, selama beberapa tahun ini pihaknya berhasil menahan laju penurunan salur gas, bahkan mencatatkan peningkatan atau incline sebesar 2 persen. Ia juga menyebut, laju penurunan tidak akan terjadi jika pembangunan infrastruktur produksi bisa lebih cepat dilaksanakan.

"Produksi minyak sebetulnya sudah 20 tahun lebih decline. Tapi kita sudah mengurangi decline di tadinya 7 persen ke 4 persen. Sekarang tinggal 1 persenan declinenya," pungkas dia.